Chereads / CINTAI AKU SEPENUHNYA 18+ / Chapter 7 - 7. I WAS GETTING KINDA USED TO BEING SOMEONE YOU LOVED

Chapter 7 - 7. I WAS GETTING KINDA USED TO BEING SOMEONE YOU LOVED

🌱🌺🌺🌺🌱

HAPPY READING

🌱🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌱

"Sudah bangun?" Nathan menoleh ke arah pintu kamar yang terbuka, di sana Talitha terlihat berjalan seraya membawa nampan berisikan sarapan pagi.

"Jam berapa sekarang?" tanya Nathan, pria itu memijat pelan keningnya yang terasa pening.

"Jam 8 pagi. Sarapan dulu, baru ku ijinkan kau pergi." kata Talitha, gadis itu duduk di pinggiran kasur dan memberikan Nathan segelas air putih. Nathan tak menolak karena memang tenggorokannya yang terasa kering.

"Aku suapin." Nathan menggeleng dan menolak suapan Talitha secara halus.

"Dimana ponselku?" tanya Nathan, Talitha menaruh kembali sendok berisikan sup itu ke dalam mangkuk dan sedikit membungkuk untuk mengambil ponsel Nathan yang tergeletak di atas nakas. Menyerahkannya kepada Nathan.

Pria itu langsung menghidupkannya dengan terburu-buru berharap ada pesan dari seseorang yang Ia harapkan. Namun nyatanya tidak ada, Nathan malah mendapatkan pesan dari asistenya jika pengusaha jepang membatalkan kerjasama dengan perusahaannya.

"Shit."

"Kau bicara apa?" tanya Talitha marah, Nathan dan Valdi sudah tahu jika Talitha tak suka sahabat-sahabatnya itu mengucapkan kata-kata seperti itu.

"I'm sorry, I'm just reflex." Talitha kemudian menaruh nampan di pangguannya ke atas nakas, gadis itu kemudian bangkit dengan kedua tangan yang di silangkan.

"Sekarang katakan padaku, apa yang membuatmu minum begitu banyak semalam."

"Hanya masalah biasa."

"Masalah apa? Hingga kau bisa mabuk berat?"

"Talitha aku sedang tidak ingin berdebat, kau tak perlu khawatir aku bisa mengatasinya."

"Mengatasi? Lalu jika tak ada aku dan Valdi di club semalam. Aku tak tahu bagaimana nasibmu nanti." Nathan diam, apa yang di katakan Talitha ada benarnya juga.

"Sekarang ceritakan?" kata Talitha tak sabar. "Aku tak bisa." jawab Nathan.

"Jadi sekarang kau mau bermain rahasia-rahasiaan denganku?"

"Bukan begitu, maksudku__ kau tak akan mengerti."

"Ya, aku memang tidak pernah mengerti dirimu Nathan. Kau terlalu sulit untuk dimengerti dan tidak peka." Nathan menatap tajam ke arah Talitha.

"Apa maksudmu?"

"Kau punya otak kan? Pikir sendiri!"

Talitha berjalan keluar, sedangkan Nathan menatap gadis itu dengan kebingungan.

🌱🌺🌺🌺🌱

Nathan memijat pelipisnya yang bertambah pening, Pria itu memandang jalanan kota melewati jendela kaca di ruangannya.

Pengusaha jepang yang sudah susah paya Nathan ajak kerja sama kini membatalkan kerjasamanya. Entah apa yang menjadi alasannya pria paruh baya itu tak memberikan alasan yang membuat Nathan puas.

Uang yang sudah Nathan keluarkan memang bisa di bilang cukup besar apalagi ini menjadi salah satu yang membuat Nathan ingin membuktikan jika Ia memang pantas untuk mengurus perusahaan Ayahnya yang berada di Amerika.

Disaat ketidaktenangannya saat ini Nathan membutuhkan kedamaian, damainya adalah Aluna. Nathan ingin memeluk tubuh gadis itu dan menghirup aroma tubuhnya yang bisa membuat Nathan tidur nyenyak.

