Ini adalah ulang tahunku yang ke 12. Aku tidak merayakannya tentu saja. Mana mau ibuku merayakannya, ayahku membelikanku hadiah sebuah X Box terbaru, dan juga PC Gaming terbaru yang mungkin harganya mencapai puluhan juta.
Sedangkan ibuku tidak memberiku apa-apa. Tapi, sepertinya dia sedikit berbaik hati kepadaku, dia kembali menyewa pembantu.
Pekerjaanku menjadi ringan, aku hanya mencuci pakaianku sendiri, sedangkan pembantuku yang melakukan semua pekerjaan rumah.
Ayahku yang menyarankan kepada ibuku dengan alasan agar rumah lebih bersih. Tapi, sebenarnya ayahku hanya ingin agar aku tidak kelelahan saat sekolah.
Malam saat aku berumur 12 tahun, aku melihat sebuah bayangan yang melompat-lompat menuju ruang tamu, namun kakinya tidak menyentuh tanah.
Kemudian, perempuan dengan rambut panjang yang menutupi mukanya terbang dengan pakaian putih kotor.
Lalu ada juga anak kecil yang mukanya hancur setengah yang tengah menatapku dari atap kamarku.
Awalnya aku takut, bahkan aku ingin berteriak, namun aku lebih takut saat ibuku marah. Aku hanya menahan rasa takutku.
Saat tengah dalam ketakutan, ada laki-laki dengan jubah putih terang, mendatangiku. Tubuhnya bercahaya menunjukan auranya seperti malaikat atau semacamnya. Namun, aku tidak peduli dengan itu.
Kemudian dari belakang menyusul seseorang lagi, dengan tanduk panjang di kedua sisi kepalanya.
Awalnya, aku merasa takut sekaligus bingung dan bertanya-tanya dalam hati, 'siapa mereka?'
"Hei, Ryu berjalanlah ke jalan yang terang, dan bunuhlah semua setan dan iblis dengan tanganmu" Ucap Pria yang memakai jubah putih.
"Jangan, Ryu. Ikutlah denganku dan lindungilah bangsa kami dengan kekuatanmu. Maka kamu akan menjadi raja kami" Saut Lelaki dengan 2 tanduk di kepalanya.
"Ryu, ingatlah setan itu adalah musuh para manusia. Tidak ada yang baik dari mereka, maka telusuri lah jalan lurus dan carilah arti dari kekuatanmu" Ajak pria berjubah itu.
"Ryu, ikutilah nalurimu, ingatlah. Jika orang tuamu sudah menyiksamu dari kecil. Dan sekarang adalah waktunya membalas semuanya dengan kekuatanmu." Goda lelaki dengan 2 tanduk.
"Aku tidak tau siapa kalian, tapi aku tidak akan mengikuti kalian berdua, karena aku mempunyai jalanku sendiri." Tegasku sambil menatap mereka dengan mantap.
"Lah, gagal njir" Ucap pria berjubah kepada lelaki bertanduk.
"Elu sih, goblok" Jawab lelaki bertanduk.
"Lah, si anying, dasar sesat" Ejek pria berjubah.
"Eh, dasar sok benar. Padahal aslinya jagad" Jawab pria bertanduk kesal.
"WOIII, NGEBACOT AJA, GUA BUNUH LU SEMUA" Ucapku kesal sambil mengarahkan tanganku yang tiba-tiba bercahaya.
"Nah, kan dia marah goblok dasar setan" Ucap pria berjubah, sambil menunjuk mukanya.
"Eh, kerucut bulat, kan elu yang mulai Anying" Jawab pria bertanduk.
"WOIII!!! Bisa diam gak!!!" Teriakku marah.
"Ah, gawat aku akan kena pukul lagi" ucapku sambil menutupi mulutku dengan kedua tangan. Aku ingat jika jam segini ibu sudah pulang. Tapi, aku tidak mendengar suara ibuku. Aku pun menghela nafas, ternyata ibuku tidak pulang.
