Di dalam hati, Mo Yesi membayangkan jika ia menindih Qiao Mianmian yang duduk di kursi kulit hitam itu. Bagaimana rasanya, ya? Hanya memikirkannya saja sudah membuat tubuhnya beraksi.
"Mo Yesi ... kau ... mengapa kau ..." Qiao Mianmian tidak tahu apa yang sedang dipikirkan pria di sampingnya. Kedua matanya membelalak cukup lebar. Dari sorot matanya menunjukkan apabila Qiao Mianmian sedang panik. Ada juga perasaan gugup karena ketahuan melakukan hal buruk.
"Wei Zheng bilang kau sudah sampai di tempat ini," kata Mo Yesi tenang. Mo Yesi menendang jauh-jauh bayangan tidak senonoh di dalam kepalanya. Ia menunduk dan menatap balik Qiao Mianmian dengan pandangan lembut, mengesampingkan sorot panik di mata gadis tersebut. "Jadi aku datang untuk memastikan," lanjutnya.
"Apa ... apa benar begitu?" Mata Qiao Mianmian berkedip cepat. Ia teringat pada bualannya barusan, membuat dirinya bingung harus memasang ekspresi semacam apa.