Tapi betapa terkejutnya Datuk Sipatoka. Masih setengah
jalan tahu-tahu laksana ranting-ranting kering dilanda angin
puting beliung ke sepuluh keris itu berpelantingan ke
bawah. Dua buah melesat ke arah Datuk Sipatoka,
selebihnya bermentalan ke arah pembantu-pembantunya
yang duduk di kursi! Sekali mengebut kan jubah kulit
harimaunya maka mentallah kedua keris yang menyerang
Datuk Sipatoka. Tapi tidak demikian dengan pembantu-
pembantunya! Suara pekik melengking raungan laksana
hendak meruntuhkan langit-langit. Delapan orang terkulai
di kursi masing-masing tanpa bisa bergerak lagi. Mereka
adalah dua orang pembantu kelas satu, empat orang
pembantu kelas dua dan dua orang pembantu biasa! Tubuh-
tubuh mereka ditancapi keris kuning milik Datuk mereka
sendiri! Ada yang menancap tepat di ubun-ubun, ada yang
di muka, di dada dan di perut!
Paras Datuk Sipatoka kelam membesi. Mulutnya
berkomat kamit. Janggut dan kumisnya laksana kawat
meranggas karena amarah! Kedua tangannya yang hitam
saling digosok-gosokkan satu sama lain. Sedetik kemudian
dari kedua tangannya itu mengepullah asap hitam yang
berbau busuk!
"Manusia di atas loteng tahukah kau pukulan apa
yang sebentar lagi hendak kulepaskan jika kau tetap
berkeras kepala tidak mau unjukkan diri?!"
Orang di atas loteng tertawa gelak-gelak.
"Dari tempatku ini aku dapat melihat jelas, Sipatoka!
Cuma Ilmu Pukulan Hawa Neraka siapa yang takutkan?
Sayang ilmu itu adalah ilmu kesaktian paling hebat yang
terakhir kau miliki Sayang..." dan orang itu tertawa lagi
gelak-gelak lalu menyambungi: "Tapi jika kau mau meng-
adakan perjanjian aku bersedia muncul unjukkan diri!"
"Perjanjian macam mana?!" tanya Datuk Sipatoka
seraya hentikan menggosok-gosok kedua telapak ta-
ngannya. Sampai saat itu dia masih tetap duduk di kursi
kebesarannya!
"Kau bertempur sampai seratus jurus melawan pemuda
pakaian putih rambut gondrong itu...!"
Wiro Sableng tersentak kaget.
"Lalu?!" bentak Datuk Sipatoka.
"Jika pemuda itu menang, kau harus bunuh diri! Sebelum
bunuh diri kau harus pesankan pada anak-anak buahmu,
pada seluruh isi Istana Sipatoka ini untuk memusnahkan
semua bangunan yang ada di sini dan agar mereka semua
kembali ke jalan yang benar!"
"Jika dia yang kalah apa imbalannya?" tanya Datuk
Sipatoka.
"Pertama kau boleh bunuh pemuda itu, juga boleh
tamatkan riwayatku. Kedua buku Seribu Macam Ilmu
Pengobatan yang kini ada padaku silahkan kau miliki
untuk selama-lamanya!"
Berubahlah paras Datuk Sipatoka. Dia tidak terkejut
pada syarat-syarat perjanjian yang dikatakan. Tapi be-
gitu mengetahui bahwa buku Seribu Macam Ilmu Peng-
obatan berada di tangan orang yang di atas loteng itu
kagetlah dia! Wiro Sableng sendiri terkesiap karena
justru kedatangannya ke Tambun Tulang adalah untuk
mencari buku itu!
"Kurang ajar!" terdengar makian Datuk Sipatoka
menggeledek. "Darimana kau ambil buku itu?!"
"Dari dalam kamarmu tentu!" sahut orang di atas
loteng dan tertawa mengekeh. "Bagaimana?!"
