Qiao Mianmian ingat, ia sudah diintimidasi Mo Yesi dengan begitu kejam, jadi ia merasa tidak akan semudah itu memaafkan Mo Yesi. Ia menggigit bibirnya sendiri yang dicium hingga merah dan bengkak oleh Mo Yesi. Iris matanya yang hitam pekat terus berputar, dan ada kilatan sorot licik di sana.
"Kau sendiri yang mengatakannya, ya. Sungguh, aku bisa melakukan apapun yang aku mau?"
Mo Yesi mengangguk. "Iya."
Qiao Mianmian menatap wajah Mo Yesi yang lebih menawan dibandingkan dengan seorang wanita. Ia menaikkan sudut bibirnya dan tersenyum licik. "Oke, kita sepakat. Jangan menyesal atas keputusanmu."
Mo Yesi tiba-tiba memiliki firasat yang aneh. Ia menatap gadis kecil dengan senyuman licik di wajahnya. Karena penasaran dan tidak tahan ingin tahu, Mo Yesi bertanya, "Sayang, kau ingin aku melakukan apa? Kau tidak akan menipuku, kan?"