Tapi, sudah 3 hari ini Nathan tak pulang. Ia meghabiskan harinya dengan bekerja dan menginap di kantor. Ponselnya bahkan Ia matikan, tak ada harapan lagi jika Aluna benar-benar membencinya saat mengetahui jika Nathan adalah penyebab kematian Kakaknya. Namun pada nyatanya Nathan tidak bersalah. Hanya saja pria itu terlalu merasakan rasa bersalah yang membuatnya cemas jika Aluna akan benar-benar meninggalkannya.

Flashback on

"Roy, gak usah terpancing." Ucap Nathan seraya memegang bahu Roy, yang naik-turun karena emosi pria itu yang naik tiba-tiba saat musuh besarnya meledeknya 'anak haram'.

"Gimana kalau kita tanding aja. Anak haram." Nathan mencegah tubuh Roy yang hendak melayangkan pukul ke arah musuh bebuyutanya.

"Roy, mending kita pulang."

"LOE PIKIR GUE TAKUT! AYO KITA TANDING!"

Flashback off

Nathan menutup matanya, ingatannya kembali pada masa lalu. Melihat Roy yang terkapar di atas aspal dengan berlumuran darah di tubuh sahabatnya itu. Pada saat itu Nathan hanya diam menyaksikan orang-orang yang mulai membantu Roy, dirinya benar-benar merasa terpukul.

Seharusnya, Nathan mencegah lebih kuat untuk membuat Roy tak balapan.

Seharusnya Nathan merobek mulut musuh Roy.

Seharusnya Nathan....

Tok..tok..tok

Lamunan Nathan pecah ketika ketukan pintu ruangannya terdengar keras masuk kedalam gendang telinganya.

"Masuk!"

"Maaf Sir, ada telepon dari Mrs Robinson." ucap Katroy yang berjalan masuk dan menyerahkan ponselnya pada bossnya.

"Ada apa Mom?"

"Kamu ada masalah apa sama Aluna?"

"Tidak ada."

"Cepet pulang, Momy tunggu dalam waktu 20 menit."

"Mom tapi..."

Tut..tutt

🌱🌺🌺🌺🌱

Nathan melangkahkan kakinya memasuki mansion ibunya, setelah membatalkan meeting dengan beberapa klain. Nathan dengan berat hati segera pulang dan tak bisa menolak permintaan ibunya.

"Mom, where are you?"

"Di dapur sayang!" jawab Angel dengan teriakan. Nathan segera melangkah ke dapur dan melihat sang bunda yang tengah memasak.

Nathan menarik kursi dan duduk disana. Angel mematikan kompor dan membalikan tubuhnya menghadap Nathan dengan kedua tangan yang Ia silangkan di atas dada.

"Kamu kemana aja selama tiga hari? Tidak masuk sekolah, tidak ingat istrimu?" tanya Angel. Nathan diam.

"Aluna ada di kamar, dia dateng 1 jam lalu." kata Angel, Nathan terdiam jadi istrinya itu yang bercerita.

"Mom aku__"

"Kamu sudah dewasa Nathan, sudah seharusnya kamu bisa mengalah dan memaafkan istrimu. Kamu marah karena Aluna tak memberitahumu tentang dirinya yang di pecat?"

"Iya! Aku marah, aku kecewa. Aku tidak becus menjadi suami untuknya Mom aku__" kata Nathan emosi, Angel terdiam menatap mata anaknya yang sudah berkaca-kaca seolah kesedihan itu terasa menusuk hatinya.

Angel berjalan mendekat dan mendekap tubuh anaknya tersebut.

"Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya, kamu bicarakan dengannya baik-baik dan cari jalan keluarnya."

🌱🌺🌺🌺🌱

Nathan memasuki kamar. Ia melihat Aluna yang tengah tertidur di atas kasur tanpa selimut. Melihat caranya tidur Nathan tahu jika gadis itu kedinginan apalagi saat memasuki kamar tersebut dinginnya AC sudah terasa di kulitnya.