Dalam hati Datuk Sipatoka mengutuk habis-habisan. Jika
orang itu dapat masuk ke dalam Istana Sipatoka dan
mencuri kitab Seribu Macam Ilmu Pengobatan dari dalam
kamarnya, nyatalah kepandaiannya luar biasa sekali dan
dia telah saksikan sendiri tadi! Menurut pandangan Datuk
Sipatoka kalau bertempur melawannya belum tentu dia
bisa dikalahkan oleh orang sakti itu. Tapi untuk
mengalahkan lawan bukan hal yang mudah pula bagi
Datuk Sipatoka. Dan karena menganggap Wiro Sableng
seorang pemuda yang tak perlu begitu ditakutkan maka dia
pun mendongak ke loteng dan berseru:
"Aku terima perjanjianmu!"
"Bagus! Tapi harap kau sampaikan dulu pesanmu
pada seluruh isi istana ini!" sahut orang yang masih ber-
sembunyi di balik loteng.
"Kentut apa kati kira pemuda tengik itu pasti akan
mengalahkah aku?!" teriak Datuk Sipatoka marah.
"Belum tentu memang! Tapi kalau kau tak bersedia
menerima persyaratan berarti perjanjian balai. Dan ter-
paksa buku Seribu Macam Ilmu Pengobatan kubawa pergi!"
"Kurang ajar!" maki Patuk Sipatoka geram. Tapi dia
kerahkan juga tenaga dalam dan berteriak hingga me-
ngumandang ke seluruh pelosok Istana Sipatoka.
"Seluruh isi Istana Sipatoka. kalian dengarlah pesan
Datukmu ini! Aku akan bertempur melawan seorang pe-
muda tengik yang kesasar datang ke tempat kita! Jika
aku kalah maka kalian harus memusnahkan segala apa
yang ada di sini dan kalian kembali ke dunia luar, ke
dalam jalan yang benar. Sekian!" Datuk Sipatoka me-
mandang ke atas dan berseru: "Nah orang di atas loteng,
puaskah kati sekarang?!"
"Puas... puasi" sahut orang itu. Sekejap kemudian diiringi
dengan suara tertawa gelak-gelak maka bobollah langit-
langit ruangan dan sesosok tubuh berpakaian putih
berkelebat dan hampir tak dapat disaksikan oleh mata
saking cepatnya tahu-tahu orang ini sudah duduk menje-
lepok seenaknya di sudut ruangan! Di pangkuannya ada
sebuah kitab. Seisi ruangan terkejut. Wiro sampai
ternganga dan garuk-garuk kepala:
"Tua Gila-.." desis Pendekar 212 laki cepat-cepat menjura
hormat.
"Ah! Kau masih saja pakai segala macam peradatan
yang membikin muak perutku!" kata orang yang duduk
di sudut ruangan yang memang Tua Gila adanya!
"Hadapi si cebol itu! Kalau nasibmu baik kau menang tapi
kalau tidak kau akan mampus, aku akan konyol!" Sehabis
berkata keras begitu Tua Gila pergunakan ilmu
menyusupkan suara memberi bisikan pada Wiro. "Kapak di
tangan kanan. Pukulan Sinar Matahari di tangan kiri! Sekali-
kali jangan pukul bagian tubuhnya! Jika dia pergunakan
Ilmu Pukulan Hawa Neraka, tangkis dengan Pukulan Sinar
Matahari dan hantam dengan Pukulan Dewa Topan
Menggusur Gunung yang kuajarkan padamu!"
"Ayo Sipatoka kau tunggu apa lagi?!" Tua Gila
membentak.
Dan Datuk Sipatoka melompat turun dari kursinya.
Gerakannya seringan kapas! Setelah meneliti Wiro sejenak
dia bertanya: "Maumu dengan tangan kosong atau pakai
senjata?!"
Wiro ingat nasihat Tua Gila. Maka dia pun menjawab:
"Kalau kau punya senjata silahkan dikeluarkan!"
Datuk Sipatoka tertawa sinis dan cabut sebilah keris
hitam yang bercabang tiga! Sinar senjata ini hitam meng-
gidikkan!
