Entah mengapa Ye Jiaqi sepertinya membuat Qiao Qinian marah. Sorot mata perempuan itu takut dan berusaha untuk menghindari tatapan Qiao Qinian. Tapi, dia tidak bisa apa-apa selain merangkul Qiao Qinian.
Dengan tatapannya yang sinis, Qiao Qinian memegang pantat Ye Jiaqi dan mengangkat perempuan itu naik ke darat. Setelah itu, disusul dirinya yang juga naik ke darat. "Tidak berguna," ucapnya.
Qiao Qinian lalu melihat ke arah Ye Jiaqi yang sedang duduk di lantai dengan tatapannya yang merendahkan. Kemudian, dia berjalan mengambil sebuah handuk kering. Seluruh tubuhnya tampak basah kuyup dan itu sangatlah tidak nyaman baginya. Sebenarnya, seluruh kolam renang ini sudah dipesan olehnya. Karena itu, tidak ada orang lain selain Qiao Qinian dan Ye Jiaqi saat ini. Kolam renang sebesar ini sangatlah hening, apalagi ini adalah malam musim panas. Semuanya benar-benar hening.
"Tuan Qiao, anda tunggu sebentar. Saya pergi dulu, baru anda ganti baju," kata Ye Jiaqi dengan sopan. Dia lalu mengangkat kepalanya dan menatap sekilas ke arah Qiao Qinian. Karena tubuh Qiao Qinian yang basah kuyup, dia dapat melihat dengan jelas dada bidang Tuan Qiao dan sesuatu yang tercetak besar di celananya.
Hati Ye Jiaqi rasanya seperti membuncah tidak karuan lagi. Debaran jantungnya pun berdetak semakin cepat. Deg deg deg… Terus semakin cepat...
"Memangnya aku menyuruhmu pergi?" tanya Qiao Qinian sambil mulai melepas kancing ketiga, keempat...
Tubuh yang seksi dan kuat terlihat telanjang separuh di tengah heningnya kolam renang ini. Dan kemeja hitam yang basah, semakin menambah aura keganasan dari seorang laki-laki.
"Tuan Qiao ternyata punya kebiasaan untuk membiarkan orang lain ketika anda tidak mengenakan baju ya rupanya? Hehehe," ucap Ye Jiaqi.
Namun, tiba-tiba tangan Qiao Qinian terhenti, "Tidur pun aku juga pernah tidur denganmu, memangnya masih perlu sungkan?" tanyanya dengan nada mengejek.
Mendengar ucapan Tuan Qiao, wajah Ye Jiaqi seketika merah padam. Dia tidak menyangka setelah 3 tahun berlalu, laki-laki ini masih ingat kejadian itu. Siapakah Tuan Qiao, mungkin karir perempuan yang pernah Qiao Qinian tiduri lebih panjang daripada Ye Jiaqi. Tapi nyatanya, Qiao Qinian masih ingat akan malam itu.
"Saya tidak tahu Tuan Qiao sedang berbicara apa," ucap Ye Jiaqi sambil menundukkan kepalanya, dia pun berusaha menyangkalnya. Dia lalu membungkuk dan segera mengambil tasnya yang ada di lantai. Karena dia benar-benar tidak ingin membicarakan hal ini dengan Qiao Qinian. Lagi pula, terlalu banyak kenangan pahit yang ada.
Tiba-tiba, Qiao Qinian mengulurkan tangannya dan meraih pergelangan tangan Ye Jiaqi. Pria itu lalu membawa tangan Ye Jiaqi dan mengusap ke depan matanya sendiri. "Tidak ingat?" tanyanya kemudian. Ujung bibir pria itu juga tampak terangkat. Tangan kanannya memegang tangan kecil Ye Jiaqi dan membawanya ke atas sabuk kulitnya.
Tangan Ye Jiaqi terlihat berusaha untuk melepaskannya, raut wajahnya menolak. Dia benar-benar ingin keluar dari situasi ini.
"Qiqi, saat itu kamu mengelus sabuk kulitku seperti ini, benar-benar membuatku bergairah," goda Qiao Qinian. Bibirnya kemudian tampak terangkat dan menampilkan senyuman setannya.
Mendengar Qiao Qinian memanggil menggunakan nama kecilnya, seluruh tubuh Ye Jiaqi langsung membeku. Karena, tidak ada yang mengetahui nama kecilnya selain Qiao Qinian. "Tuan Qiao, apa yang anda lakukan! Anda ini seorang yang bermartabat dan punya jabatan. Jangan anda menyentuhku!" ucapnya sambil meronta untuk melepaskan tangannya. Dia benar-benar tidak ingin tangannya menyentuh celana laki-laki itu.
Saat itu Ye Jiaqi sudah gila, terlalu gila karena sudah menyukai seorang laki-laki. Terlalu gila karena menyatakan perasaannya, meskipun dia tahu kalau Qiao Qinian telah memiliki orang lain di hatinya. Tidak hanya menyatakan perasaannya, dia juga masih menjual dirinya pula. Tidak hanya itu, dia bahkan hampir memiliki anak dengannya.
Teringat anaknya yang telah tiada, hidung Ye Jiaqi seketika tersumbat, dan tenggorokannya tiba-tiba terasa sakit. Seketika, terasa terdapat lubang menganga lebar dalam hatinya, dan rasa sakit itu dengan cepat menyebar ke seluruh tubuhnya. Pahit, menyedihkan, dan sungguh menyayat hati. Tangan kecilnya seperti di kunci oleh tangan Qiao Qinian, perlahan terasa dingin. Perempuan itu mungkin harusnya bahagia, karena bagaimanapun Qiao Qinian tetap sudah menyelamatkan nyawanya.
Tubuh Ye Jiaqi basah kuyup, rambutnya juga basah dan tetes demi tetes air tidak berhenti jatuh dari ujung rambutnya. Air itu menetes menyentuh sebelah kakinya, seperti embun pagi yang menetes dari kelopak bunga yang bersemi indah. Menit berikutnya, suhu udara yang ada diantara mereka tiba-tiba turun. Setelah sekian lama, akhirnya tangannya dilepaskan.
Qiao Qinian kemudian memberikan sebuah handuk kering ke tangan Ye Jiaqi. Laki-laki itu pun berjalan pergi dengan raut wajah yang sangatlah buruk. Ye Jiaqi lalu memegang handuk itu, hidungnya pun buntu. Dia kemudian mengangkat kepalanya, dan matanya memerah.
"Hatcih."
Ye Jiaqi bersin. Dia baru menyadari kalau tubuhnya saat ini benar-benar kedinginan. Dia lalu menggunakan handuk kering untuk mengeringkan rambut dan kepalanya. Dia tampak menggigil, kemudian terlihat memeluk dirinya sendiri dengan erat. Brrr dingin sekali! batinnya.