Chereads / Perjalanan Seorang Ksatria / Chapter 4 - Ordinary days in the new world

Chapter 4 - Ordinary days in the new world

Sudah seminggu aku berada di Akademi ini.

Meski hanya seminggu tapi aku merasa waktu berjalan begitu lambat.

Daripada disebut akademi, tempat ini lebih cocok disebut neraka.

Selama seminggu ini, kami hanya berlatih menggunakan pedang dan belajar cara menggunakan mana dengan efisien.

Setiap latihan yang dilakukan di akademi begitu berat dan melelahkan. Tubuhku kini dipenuhi oleh luka gores dan memar.

Jujur saja, jika aku tidak menyemangati diriku sendiri, pastinya aku sudah tumbang dari kemarin. Satu-satunya hal yang bisa aku lakukan untuk menahan semua ini adalah berpikiran positif dan memotivasi diriku sendiri.

Meski aku sudah berada disini selama seminggu tapi kekuatan manaku belum terlihat sama sekali.

Pelajaran dimulai dari jam 8 sampai jam 3 sore dan kita hanya berada di dalam ruangan sekitar 2 jam dan sisanya kami adakan latihan pertempuran diluar ruangan.

Ini memang memalukan, tapi aku selalu kalah dalam setiap latihan pertempuran.

Karena dari itu aku sekarang dipanggil oleh pecundang oleh siswa kelasku. Julukan itu ternyata melekat entah dimana aku berada.

Dan satu hal lagi yang merepotkan, siswa disini semuanya sampah.

Kebanyakan mereka yang berasal dari kaum bangsawan selalu meremehkan orang yang tidak punya latar belakang sepertiku.

Aku bisa merasakan dari tatapan mereka yang menatap rendah diriku.

Itulah kejadian singkat yang kujalani selama aku belajar di akademi selama seminggu ini. Dan untungnya akademi ini punya libur selama sehari

Hari ini adalah hari libur pertamaku.

Seluruh tubuhku terasa begitu sakit dan sejujurnya aku ingin menghabiskan hari liburku dengan berbaring di kasur, tapi sayangnya aku tidak bisa melakukan itu.

"Aku mendapat beberapa kemungkinan tentang mana yang kau punya" Ucap tuan Fiskal sembari menatap kristal berwarna bening.

"Kemungkinan? Kekuatanku, kekuatanku pasti salah satu kekuatan yang sangat kuat kan?"

"Aku masih kurang yakin, tapi aku merasa kalau mana yang tidak berwarna itu adalah elemen angin"

"Angin?"

"Dalam kejadian normal, orang yang punya kekuatan mengendalikan angin adalah mereka yang punya mana berwarna hijau cerah, mana yang warnanya hampir mendekati bening adalah hanya warna itu"

Padahal aku ingin kekuatan yang lebih keren seperti api atau semacamnya"

"Aku kenal seorang pria yang punya warna mana seperti itu. Dia berada di wilayah netral di bagian utara, tepatnya disini" Fiskal menunjuk salah satu wilayah di peta yang berukuran cukup besar yang terpasang di salah satu dinding sudut ruang kerja Tuan Fiskal.

Wilayah yang ditunjuk oleh Tuan Fiskal adalah wilayah bernama Leonil. Wilayah itu berada di bagian utara dari Kerajaan kami.

Di dalam wilayah Leonil juga terdapat beberapa kota yang ditulis dengan warna putih. Tuan Fiskal menunjuk kota bernama Puiro.

Kerajaan kami ditulis dengan tulisan berwarna biru bertuliskan Cordis dan wilayah Leonil yang ditunjuk oleh Tuan Fiskal ditulis dengan warna Putih, warna yang ditulis putih itu adalah wilayah netral, setidaknya itu yang dikatakan oleh Desval.

Di bagian selatan peta terdapat kerajaan bertuliskan 'Silva' yang ditulis dengan warna merah pekat. Kerajaan Cordis dan Kerajaan Silva hanya dipisahkan bukit yang cukup tinggi dan hutan yang cukup lebat.

"Tunggu sebentar... Kau mau aku melakukan perjalanan ke Leonil sekarang? Aku hanya punya waktu libur sehari dan aku ini sekarang kelelahan. Kau tidak lihat luka goresan di sekujur tanganku?"

"Siapa yang bilang kau pergi sekarang?" Tuan Fiskal menatap ke arahku seakan-akan aku orang yang bodoh "1 bulan... 1 bulan lagi kau akan pergi kesana untuk berlatih"

"Nah, kalau ini aku setuju"

"Bicara tentang libur, kau tidak punya uang kan?"

Benar juga, selama seminggu ini aku tidak punya uang sama sekali, lagipula makanan dan kebutuhan lain di beri oleh akademi.

"Ambil ini" Tuan Fiskal melempar kantung berisi koin emas dan perak "Totalnya 20 koin emas, pakai itu dengan baik"

"Terimakasih... Jadi, apa aku boleh ke kota sekarang?"

"Kau boleh pergi asal kau berjanji tidak akan menimbulkan masalah... Dan satu lagi, jangan memberitahu siapapun kalau kau penerus Sir Kalos"

"Iya, iya aku paham"

X--X

Pemandangan kota ini terasa begitu asing bagiku. Kota ini dikelilingi oleh dinding yang cukup besar dan kokoh.

