"Panggil aku suami, ya?" pinta Mo Yesi. Ada sedikit rayuan dalam suara rendahnya yang magnetis hingga membuat hati tergoda dan meleleh.
Dag! Dig! Dug!
Jantung Qiao Mianmian berdebar-debar dengan cepat. Qiao Mianmian digoda hingga ujung hatinya gemetar. Di depan matanya adalah wajah seorang pria yang luar biasa. Mendengarkan suaranya yang menggoda membuat Qiao Mianmian merasa sangat nyaman. Hidungnya dipenuhi aroma tubuh Mo Yesi yang memesona dan memikat...
Qiao Mianmian seakan telah diracun. Ia merasa sedikit pusing dan wajahnya memanas hingga memerah seperti darah.
"Mo, Mo Yesi…"
Memanggilnya suami? Ah… Rasanya sangat malu, batin Qiao Mianmian. Meskipun menurut akta nikah Mo Yesi sudah menjadi suaminya, ia benar-benar merasa canggung dan malu jika diminta memanggil Mo Yesi seperti itu. Qiao Mianmian merasa... ia tidak bisa mengatakannya.
"Hm, sayang, aku di sini," kata Mo Yesi sambil mendekat.