***
Karang masih bergelut dengan rasa kantuknya, ia terlalu nyaman sampai tak terusik kala sinar matahari menyorot wajahnya dari jendela kamar Pelita yang sudah dibuka wanita itu sejak bangun tadi, tangan kiri Karang bergerak meraba permukaan ranjang sisi kiri, dan ia tak temukan apa-apa hingga bola matanya terbuka lebar.
Karang beranjak, ia menoleh dan memang tak ada Pelita di sana. Karang mendengkus, ia menyugar rambut sebelum beranjak meraih kausnya yang tergeletak di ujung ranjang, ia hanya mengenakan celana sejak pergulatan semalam, ia kenakan benda itu sebelum masuk kamar mandi dan membersihkan wajah sebentar.
Setelahnya laki-laki itu keluar menghampiri pintu kamar, Karang menuruni anak tangga setelah mencium aroma roti bakar yang khas. Ia mencubit lengannya sendiri.
"Aw! Sakit ternyata, berarti gue nggak mimpi, semalam emang Pelita," gumam Karang terdengar bodoh, "lagian gue mau tidur sama siapa lagi kalau bukan Pelita coba."