"Mulailah!" kata Datuk Sipatoka.
Wiro tertawa. "Kau tuan rumah silahkan mulai lebih
dulu!" Lalu Wiro cabut Kapak Naga Geni 212.
Datuk Sipatoka sunggingkan seringai mengejek. Meski
dia belum bisa mengukur ketinggian ilmu lawannya namun
dia merasa yakin akan membereskan si pemuda di bawah
dua puluh jurus! Tubuhnya dibungkukkan hingga makin
tambah cebol kelihatannya. Dari mulutnya terdengar suara
menggoreng macam suara harimau. Mula-mula perlahan
lalu mendadak sontak keras menggedetek, menggetarkan
seantero ruangan! Baiknya Wiro Sableng sudah kerahkan
tiga perempat dari tenaga dalamnya hingga suara bentakan
dahsyat itu tidak mempengaruhinya!
Tiba-tiba tubuh Datuk Sipatoka berkelebat lenyap! Tahu-
tahu keris hitam bercabang tiga sudah berkelebat hanya
tinggal satu jengkal dari muka Wiro Sableng!
Wiro terkejut lekas-lekas melompat ke samping. Meski
tangan kirinya mempunyai kesempatan leluasa menjotos
tubuh lawan tapi karena ingat akan ucapan Tua Gila tadi
maka hal itu tidak dilakukannya!
Hampir keris bercabang tiga itu lewat di sampingnya
tiba-tiba dengan sebal Datuk Sipatoka menusuk ke perut
sedang tangan kiri lepaskan satu pukulan yang hebat!
Wiro geser kaki kanan. Sambit miringkan badan Kapak
Naga Geni 212 dibabatkan ke bawah! Meski senjatanya
adalah senjata mustika sakti namun melihat Kapak lawan
yang agaknya bukan sembarang senjata pula maka Datuk
Sipatoka tak berani ambil keputusan untuk adu senjata!
Tarik pulang tangan kanan Datuk Sipatoka lipat gandakan
pukulan tangan kirinya hingga angin pukulan yang ke luar
laksana topan prahara! Di lain pihak Wiropun sudah
menangkis dengan pukulan Kunyuk Melempar Buah yang
mengandalkan seluruh bagian tenaga dalamnya!
Terdengar suara seperti letusan sewaktu kedua angin
pukulan itu saling beradu dengan segala kehebatannya.
Istana Sipatoka bergetar. Wiro Sableng terhuyung-huyung
sampai tujuh langkah. Datuk Sipatoka jika tidak lekas-lekas
pergunakan ilmu mengentengi tubuhnya, meski dia tak
sempat terhuyung ke belakang namun mungkin akan
terhenyak jatuh duduk di lantai tulang!
Terkejutlah manusia cebol ini. Tidak disangkanya tenaga
dalam lawan begitu hebat, lebih tinggi sekitar satu dua
tingkat dari tenaga dalamnya sendiri! Dan diam-diam dia
mulai menyangsikan apakah dia akan sanggup
mengalahkan pemuda itu di bawah dua puluh jurus
sebagaimana yang dipastikan semula!
Jurus kedua dibuka kembali oleh Datuk Sipatoka dengan
serangan yang lebih ganas dari pertama tadi. Dia meraung
macam harimau ketika serangannya yang sekali ini pun
berhasil dielakkan lawan. Jurus ketiga, Datuk Sipatoka
keluarkan ilmu silat yang pating diandaikannya yaitu ilmu
Silat Harimau! Wiro telah pernah menghadapi ilmu Silat
Harimau yang dimainkan Gempar Bumi. Waktu itu kalau dia
tidak mengeluarkan ilmu Silat Orang Gila yang diajarkan
Tua Gila pastilah dia kena dicelakai. Dan kini Datuk
Sipatoka memainkan Ilmu Silat Harimau yang jurus-
jurusnya aneh berbahaya dan lima kali lebih hebat dari yang
dimainkan Gempar Bumi!
