Indra penglihatan Leo semakin meredup, senyumnya terasa miris sebelum ia menunduk seraya menelan ludah. "Lo benar, Hel. Gue juga merasakan semua itu sejak kita putus, gue ngerasa benar-benar hampa dan dunia yang gue tinggali ini semakin nggak ramah lagi. Gue pernah mimpiin lo sama Raka, dan itu bikin gue benar-benar ketakutan, Hel. Sayangnya, apa yang gue perbuat sama elo benar-benar fatal dan nyata, bukan cuma mimpi. Maafin gue yang tetap mencintai elo walaupun udah nggak pantas lagi, Rachel." Tanpa aba-aba Leo menarik Rachel dalam dekapannya, menyalurkan rasa sakit yang kembali terasa, gadis itu hanya bergeming tanpa berkomentar lagi. Biar saja Leo seperti itu, biar saja ia menikmati karmanya sendiri.
Rachel tersenyum canggung. "Serius ya, tapi gue enggak pengin bahas itu lagi. Gue pengin bahas hal lain yang lebih bermanfaat, jadi lupain aja masalah itu, Leo."
"Lo mau bahas apa?"