Helena sudah berada dalam kamarnya sendiri, pertama kalinya ia memiliki sebuah kamar yang layak untuk ditempati. Kembali ia mengingat sosok neneknya, satu-satunya keluarga yang masih dimiliki dan sangat ia sayangi. Perasaan sedih kembali menyelimutinya. Duduk pada sebuah kursi kecil, dan pikirannya kembali menerawang.
Hari ini ia terlalu lelah, menghadapi semua ritual dari pernikahannya sendiri. Terlalu banyak nama dan jabatan yang harus ia hafalkan, dan terlalu lelah karena terus saja memasang senyuman kepalsuan.
"Permaisuri Helena." Seorang pelayan masuk kedalam kamarnya, membungkuk dengan hormat dan tangannya memegangi kotak berwarna merah.
"Ya, aku?" Helena masih canggung, dia tidak tahu harus membalas ucapan apa? Ketika seorang pelayan menyapanya.
Pelayan itu usianya sudah tampak lebih tua dari Helena, berusia tigapuluh lima tahun dan sikapnya justru tampak lebih berwibawa. Ketimbang Helena yang merupakan permaisuri resmi Raja Louis Aarez.
"Anda bisa memanggil saya Rima, saya kepala pelayan untuk kerajaan Aarez." Ucapnya dan meletakkan kotak merah di atas meja.
"Sayang sekali saya belum menemukan pelayan yang cocok untuk anda, tapi saya pastikan besok... Sudah ada yang akan menemani anda." Ucap Rima dengan sopan.
"Saya mengantar hadiah dari Ratu Revania, silahkan anda buka dan gunakan di malam pertamamu bersama dengan Raja Louis." Lanjutnya menjelaskan.
Helena semakin bingung dengan sikap Ratu Revania, bagaimana bisa dia mengirimkan sebuah gaun tidur untuknya. Apakah Ratu Revania tidak mencintai Raja Louis Aarez?
Sebuah gaun tipis berwarna hitam dan sangat tipis, sudah dikenakan oleh Helena. Semua lekuk tubuh Helena terlihat jelas, tanpa ada satu sisipun yang benar-benar tertutup dengan sempurna.
Helena duduk dengan gugup, dia tidak tahu bagaimana memuaskan Raja Louis dimalam pertama. Jangankan mengenai hal itu, mencium seseorang saja tidak pernah ia lakukan.
Terdengar suara pintu kamar yang tiba-tiba terbuka, dan seorang pria dengan postur tinggi sudah berada didalam kamarnya. Sang Raja sudah datang dan menatap Helena dengan pandangan keji, sudah sangat dekat sampai Helena mengira mungkin sudah waktunya memuaskan hasrat sang Raja.
Tangan sang raja memegangi dagu runcing Helena, kedua mata itu akhirnya kembali bertemu dan saling menatap. Tapi bukanlah sebuah tatapan rindu ataupun sayang, yang Helena rasakan adalah sebuah tatapan kebencian.
"Apa kau pikir jika kau pantas untuk berada didekatku?" Cibir sang Raja, dan belum melepaskan dagu Helena.
"Aa...a...aku..." Ucap Helena gugup dan takut, kedua tangannya ia kepal dengan kuat.
"Apa karena kau adalah pilihan dari sang ratu, maka kau berpikir kau pantas untuk berada disampingku?" Tanyanya lagi.
Helena tidak tahu harus menjawab apa, ketegangan semakin ia rasakan beserta dengan ketakutan. Baru kali ini ia melihat wajah Raja Louis teramat dekat, wajah yang begitu tampan tapi menakutkan sekaligus.
"Camkan kata-kataku! Aku tidak akan menyentuhmu!" Ucap Raja Louis dengan serius, sedikit menyentakkan dagu Helena. Membuat Helena tercengang dan tidak percaya.
"Raja Louis... Kumohon kepadamu! Akan kuberikan apapun untukmu, aku masih..." Helena sesaat terhenti, dia sedang menjaga intonasi suaranya agar tidak bergetar. Karena rasanya dia sudah sangat ingin menangis dengan kencang.
"... Aku masih seorang perawan. Bahkan aku tidak pernah mencium lelaki manapun yang ada dinegara ini. Aku mohon kepadamu Raja Louis..." Helena tiba-tiba membungkuk, dan memegangi kedua kaki sang Raja Louis.
Bagaimanapun Helena harus bisa tidur dengan sang Raja Louis, itulah syarat yang diberikan oleh Ratu Revania. Jika tidak... Semuanya akan sia-sia, dan Helena tidak akan mendapatkan apapun.
"Menyingkir kau dari kakiku!! bahkan kau tidak pantas untuk menyentuhku!" Sang raja yang marah, menyentakkan kakinya dengan kasar. Membuat Helena, jatuh tersungkur diatas lantai yang dingin.
