***
Pagi itu angin berembus kencang, mereka menggerakan tarian kematian di antara wajah-wajah layu penuh kesedihan, beberapa kamboja turut gugur, angkasa terlukis kelabu seolah semesta menginsyaratkan ikut berduka atas kepergian gadis kecil bernama Selia yang akan dikebumikan pagi ini.
Pelita dan Karang turut hadir dalam pemakaman itu, semua orang berpakaian serba hitam. Semua tampak jelas, raut-raut kesedihan juga air mata mendominasi orang-orang termasuk Pelita. Karang terus merangkul istrinya seraya mengusap lembut bahu itu, kini Pelita sudah benar-benar percaya kalau Selia sudah tak ada lagi di dunia, apalagi setelah peti mati mayat Selia diturunkan ke dalam liang lahat—terlihat seorang wanita paruh baya menjerit sebelum akhirnya jatuh pingsan, mungkin salah satu anggota keluarga Selia.