***
Sepasang iris itu menatap kalender kecil yang ia pegang seraya mengernyit, kenapa bisa tanggal merah yang Pelita lingkari ternyata jauh sekali dari jadwal seharusnya ia mengalami masa haid. Wanita itu bahkan masih mengenakan handuk, ia duduk di tepian ranjang seraya terus berpikir apa yang salah dengan dirinya. Kenapa ia harus telat sejauh itu.
Pelita mengembalikan kalender di permukaan nakas, segera ia berpakaian dan turun ke bawah untuk menikmati sarapan pagi dengan suaminya.
Pelita tersenyum saat melihat Karang masih menunggunya seraya memainkan ponsel, saat langkahnya kian dekat—wanita itu menutup mulut seraya meremas perutnya dan membungkuk, Karang panik melihatnya.
"Kamu kenapa, Sayang?" Karang beranjak menghampiri istrinya.
"Buang susunya, buang!" pinta Pelita seraya menahan sesuatu yang terus bergejolak tak nyaman dalam perutnya, ia memasang ekspresi ingin muntah.
"Tapi kenapa? Bukannya setiap pagi kamu minum susu?"