Dan dari mulut Pendekar 212 Wiro Sableng keluar suara
suitan keras yang disusul dengan siulan tinggi tak menentu
luar biasa Wiro mulai keluarkah jurus-jurus pertahanan dari
ilmu Silat Orang Gila! Dalam tempo yang singkat lima belas
jurus sudah berlalu. Datuk Sipatoka merutuk dalam hati
dan perhebat serangannya!
Tiba-tiba mengiang suara halus laksana suara nyamuk di
telinga Wiro Sableng.
"Goblok! Mengapa cuma bertahan? Apa tidak mampu
menyerang?!" Itulah dampratan yang dilontarkan Tua Gila
yang duduk enak-enak di sudut ruangan.
Wiro juga sadar. Meski dia bisa bertahan tapi kalau tak
membalas serangan tawan lama-lama dirinya bisa
dicelakai juga. Dia pegang hulu Kapak Naga Geni 212 di
tangan kanan lebih erat. Lalu memasuki jurus ke enam
belas untuk pertama kalinya dia menyerang dengan
mempergunakan Jurus Kepala Naga Menyusup Awan.
Kapak Naga Geni 212 mendengus laksana suara ribuan
tawon. Sinar pulih berkiblat. Kepala kapak menderu ke
bawah lalu laksana seekor naga yang memunculkan
kepalanya dari dalam lautan sen jala itu melesat ke arah
batang leher Datuk Sipatoka!
Sang Datuk sengaja tidak berkelit. Keris cabang tiga
ditusukkannya ke depan, ke arah bawah ketiak tawan
karena dia berkeyakinan bahwa tusukan senjatanya akan
lebih cepat menemui sasarannya daripada senjata lawan!
Pendekar 212 tidak bodoh. Dia sudah memperhitungkan
kerugian posisinya bila dia meneruskan serangannya.
Karenanya dengan cepat Wiro geser kedua kaki dan
berkelit. Begitu berkelit begitu dia susul dengan jurus
serangan baru yang dinamakan Kincir Padi Memutari Kapak
Naga Geni 212 mengaung dahsyat dan berkiblat dalam
bentuk putaran yang sangat kecil!
Datuk Sipatoka berseru keras dan tundukkan kepala
untuk menghindarkan diri dari sambaran senjata lawan.
Tapi sedetik kemudian mata kapak telah menyambar ke
bahu kirinya! Sang Datuk melompat ke kanan dan dia
memaki keras sewaktu sesaat kemudian senjata lawan
telah memapas ke pinggul terus ke arah kedua kakinya!
Satu-satunya jalan untuk mengelakkan serangan yang
berputar itu ialah melompat ke luar dari kalangan per-
tempuran. Meskipun ini akan memberi pandangan pada
orang-orangnya bahwa dia mulai kewalahan menghadapi si
pemuda berambut gondrong tapi Datuk Sipatoka terpaksa
melompat ke luar dari kalangan pertempuran. Bila dia
sudah lepas dari serangan yang berputar itu dia akan
segera balas menyerang. Tapi kejutnya bukan alang
kepalang karena ketika baru saja dia keluar dari kalangan
pertempuran tahu-tahu senjata lawan memburu dalam
jarak yang sangat dekat dan sangat cepat. Mengelak pasti
kasip! Tiada jalan lain daripada menangkis. Datuk Sipatoka
palangkan keris mustikanya
'Traang!"
Bunga api memercik.
Datuk Sipatoka tersurut tiga langkah. Salah satu cabang
kerisnya patah dan mental! Tangannya tergelar hebat! Wiro
sendiri merasakan tangan kanannya yang memegang
gagang Kapak Naga Geni 212 menjadi pedal sakti. Dia
tidak perduli, malah dengan mempergunakan tiga
perempat tenaga dalamnya dia lepaskan Pukulan Sinar
Matahari!
Beberapa orang anak buah Datuk Sipatoka menyingkir
seketika melihat selarik sinar pulih yang silau dan luar biasa
panasnya menderu di depan mereka!
