***
Baru pukul delapan, tapi Pelita sudah menguap berkali-kali karena terlalu lelah dengan segudang aktivitasnya di kampus, ia di kamar sendirian—sedangkan Karang berada di ruang galeri mengurus semua kamera yang akan ia bawa besok ke Bali.
Pelita naik ke ranjang, merebahkan tubuh lelahnya seraya menarik selimut hingga sebatas dada dan mengambil posisi miring ke kiri—barulah memejamkan matanya dengan tenang.
Sekitar pukul sebelas malam, Pelita terus bergerak resah karena sesuatu serasa mengusik lehernya, dan ia enggan membuka mata. Rasa kantuknya jauh lebih besar ketimbang pengganggu itu.
Berguling ke kiri dan kanan ia lakukan, tangannya juga mengusap leher yang terasa basah, tapi lagi-lagi sesuatu mengusiknya.
"Ah ...." Pelita mendesah kala merasakan lehernya terus disesap dan digigit, akhirnya ia membuka mata—mendapati Karang bermain dengan lehernya. "Aku ngantuk, mau tidur, capek," rengek Pelita seraya menjambak rambut Karang dan memaksanya berhenti melakukan hal itu.