Patih Danureja adalah seorang Patih dari kerajaan Kartasura. Beliau menjadi Patih sejak zaman kekuasaan raja Sri Susuhunan Amangkurat Jawi di kerajaan Kartasura. setelah kematian Sri susuhunan Amangkurat Jawi dan saat pergantian tahta kerajaan Kartasura, Patih Danureja dan istri Sri Susuhunan Amangkurat Jawi berbuat curang. Mereka berusaha memberi suap kepada pejabat Belanda dengan memberikan sepertiga harta benda yang dimiliki oleh Ratu Ageng (istri Sri Susuhunan Amangkurat Jawi).
Suatu peristiwa yang berkaitan dan berakibat menjadi geger adalah sewaktu Sri Susuhunan Paku Buwana II mengangkat seorang Bupati dan diberi nama Tumenggung Suradiningrat, tanpa melalui Ki Patih. mendengar hal itu, Patih Danureja amat marah sehingga hampir sang Bupati Barru ditikamnya dihadapan Sinuhun. seketika Sri Paku Buwana II memanggil Tumenggung Tirtawiguna untuk membuatkan surat kepada Gupernur, bahwa Sang Prabu sudah tidak menghendaki lagi Danureja sebagai Patihnya. Kanjeng Ratu Ageng memohonkan maaf Danureja dan meminta agar Sang Prabu ingat akan jasa - jasanya (Danureja), namun Sang Prabu tidak mengindahkan permintaan ibundanya itu, bahkan menjawab bilamana Danureja memang ditakdirkan menjadi Patih, suruhlah ia mencari raja yang lain.
Menerima surat Sinuhun tersebut, Gupernur mengadakan pembicaraan dengan para penasehatnya, akhirnya bertindak seperti dikehendaki Susuhunan. pada waktu ki Patih datang di Semarang untuk menerima uang borongan dari Kompeni, seketika ia ditangkap oleh kompeni dan dibawa ke Betawi, akhirnya diasingkan di tanah Kaap (de Goede Hoop) di Afrika Selatan. Pada saat itu yang diangkat menjadi pengganti Danureja ialah Raden Tumenggung Natawijaya dengan nama Patih adalah Natakusuma.
Danureja diberangkatkan ke tanah pengasingannya dengan kapal laut. Dalam perjalanan, kapalnya menemui musibah, diserang ombak besar sehingga pecah dan Danureja tercebur di lautan, namun dapat berpegangan pada tiang bendera. pada waktu itu kapal lainnya yang ditumpangi Pangeran Arya Mangkunegara juga sedang berlayar menuju tanah pengasingan. terjadilah keajaiban bahwa Pangeran Arya Mangkunegara tidak dengan sengaja telah menolong seorang penumpang kapal yang diserang badai. orang itu dibawa ke geladak kapal yang ditumpanginya. orang ditolong itu ternyata bekas Patih Danureja. maka sang bekas Patih itu menangis tersedu-sedu dan tidak henti-hentinya memohon maaf kepada Pangeran Arya Mangkunegara.
Baik sang pangeran maupun sang bekas Patih Kartasura oleh kompeni Belanda diasingkan ke Kaap de Goede Hoop, dan disanalah Pangeran Arya Mangkunegara wafat jenazahnya dipulangkan ke Jawa dan dimakamkan di Astana Imogiri. Kanjeng Pangeran Arya Mangkunegara meninggalkan putra-putri sebanyak 16 orang terdiri dari 10 orang putra dan 6 orang putri, dengan urutan dari paling tua sebagai berikut:
1. R.M Ngali, dari permaisuri putri Madura, nama dewasanya adalah K.P Tirtakusuma ing Pancuran
2. R.Aj Dhoplang, dari permaisuri putri Madura, meninggal kecil
3. R.M Umar, dari istri padmi putri Kablitaran.
4. R.M Sahid, dari istri padmi putri Kablitaran, dewasanya bergelar KGPAA MANGKUNEGARA yang pertama di Surakarta, julukannya Kanjeng Gusti Ingkang Saking Lalana, terkenal dengan nama Pangeran Sambernyawa.
5. R.M Sakadi dari istri padmi putri Kablitaran, meninggalnya kecil.
6. RM AMBIYA, dari selir, dewasanya bernama Pangeran Pamot.
7. R.M Sabar, dari selir, dewasanya bernama Pangeran Mangkudiningrat.
8. R. Ay Tirtawiguna, dari selir, menikah lagi berganti nama R. Ay Puspakusuma.
9. putra dari selir, belum diberi nama lalu meninggal.
10. R. Ay Tirtayuda, dari selir, Nglorog, tanah Pacitan .
11. Pangeran Kaap, dari selir.
12. R. Ay Mangkuyuda, dari selir.
13. R.M Arya Tejakusuma, dari selir.
14. R.M Arya Tejakusuma, dari selir.
15. R.M Ranukusuma, dari selir.
16. R. Ay Mangkuyuda di Banyumas, dari selir