Meski dalam keadaan kepepet, Datuk Sipatoka tidak
kehilangan akal! Serta merta dia jatuhkan diri sama rata
dengan lantai dan berbarengan dengan itu tangan kirinya
cabut sepuluh keris-keris emas yang; bergantungan di
pakaiannya lalu dilemparkan ke muka!
Pukulan Sinar Matahari menyambar ke atas tubuh
Datuk Sipatoka. Keris emas melesat di bawah sinar pukulan
yang dilepaskan Wiro lalu menyambar dengan ganas ke
arah sepuluh bagian tubuh Pendekar 212.
Wiro Sableng kiblatkan Kapak Naga Geni 212 dalam
Jurus Tameng Sakti Menerpa Hujan.
"Trang... trang... trang!"
Suara itu terdengar berturut-turut sampai sepuluh kali.
Dan ke sepuluh senjata mustika yang dilemparkan
Datuk Sipatoka mental patah tersambar Kapak Naga
Geni 212! Oikejap yang hampir bersamaan Pukulan Sinar
Matahari yang tak berhasil menerpa tubuh Datuk Sipa-
toka terus melanda dinding Istana Sipatoka. Dinding
yang terbuat dari tulang yang kokoh itu bobol berkeping-
keping. Atap istana turun ke bawah hampir runtuh!
"Kurang ajar!" rutuk Datuk Sipatoka seraya melompat
bangun. Seluruh ilmu simpanannya telah dikeluarkannya.
Mereka telah bertempur hampir enam puluh jurus dan
ternyala dia tak sanggup menumbangkan lawannya malah
nyawanya hampir saja dilalap mentah-mentah!
"Kematianmu dalam saat ini juga, keparat!" desis
Datuk Sipatoka. Kerisnya dimasukkan ke balik pinggang.
Kedua tandannya yang hitam digosok-gosokkan satu sama
lain. Sedetik kemudian asap hitam mengepul dari kedua
tangan itu. Asap hitam yang berbau busuknya bangkai
manusia! Wiro tutup indera penciumannya. Sesuai dengan
ucapan Datuk Sipatoka. Kapak Naga Geni 212 dimasukkan
kembali ke dalam pakaiannya. Pukulan Sinar Matahari
disiapkan di tangan kiri sedang telapak tangan kanan
sudah terisi aji pukulan "Dewa Topan Menggusur Gunung".
Kepulan asap hitam yang busuk luar biasa itu semakin
banyak memenuhi ruangan. Anak-anak buah Datuk
Sipatoka yang ada di tempat itu sudah sejak tadi
menyingkir karena mereka maklum akan kedahsyatan
Pukulan Hawa Neraka yang hendak dilepaskan pemimpin
mereka. Kalaupun lawan tak sampai mati oleh pukulan itu
tapi tubuhnya akan berbau busuk seumur hidup!
"Orang muda, sekalipun kau punya seribu macam ilmu
kesaktian, jangan harap kali ini kau bisa larikan diri dari
liang neraka!"
"Wiro berdiri dengan siap saja. Meski kewaspadaan
penuh tapi suara siulan tak teratur dari sela bibirnya
sampai saat itu masih mengumandang, membuat Datuk
Sipaloka merasa dirinya dianggap sepi saja!
Suasana sehening di pekuburan sewaktu perlahan-
lahan Datuk Sipatoka angkat kedua tangannya ke atasi
Kemudian suara menggeledek keluar dari mulutnya. Se-
rentak dengan itu kedua tangan dipukulkan ke muka, dua
larik sinar hitam pekat yang busuk, menggidikkan me-
nyambar ke arah Pendekar 212 Wiro Sableng!
Sewaktu Datuk Sipatoka memukul ke depan, Wiro
juga telah memukulkan tangan kirinya ke muka. Sinar
putih menyilaukan melesat ke depan, sekaligus mema-
pasi dua sinar hitam. Terdengar letupan yang dahsyat!