Nathan berjalan mengambil remot dan mengecilkan suhu AC menjadi lebih hangat, Ia lalu duduk di pinggiran kasur matanya tak lepas dari wajah cantik Aluna yang tertidur dengan pulas. Nathan meringis nelihat lingkaran hitam dikantung mata wanita itu dan bibir yang sedikit pucat.

Apa Aluna juga menderita sepertinya? Tapi kenapa?

Nathan mengusap pelan kepala istrinya itu yang membuat Aluna terusik hingga membuka matanya perlahan.

"Nathan." ucapnya masih setengah sadar.

"Bangunlah aku ingin bicara denganmu." kata Nathan. Aluna menurut dan teduduk di atas kasur gadis itu sedikit merapihkan rambutnya yang berantakan. Lalu menatap Nathan yang sedang menatapnya datar.

"Nathan, aku minta maaf." ucap Aluna, melihat Nathan yang hanya diam sambil menatapnya membuat Aluna tak tahu harus berbuat apa, gadis itu menundukan pandangannya.

Nathan meraih dagu Aluna dan mengangkatnya untuk kembali menatapnya.

"Kamu tahu, aku benar-benar marah, kecewa, kesal karena kamu tidak jujur padaku." Aluna diam. Ia tahu jika salah, seharusnya Aluna jujur sejak awal agar tidak jadi seperti ini.

"Sebagai suami aku merasa tidak dihargai dan merasa tidak ada gunanya disaat kamu sendiri saja tidak mau jujur padaku tentang masalah yang kamu alami. Kamu sebenarnya mengangapku apa?"

"Maafkan aku, aku tahu aku salah." lirih Aluna.

"Aku takut, aku khawatir jika sesuatu terjadi padamu. Aku tak mau semakin membuatmu sakit hati Aluna. Sudah cukup selama ini aku membuatmu berada dalam keadaan yang tak pasti. Aku ingin menebusnya dengan menjagamu, sesuai janjiku pada Kakakmu dan Harry. Aku tahu kamu mengharapkan cintaku, aku sedang berusaha memahami isi hatiku. Aku harap kamu bersabar dan menghargai usahaku, tak perlu sungkan untuk mengatakan apapun yang terjadi aku berjanji akan selalu ada buatmu Aluna. Sungguh aku menyayangimu, sangat menyayangimu." Aluna menangis dan terharu mendengar ungkapan Nathan, gadis itu mendekatkan diri dan memeluk suaminya dengan erat, menumpahkan segala kerinduannya selama 3 hari ini melewati pelukan hangat tersebut.

"I'm sorry and i love you Nathan."

"Jangan tinggalkan aku Aluna."

"Aku sudah terbiasa dicintai olehmu." batin Nathan.

🌱🌺🌺🌺🌱

"Nathan."

"Hem."

"I love you."

"Sudah berapa kali kau mengatakan itu Aluna." kata Nathan sedikit geram. Aluna terkekeh dan membalikan tubuhnya menghadap Nathan. Mengusap pelan rahang kokoh suaminya tersebut, Nathan hanya diam dengan mata terpejam menikmati sentuhan tangan halus Aluna.

"Kamu tidak salah dan aku tak menyalahkanmu atas kepergian Kak Roy." ucap Aluna pelan, Nathan membuka matanya perlahan hingga maniknya bertemu dengan mata bulat Aluna yang menatapnya dengan lembut disertai senyuman manis gadisnya.

"Kamu__" Aluna mengangkuk.

"Aku sudah tahu dan itu bukan salahmu. Itu takdir, sesuai jalan tuhan." Nathan tersenyum kecil bahkan sampai tak terlihat jika pria itu tersenyum saking kecilnya.

Nathan menarik Aluna semakin merapat dengan tubuhnya. Pria itu menghirup dalam-dalam tubuh istrinya dan mendaratkan ciuman-ciuman di sekitar leher jenjangnya hingga menimbulkan desahan yang keluar dari bibir mungil Aluna.

"Nathan jangan meninggalkan__ahh." terlambat, Nathan sudah membuat kissmark dilehernya.

"Nathan!"

"Aku menginginkanmu."