Setelah acara makan siang selesai, Bara melanjutkan perjalanan ke rumah kontrakan Ariani dan Silvia.
"Apa di area sini rumah kontrakan kalian?" tanya Bara menghentikan mobilnya di pinggir jalan di depan sebuah rumah yang tidak terlalu besar.
"Benar Tuan Bara, inilah rumah kontrakan kami. Walau tidak besar tapi bagi kami berdua sudah membuat kita nyaman. Dulu saat kita masih kecil, rumah kita lebih kecil lagi bahkan tidak layak untuk di tempati. Tapi kita bertiga selalu bahagia. Benarkan Kak Nita?" tanya Ariani sambil melihat ke arah Dealova yang duduk di depan.
Dealova menganggukkan kepalanya dengan pelan berusaha untuk tidak menangis saat mengingat kebahagiaan di sela-sela kesedihannya.
Apalagi setelah mengetahui kalau dia bukan anak kandung orang tuanya. Dan sekarang dia juga tidak tahu di mana orang tuanya.
Bara menatap dalam wajah Dealova, sangat mengerti dengan kesedihan Dealova.
"Anda harus kuat dengan semua ujian ini." ucap Bara dengan suara beratnya.