"Aku suamimu, seseorang yang akan menemanimu di sampingmu seumur hidup. Di depanku, kau tidak perlu menjadi kuat dan kau tidak perlu memiliki keraguan apapun."
Qiao Mianmian berbaring di dada Mo Yesi yang hangat dan kuat sambil mendengarkan pria itu mengucapkan kata-kata itu di telinganya dengan suara yang pelan dan lembut. Air matanya menjadi semakin tak terkendali dan ia mulai menangis dengan kencang. Ia teringat kenangan saat ibunya masih hidup dan bagaimana ayahnya memanjakannya di masa lalu.
Semakin Qiao Mianmian mengingat semuanya, semakin ia merasa sedih. Ia pun melepaskan semua emosi negatif yang telah menumpuk di hatinya dalam sekejap. Ia memeluk Mo Yesi dan menangis dengan tersedu-sedu.
Akhirnya, Mo Yesi membawa Qiao Mianmian ke dalam mobil. Ia menangis terlalu lama sampai-sampai seluruh tubuhnya tidak punya tenaga yang tersisa. Menangis bahagia bahkan lebih melelahkan daripada berlari beberapa kilometer dalam satu tarikan napas.