"Ketika kami terbangun, dunia diselimuti oleh kegelapan yang abadi."
.
.
.
*Drap... Drap... Drap*
Suara langkah kaki para prajurit dapat terdengar di lorong istana, para prajurit lengkap dengan zirah besi nya berjalan dengan rapi melewati lorong lurus menuju lapangan istana. Ada sebuah tugas yang baru saja diturunkan oleh Sang Ratu.
'Tangkap para Trespasser yang memasuki wilayah Kerajaan Spade'
Trespasser adalah sebutan untuk orang-orang yang masuk ke wilayah Ratu Merah dengan ilegal dan dianggap sebagai penjahat di Kerajaan ini. Siapapun yang melanggar, harus membayar dengan nyawa mereka. Spade sendiri dikenal sebagai Kerajaan Militer, dengan kekuatan tempur mereka yang begitu luar biasa dan tak tertandingi. Ratu Merah, sebagai penguasa Kerajaan ini terkenal sebagai Ratu Besi dan Darah, dimana ia tidak akan segan menghabisi nyawa siapapun yang melanggar aturan di Kerjaaannya.
"Seperti yang sudah di perintahkan oleh Yang Mulia Ratu, temukan para Trespasser dan seret mereka kemari!" suara tegas tersebut keluar dari mulut seorang pria pirang dengan wajah rupawan.
"Baik!!!"
Pencarian para Trespasser dimulai saat itu juga, ketika Ratu telah memberikan titah. Dua manusia yang berasal dari dunia lain tersebut, tidak tahu jika saat itu kehidupan mereka akan berubah seratus delapan puluh derajat. Di sebuah dunia yang asing, kedua orang tersebut harus mencari jalan untuk pulang.
.
.
.
Tubuh Alissa terasa sangat sakit seperti habis dipukuli. Meski begitu, ia tetap mencoba untuk membuka kedua matanya secara perlahan. Sedikit demi sedikit kesadarannya mulai pulih. Ia merasakan tubuhnya menindih sesuatu yang cukup lembut. Raut wajahnya memucat ketika menyadari bahwa ia menimpa tubuh sahabatnya.
Benar, tadi kami menabrak cermin. Tapi entah mengapa bukannya sakit karena menabrak cermin, tubuhku malah seolah terjun bebas dari ketinggian.
"Kei ..." ucapnya lirih sembari mengguncang tubuh sahabatnya yang masih tidak sadarkan diri.
"Kei, kumohon bangun."
Alissa itu mengguncang tubuh Kei selama beberapa menit, sampai Kei mulai mendapatkan kesadarannya kembali.
Kei yang mulai sadar, mencoba untuk bangun dan memegangi kepalanya yang terasa sakit. Untung saja kepalanya tidak berdarah, namun tubuhnya terasa begitu sakit. Kei mencoba untuk memahami situasi yang sedang terjadi. Secara tiba-tiba mereka terjatuh dari ketinggian setelah menabrak sebuah cermin aneh di tengah jalan.
Bukankah seharusnya kita menabrak cermin?
"Kei, kau baik-baik saja? Apa kau terluka?" tanya Alissa yang begitu khawatir dengan Kei.
"Ah, iya. Kau sendiri bagimana?"
"Aku tidak apa-apa, tapi kita dimana?"
Alissa mencoba untuk berdiri, meski tubuhnya sangat sakit ia tetap mencoba untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Alissa berjalan lurus menuju cahaya yang terlihat diujung.
Anehnya, tempat ini sudah malam. Padahal terakhir kali ia ingat masih sore. Apa artinya mereka pingsan sampai malam hari?
Ketika sampai diujung, Alissa tidak dapat mempercayai apa yang dilihatnya. Ia melihat sebuah kota. Namun kota yang ia lihat sekarang berbeda dengan kota yang biasanya ia lihat. Ketika mengamati dengan seksama Alissa juga bisa melihat sebuah kastil megah berada di jauh di ujung kota.
"Hah? Sebuh kastil?" gumam Alissa yang masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
Kei yang sedari tadi memperhatikan Alissa berjalan menghampirinya secara perlahan, "Ada apa Lissa?" tanyanya dengan suaranya yang berat.
"Kei ... Apa yang kulihat ini sungguhan? Aku melihat sebuah kastil, disana." jawabnya sambil menunjuk sebuh bagunan besar dan mewah yang meskipun berada sangat jauh, masih bisa terlihat dengan matanya.
Melihat sahabatnya begitu terkejut, Kei mengikuti arah jari Alissa menunjuk. Dan benar saja, ada sebuah kastil di hadapan mereka.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" ucap Kei lirih setengah tidak percaya.
"Sebenarnya kita sedang ada dimana?"
.
.
.
Sebuah cahaya menyinari ruangan tertutup yang mirip dengan sebuah gereja. Dibawah lambang Kerajaan Suci, seorang wanita duduk dilantai dengan kedua kaki ditekuk dan diduduki. Kedua tangannya saling mengait seperti sedang berdoa, kedua matanya terpejam, raut wajahnya begitu tenang dan damai.