Masing-masing pihak tersurut lima langkah ke belakang.
Sinar putih dan sinar hitam masih kelihatan di udara ka-
rena kedua orang yang bertempur masih belum turunkan
tangan masing-masing. Tiga sinar itu laksana tiga ekor
naga yang berpalun-paiun, berkelahi dan saling gempur
dengan dahsyat! Masing-masing sudah keluarkan keringat
dingin dan urat-uraft leher menegang biru!
Wiro membentak dam dorongkan lagi tangan kirinya.
Tubuh Datuk Sipatoka tergontai-gontai. Wiro membentak
lagi sampai beberapa kali. Datuk Sipatoka laksana ditekan
dinding baja. Dia mundur terus menerus dan bertahan
dengan sekuat tenaga. Ketika untuk ke lima kalinya Wiro
membentak lagi dan dorongkan kembali tangan kirinya
Datuk Sipatoka tak sanggup bertahan lebih lama. Tubuhnya
terhampar jatuh duduk di lantai. Ilmu Pukulan Hawa
Nerakanya buyar dan lenyap sedang Pukulan Sinar Matahari
Wiro terus menyerampang salah satu kakinya! Datuk
Sipaloka meraung terguling-guling. Wiro tidak memberi hati.
Tangan kanan didorongkan kini. Dan satu gelombang angin
yang luar biasa hebatnya menyapu tubuh Datuk Sipatoka
membuat tubuh itu terguling-guling di halaman berumput
Istana Sipatoka. Tangan dan kaki tanggal dari
persendiannya sedang kepala hancur memar! Itulah
kehebatan ilmu Pukulan Dewa Topan Menggusur Gunung
yang telah dilepaskan Wiro Sableng tadi!
Suasana yang hening menggidikkan itu dirobek oleh
suara tertawa Tua Gila. Orang tua ini berdiri dari duduknya
dan berkata: "Pertempuran hebat! Luar biasa sekali untuk
disaksikan!" Kemudian Tua Gila memandang berkeliling
dan berseru: "Empat puluh perempuan-perempuan muda
yang ada di luar Istana harap segeramasuk!"
Sesaat kemudian ke empat puluh, pesuruh Datuk
Sipatoka yang terdiri dari perempuan-perempuan muda
belia itu masuk ke dalam, istana. Melihat kolega-kolega
mereka yang ada di dalam istana, yaitu sisa-sisa pembantu
Datuk Sipatoka pada berlutut di lantai maka ke empat
puluh perempuan-perempuan ini pun berlutut pula di
hadapan Tua Gila dan Wiro Sableng.
"Berdiri semua!" bentak Tua Gila.
Serempak semua orang itu berdiri.
"Kalian semua sudah dengar pesan perjanjian Datuk
keparat itu, . ?
Semua orang mengiyakan.
"Begitu kami pergi, kalian segera memusnahkan
istana..bejat ini. Hancurkan semua yang ada rata dengan
tanah..Lalu tinggalkan tempat ini dan pergi ke mana kalian
rnau asal saja menempuh jalan kehidupan yang benar!
Kalau kelak kutemui atau kudengar ada di antara kalian.
Yang coba-coba untuk kembali jadi orang jahat atau
memperhamba diri pada orang jahat, pasti tak ada
ampunan bagi kalian!"
Tua Gila berpaling pada Pendekar 212 dan
menyodorkan buku Seribu Macam Ilmu Pengobatan, yang
kulitnya sudah robek.
"Ambillah. Kau rupanya memang berjodoh dengan kitab
ini,.."
Wiro menerima kitab itu lalu menjura sambil berkata
"Banyak terima kasih atas segala, bantuan mu, Tua Gila?'
Kemudian ketika dia angkat kepalanya ternyata si orang
tua sudah lenyap dari hadapannya! Hanya kumadang suara
tertawapya yang terdenga di kejauhan! Wiro Sableng, hela
nafas dalam dan garuk-garuk kepala.
TAMAT