"Ye Jiaqi, kamu masih tidak mau menyerah rupanya?" tanya seseorang.
"Tuan Qiao itu sudah tahu tentang kehamilanmu. Tapi dia tidak mau kalau kamu melahirkan anak kecil ini!"
"Apakah kamu tidak merasa kalau kamu itu tidak tahu malu? Kalau bukan karena Tuan Qiao, pasti ketika umurmu 8 tahun kamu sudah mati kelaparan di jalanan."
"Kamu ini tidak tahu terimakasih, masih tamak dengan kekayaan Tuan Qiao pula! Umur semuda kamu tapi tidak tahu malu! Bahkan, kamu tahu kalau Tuan Qiao sudah punya pacar, tapi kamu masih beranjak ke kasurnya."
"Ye Jiaqi, apa kamu sekekurangan ini tentang laki-laki?"
"Kalau kamu benar-benar kurang laki-laki, kamu bilang dong ke Tuan Qiao. Tuan Qiao pasti memberikanmu banyak laki-laki yang bisa memuaskanmu!"
Kalimat demi kalimat yang terlontar itu memasuki telinga Ye Jiaqi. Namun, dia hanya bisa menggeleng, raut mukanya seketika memucat dan kedua tangannya gemetaran. Dia benar-benar merasa kalau seluruh tubuhnya kedinginan.
"Kamu sekarang masih mempertahankan anak ini, kamu merasa bisa mendapatkan Tuan Qiao? Dengarkan baik-baik, Tuan Qiao tidak butuh kamu melahirkan seorang anak untuknya. Siapapun yang ingin melahirkan anaknya, entah itu dari Kota Jing bagian selatan hingga utara, semuanya sama saja seperti sampah." kata seseorang yang lain.
"Sudah tidak punya nama, tidak punya kedudukan, hamil diluar nikah pula. Ye Jiaqi, ternyata kamu benar-benar perempuan yang tidak tahu diri!"
"Dengarkan baik-baik, Tuan Qiao memberitahukan padaku, dia tidak butuh kamu melahirkan anak! Tidak perlu!"
Pikiran Ye Jiaqi kosong. Hingga kalimat terakhir, dia tidak mendengarkannya dengan jelas. Dia hanya mendengar suara nging nging dari telepon itu. Entah berapa lama orang yang ada di dalam telepon itu berbicara karena cepat sekali. Kemudian, laki-laki bermasker itu pun menutup teleponnya.
"Lakukan!" perintah laki-laki itu kepada dokter perempuan itu kemudian.
"Tidak ada yang boleh menyentuh anakku!" teriak Ye Jiaqi yang terus meronta-ronta.
Ye Jiaqi sama sekali tidak menyuruh Qiao Qinian bertanggung jawab tentang keberadaan anak ini, apalagi pikiran untuk tinggal serumah. Tapi bayi ini adalah anaknya, jadi siapapun dilarang untuk menyentuhnya. Laki-laki sialan itu mungkin tidak mau bayi ini, namun Ye Jiaqi menginginkannya.
"Sialan!" teriak laki-laki itu. Salah satu tangannya kemudian memukul Ye Jiaqi dengan kasar. Tiba-tiba, Ye Jiaqi merasa kepalanya sangat berat, pandangannya pun gelap. Dia pun berangsur-angsur kehilangan kesadarannya. Qiao Qinian, kamu benar-benar tidak punya hati! Sungguh binatang! katanya dalam hati.
Saat Ye Jiaqi berusia 8 tahun, perempuan kecil itu diusir oleh ibu tirinya, dan dia bertemu Qiao Qinian. Qiao Qinian yang ketika itu berusia 14 tahun, menggunakan permen untuk mengajak Ye Jiaqi pulang ke rumahnya. Sejak saat itu, dia pun bergantung pada seorang Qiao Qinian. Kemanapun perginya, dia pasti mengikuti Qiao Qinian. Makan juga selalu bersama, bahkan untuk mandi pun mereka juga mandi bersama.
Saat itu, semua orang yang ada di dalam rumah Qiao Qinian memanggil dirinya dengan panggilan 'Tuan Muda Qiao'. Ye Jiaqi juga mengikutinya tapi dengan nada meledek. Seiring berjalannya waktu, Qiao Qinian akhirnya menjadi orang yang berkedudukan tinggi dan bermartabat. Di kota Jing, kekuasaannya sudah seperti orang yang dengan mudah membalikkan telapak tangan. Orang-orang pun mulai memanggilnya dengan sebutan 'Tuan Qiao', jadi Ye Jiaqi juga mengikutinya lagi.
Ketika berusia 18 tahun, untuk pertama kalinya Ye Jiaqi mengungkapkan perasaannya ke Qiao Qinian. "Tuan Qiao, menurutmu aku bagaimana? Nikahilah aku, ya?" katanya sambil cengengesan. Bulu matanya tampak berkedip dengan indah. Tapi, laki-laki itu bahkan tidak mengangkat kepalanya.
"Tidak gimana-gimana," jawab Qiao Qinian.
"Tapi aku ingin memberikanmu seorang anak." kata Ye Jiaqi mengutarakan keinginannya.
"Kamu sudah mengatakan ini berkali-kali." kata Qiao Qinian.
"Tapi aku hanya mengatakannya padamu." kata Ye Jiaqi.
Qiao Qinian sama sekali tidak tersentuh dengan ucapan perempuan muda itu, kemudian dia berkata, "Aku tidak suka mendengar omong kosong dan omongan palsu."
"!!!"
Setelah itu, Ye Jiaqi berlari dengan raut wajah yang frustrasi. Bahkan, beberapa hari setelah itu dia tidak mengurusi Qiao Qinian. Pertama kali mengungkapkan perasaan, tapi ditolak dan sebegini sakitnya. Ucapan Tuan Qiao sungguh kasar sekali! batinnya. Tak pelak kalau Ye Jiaqi memang sungguh menyukai Qiao Qinian. Namun, sekarang Qiao Qinian telah berubah menjadi seorang munafik. Padahal, Ye dia benar-benar menyukai Qiao Qinian, dan itu sungguhan bukan bohongan.
Ye Jiaqi tengah berbaring di meja operasi. Entah mengapa, satu persatu kepingan kenangan tidak berhenti menyerobot masuk ke dalam pikirannya. Andaikan diberi pilihan sekali lagi, dia pasti tidak ingin menemui laki-laki itu. Selamanya tidak ingin menemuinya.
Dokter perempuan itu memasang sarung tangannya dan mulai menyalakan mesin pendingin. Wajahnya pun juga terlihat semakin dingin. Kedua laki-laki itu kemudian meninggalkan ruang operasi sesuai prosedur. Ye Jiaqi merasa kalau dirinya seperti akan tidur selamanya. Rasa sakit pun mulai merasuki kakinya secara perlahan. Bayi yang ada dalam kandungannya pun perlahan diangkat dari rahimnya...