Dengan perlahan, wanita itu membuka kedua matanya, "Sepertinya tamu kita sudah datang."
"Nona Saintess, Yang Mulia meminta anda untuk menghadap."
Seorang wanita paruh baya, dengan pakaian khas Kerajaan Suci membungkukkan tubuhnya sedikit kearah wanita yang ia sebut Saintess. Ia berbicara dengan sangat sopan kepada wanita itu dan menunjukkan bahwa nona Saintess tersebut memiliki kedudukan lebih tinggi darinya.
"Baik, saya akan segera menghadap Yang Mulia." jawab nona Saintess dengan suara lembut. Ia segera menghadap penguasa Kerajaan Suci, Yang Mulia Ratu Azazel.
Kerajaan Suci adalah satu-satunya kerajaan yang selalu berada pada siang hari. Kerajaan ini tidak pernah merasakan yang namanya malam abadi, Tanah Suci Para Dewa, begitulah sebutannya. Kerajaan ini mempercayai Dewa Cahaya dan memiliki kekuatan sihir paling hebat diantara Kerajaan lainnya. Dipimpin oleh seorang Ratu dengan kemampuan sihir yang begitu luar biasa.
Kerajaan Suci memiliki aturan yang berbeda dengan Kerajaan Spade. Disini, semua orang dari manapun asalnya akan diterima. Namun dengan syarat, tidak melakukan perbuatan dosa di Tanah Suci Para Dewa.
"Saya datang menghadap Sang Matahari Kerajaan." ucap nona Saintess dengan membungkukkan tubuhnya dengan sopan kearah Ratu Azazel yang duduk di singgasananya.
"Semoga Dewa Cahaya selalu menyertaimu." Azazel menjawab nona Saintess dengan sebuah doa.
'Semoga Dewa Cahaya selalu menyertaimu' adalah kalimat doa yang selalu diucapkan oleh penduduk Kerajaan Suci ketika saling memberi salam. Kalimat tersebut bisa kalian dengar di setiap sudut Kerajaan Suci.
Berbeda sengan Ratu Kerajaan Spade yang disebut dengan Ratu Merah atau Ratu Darah dan Besi, Ratu Kerajaan Suci disebut dengan Sang Matahari Kerajaan. Matahari sendiri disini memiliki arti yang begitu mulai dan agung, seorang pemimpin tunggal dari Kerajaan Suci.
"Apakah nona Saintess sudah mendapat pesan surgawi mengenai apa yang akan terjadi?"
"Saya baru saja mendapatkan pesan surgawi dari Dewa Cahaya, Yang Mulia. Tamu yang sudah kita tunggu, sudah sampai di Tanah Mawar Besi."
"Nona Saintess, perintahkan pasukan Ksatria Suci untuk melindungi tamu kita. Bawa para tamu tersebut untuk berlindung dibawah kekuasaan Kerajaan Suci. Lakukan penyelinapan secara rahasia, jangan sampai Ratu Merah mendeteksi pergerakan kita!"
"Baik, saya mengerti Yang Mulai. Semoga Dewa Cahaya selalu menyertai anda."
"Semoga Dewa Cahaya selalu menyertaimu."
Mendengar perintah dari Sang Ratu, nona Saintess segera meninggalkan ruang audiensi dan bergerak menjuju ruangan khusus untuk para panglima tertinggi di Kerajaan Suci.
Pada dasarnya Kerajaan suci memiliki tiga pasukan terkuat. Pasukan Ksatria Suci (Holy Knight), Pasukan Penyihir Suci (Holy Magician) dan juga Pasukan Penyembuh (The Healer). Ketiga pasukan tersebut memiliki peran masing-masing dan dipimpin oleh para panglima yang kuat dan mumpuni.
Para panglima tersebut memiliki sebutan yang berbeda, The Commander, The Archmage, The High Priest. Itulah sebutan para panglima di Kerajaan Suci.
"Tuan Halvar, anda mendapat perintah dari Yang Mulia," ucap nona Saintess kepada seorang laki-laki yang sedang duduk di salah satu kursi yang ada diruangan. Nona Saintess langsung menjelaskan misi yang harus diselesaikan Halvar di Tanah Mawar Besi.
Mendengar penjelasan nona Saintess, Halvar segera memberi salam dan bergegas mengumpulkan anggota terbaik pasukannya untuk melaksanakan tugas dari Ratu Azazel.
"Semoga Dewa Cahaya selalu menyertai anda Tuan Fayvel dan juga Tuan Mikhael."
"Semoga Dewa Cahaya selalu menyertaimu, nona Saintess."
Pasukan Kerajaan Suci mulai bergerak menuju Tanah Mawar Besi, membawa angin perubahan yang tidak dapat di prediksi. Semua akan bermula di tempat itu. Di tanah kekuasaan milik Ratu Darah dan Besi.