"Mengapa dia tidak ingin menyentuhku? Aku sudah menjadi istrinya?" Batin Helena dengan bingung. Helena tidak tahu, apakah dia harus senang ataupun sedih.
"Aku datang kedalam kamarmu, bukan berarti aku akan tidur bersamamu! Aku hanya ingin memperingatimu, agar kau tahu persis bagaimana posisimu saat ini." Ucap sang Raja lantang.
"Sudahlah... Aku tidak ingin berlama-lama ditempat ini. Kau tidak lebih baik dari wanita lain yang menjadi permaisuriku...!" Ucap Raja Louis dan mulai membalikkan badannya, dan berniat untuk meninggalkan kamar Helena.
Air mata Helena sudah jatuh membasahi lantai, Helena sudah menangisi dirinya yang tampak hina dihadapan raja. Isak tangis Helena tidak begitu kencang, tapi perasaannya sedang sangat berkecamuk.
"Tidak!! Aku harus mengejar sang Raja! Aku harus memastikan bahwa raja tidur denganku malam ini." Helena bangkit dari duduknya, dan dia berjalan keluar dari kamarnya.
Helena ingat beberapa penjelasan Ratu Revania, Istana Aarez sangat besar dan banyak memiliki lorong-lorong yang terpecah keberbagai ruangan. Tapi malam itu Helena terus saja melangkah, cuaca dingin tidak begitu ia rasakan. Walaupun gaun tidurnya bukanlah hal yang pantas, jika dia harus berjalan ditengah malam dilingkungan istana.
***
Kamar Ratu Aarez.
"Kenapa kau datang kesini, Raja Louis!" Revania kesal, karena sang Raja justru melewatkan malam pertamanya dengan wanita pilihannya.
"Sudah kukatakan!! Aku tidak bisa mencintai wanita lain selain dirimu!" Jawab Louis kesal, tapi memegangi pinggang sang ratu dengan kuat.
"Aku hanya ingin kau, Revania!"
"Ini sama sekali tidak benar Raja... Hari ini adalah malam pertamamu... Kau..mmmm...mmm..." Ratu Revania tidak bisa meneruskan ucapannya, sang raja sudah melumat bibirnya dengan rakus.
"Apa kau akan berani untuk menolak permintaan Raja? Revania, hanya kau wanita yang kucintai! Apa kau tidak paham dengan ucapanku?" Tangan Louis sudah melepas ikatan tali pada gaun tidur Revania, dengan mudah ia melucuti semua gaun tidur yang menutupi tubuh sang ratu.
Tubuh polos Revania sudah terlihat dengan jelas, dan tidak mungkin dia berani untuk menolak keinginan dan hasrat Sang Raja malam itu.
"Tidak mungkin aku berani untuk menolak permintaanmu Raja." Ucap Revania, dan dia sudah tidak berdaya dihadapan sang raja. Dan ia sudah siap untuk melayani Raja Louis.
Louis terus memberikan kecupan bibirnya untuk sang Ratu, tangannya sudah menjelajah kesemua bagian tubuh Ratu. Meremas apapun yang bisa membuat sang Ratu merasakan kenikmatan akan gairahnya malam itu.
"Ohh.. Louis.." Desah Revania tida berdaya, ketika salah satu tangan sang raja sudah mulai memasuki kenikmatan lainnya. "Aku mencintaimu Louis." Ucap Revania lagi.
"Aku pun mencintaimu Revania, kumohon kepadamu! Berhentilah mencarikanku wanita-wanita yang tidak akan sebanding denganmu." Ucap Louis, dan mulai memberikan kenikmatan lainnya.
Sang Raja semakin menikmati permainan yang ia buat, merasakan tubuh Sang Ratu yang sudah bergetar hebat dan menegang kuat, serta ikut merasakan kenikmatan ketika Louis semakin membuat penekanan yang lebih dalam.
Kedua napas itu saling beradu dengan tersengal, tapi tidak ada yang ingin menghentikan permainan mereka. Yang ada justru, irama permainan mereka semakin menanjak. Dan suara desahan semakin tercipta.
Sang Raja merasakan kenikmatan berkali-kali, ketika ia terus membuat penekanan pada kenikmatan terdalam yang dimiliki oleh sang Ratu. Dan Sang Ratu sendiri, sudah tampak kewalahan dengan semua permainan yang dibuat oleh Sang Raja.
Dan ketika permainan itu mulai berakhir, kali ini sang Raja yang mengerang dengan nikmat. Dan sang Ratu hanya bisa berbaring dengan pasrah. Lalu ditutupi dengan kecupan manis yang diberikan Revania untuk Louis.
"Aku sangat mencintaimu Louis." Ucap Revania.