Setelah beberapa detik, Qiao Mianmian sudah terengah-engah. Ia tidak bisa berdiri dengan stabil, kedua kakinya menjadi lemah, sehingga ia bersandar di dada Mo Yesi. Satu tangannya meremas kerah kemeja Mo Yesi dengan erat. Kemampuan mencium pria ini semakin membaik. Setiap kali Mo Yesi menciumnya, seluruh tubuh Qiao Mianmian dibuat lemas tidak berdaya.
"Sayang." Jari Mo Yesi menekan bibir Qiao Mianmian yang merah dan bengkak. Ada sorot penuh hasrat yang terpancar di matanya. Suara Mo Yesi juga menjadi sedikit parau. "Apakah tubuhmu masih tidak nyaman? Kurasa aku ingin ..."
"Tidak. Kau tidak ingin melakukannya."
Sebelum Mo Yesi selesai bicara, Qiao Mianmian segera mengulurkan tangan untuk menutup mulutnya.
"Mo Yesi, dua hari lagi aku akan pergi ke lokasi syuting. Jadi dalam dua hari ini, aku harus menggunakan waktu untuk membaca naskah. Aku ingin mandi sekarang dan nanti masih harus membaca naskah. Kau .... carilah sesuatu untuk dikerjakan sendiri."