Bangunan di kota ini mayoritas terbuat dari kayu dan jalanan kota ini dilapisi oleh bebatuan yang tersusun rapi berbentuk persegi panjang.

Suasana kota ini membuatku hidup di abad pertengahan.

Mungkin ini yang terjadi jika duniaku dulu mempunyai kekuatan sihir seperti disini.

Dunia ini terlalu mengandalkan kekuatan mana sehingga teknologi tidak terlalu berkembang disini.

Dari depanku terlihat banyak orang-orang berkumpul di alun-alun kota. Di bagian tengah alun-alun itu terdapat air mancur dan aga jauh dari tempat itu terdapat sebuah panggung kayu yang lumayan tinggi.

"Kita berhasil melindungi desa Crane dan berhasil memukul mundur pasukan berandal itu!" Ucap seorang pria yang berdiri di panggung itu dengan suara yang lantang.

Semua orang bertepuk tangan setelah mendengar ucapan orang itu.

"Tapi sayangnya beberapa kelompok gugur dalam melindungi desa itu. Para prajurit tersebut berperang dengan gagah berani! Mempertaruhkan nyawanya untuk kerajaan ini! Kita sebagai orang yang dilindungi harus mendoakan mereka, khususnya mereka yang sedang bertempur dan gugur dalam perang. Sekarang, ayo kita berdoa untuk mereka"

Mereka semua kini merenung dan menundukkan kepalanya. Suasana disini sekarang terasa begitu sunyi untuk beberapa saat.

"Kau bisa melihat wajah mereka?" Suara Sir Kalos tiba-tiba muncul dari dalam kepalaku "kesedihan, rasa takut, dan keputusasaan terlihat dari wajah mereka. Satu-satunya yang bisa merubah hal itu adalah kita para ksatria"

Apa aku benar-benar bisa membuat perdamaian di Kerajaan ini?

Ini kedua kalinya aku meragukan diriku sendiri.

"Sir, aku tidak yakin bisa melakukan ini. Kau tahu... Di duniaku yang dulu, aku ini seorang pecundang bahkan disini juga aku jadi pecundang."

"Hah, dimana rasa percaya diri yang kau tunjukkan saat pertama kita bertemu? Tenang saja, aku akan membimbing dirimu"

Entah kenapa kini aku merasa lega.

"Terimakasih Sir"

"Bocah, bisakah kau pergi ke makam dan membelikan sebuah bunga untukku?"

Ini kedua kalinya aku mendengar Sir Kalos berbicara dengan yang pelan, orang yang punya sifat tegas seperti dirinya terkadang membuatku bingung jika dia tiba-tiba berbicara dengan suara yang pelan.

X--X

Ditemani oleh langit sore berwarna jingga, aku kini duduk di depan malam Sir Kalos.

Meski ini sore hari, tapi makan pahlawan ini masih banyak pengunjung.

Aku tidak merasakan apapun saat datang ke makam ini, karena aku sedang mengunjungi makam yang orangnya masih berada di dekatku, sangat dekat sampai-sampai kami tidak terpisahkan.

Makam Sir Kalos berada di tengah-tengah makam dan tepat di belakang batu nisan terdapat Payung Sir Kalos. Wajahnya sama persis dengan yang aku lihat saat pertama kali aku bertemu.

Tepat di atas makamnya terdapat beberapa bunga berwarna biru.

"Lihat Sir, ada yang membawakan bunga untukmu"

"Bunga iris kah? Ini pasti bunga darinya" Ucap Sir Kalos dari dalam kepalaku.

"Sir, apa batu nisan ini salah menuliskan namamu?"

Setelah diteliti dengan seksama nama yang tercantum di batu nisan bukan Kalos melainkan Claus. Di makamnya tertulis dengan jelas kalimat Claus Galahad.

"Itu memang namaku"

"Bukan Kalos?"

"Siapa yang bilang begitu?"

"Kau dan Tuan Fiskal"

"Si bodoh Fiskal memang selalu salah menyebut nama orang, tapi kau kenapa ikut salah menyebut namaku?"

"Kan kau yang menyebut dirimu Kalos saat pertama kita bertemu!"

"Kau orang kelima dalam hidupku yang memanggilku Kalos. 4 orang lainnya adalah orang bodoh, berarti kau juga termasuk ke dalamnya"

"Apa kau bilang!?" Aku mengerutkan wajahku.

"Itu Fakta. Ngomong-ngomong, aku cukup terkesan dengan orang-orang bodoh itu. Meski bertahun-tahun telah berlalu, mereka masih saja membawakanku bunga. Dan ya, kurasa patung ini terlalu berlebihan.

"Itu berarti kau orang yang begitu berjasa untuk mereka, kau tahu.. Di duniaku juga ada beberapa pahlawan yang dibuatkan patung berkat jasanya, Tuan Kalos"

Setelah aku mengatakan itu Sir Kalos hanya tertawa kecil.

Aku baru menyadarinya beberapa hari yang lalu, setiap perasaan yang Sir Kalos rasakan, perasaan itu entah kenapa terhubung kedalam diriku. Contohnya saat ini Entah kenapa aku merasa sedikit bahagia sekarang, mungkin perasaan ini adalah perasaan yang Sir Kalos rasakan.

Jika begitu, mungkin perasaanku juga terhubung dengan Sir Kalos.

Aku tidak tahu masa lalu apa yang ia jalani saat dia hidup, tapi yang jelas Sir Kalos adalah orang yang baik.