"Hei, kalian pergilah, aku tidak mau melihat bacotan kalian" Ucapku kesal sambil menatap mereka dengan tajam.
"Eh bentar, kami sebenarnya mempunyai permintaan kepadamu, tapi karena kami melihat kamu sedang ketakutan melihat anak kecil disana, kami mencoba menggodamu, Tehe" ucap pria bertanduk sambil mengeluarkan lidahnya.
'cieh, anak kecil bapak kau zombie' Saut hantu kecil yang sedari tadi menatapku, malah memalingkan kepalanya dan mengejek pria bertanduk.
"Eh, anak kecil ngomong apa barusan? Gua sumpal mulutmu tau rasa kamu" Ucap kesal pria bertanduk.
"Eh, eng-enggak hehehe" Jawab anak kecil itu sambil menggaruk kepalanya.
"Jadi, apa permintaan kalian?" Tanyaku kepada kedua orang aneh itu.
Tiba-tiba, pria yang berjubah putih, berubah menjadi hantu mengerikan, dengan kepalanya yang terpotong hampir jatuh, dan badannya penuh luka sayatan, lalu bajunya berubah menjadi merah darah. Lalu, lantai yang tadi putih kini tergenang oleh darah yang terus bercucuran dari pria berjubah tadi.
Aku pun, sontak terkejut dengan perubahannya, dan aku pun bergidik ngeri, melihat itu. Aku pun mencoba mencari cara bagaimana cara aku lari. Lalu aku melihat ke arah pria bertanduk tadi. Kemudian, aku melihat dia cekikikan menahan tawa, sambil memalingkan kepalanya berharap tidak dilihat olehku.
Aku yang melihat itu, menjadi kesal lalu aku menatap pria berjubah yang berubah tadi dengan tajam. Lalu, keluar aura hitam tubuhku, yang kian lama kian membesar. Lalu, tiba-tiba anak kecil di atas tadi langsung berlari terbirit-birit menembus jendela untuk kabur.
Pria berjubah tadi, langsung berubah menjadi normal, namun ada sepasang sayap hitam di belakangnya, langsung bergidik ngeri ketika menatapku, sambil meminta maaf. Sedangkan pria bertanduk tadi langsung terduduk membeku ditempat, sambil menatapku dengan takut.
"Ma-maafkan aku, aku bercanda" Ucap pria berjubah tadi, sambil bersujud.
Kemudian, aku menarik nafas panjang, lalu menghembuskan dengan pelan. Seketika, auraku menghilang. Aku tidak tau ini aura apa, tapi terserahlah. Setidaknya, aku mempunyai kekuatan untuk melawan orang yang berbuat jahat kepadaku.
"Baiklah, Ryu izinkan kami menjadi pengikutmu" Ucap Pria dengan sayap dibelakangnya.
"Iya, Ryu. Jika tidak, kami akan mati dan tidak akan lagi berada di dunia ini." Ucap pria bertanduk itu lirih.
Aku pun kepikiran untuk membalas kejahilan mereka. Aku pun tersenyum manis dan menjawab.
"Silahkan mati, aku tidak peduli" kataku dengan senyum manis ku.
"Eh, Ryu kami mohon tolonglah, kami akan bersedia melakukan apapun untukmu" ucap pria bersayap.
"Benarkah?" Tanyaku serius.
"Iya, Ryu kami bersedia" sambung pria bertanduk.
"Baiklah, bisakah kalian mempercepat kematian?" Tanyaku tanpa ekspresi.
"Hahhhh, tolonglah Ryu tolong" ucap keduanya sambil menangis dan memegang kakiku.
"Hahahaha, akhirnya aku berhasil menipu kalian hahahaha" Ucapku tertawa saat melihat wajah menyedihkan mereka.
"Goblok!!" *Plak* Ucap pria berjubah lalu memukul kepalaku. Aku pun hanya memegang kepalaku, namun aku tersenyum puas.
"Jadi Ryu, bisakah kami menjadi pengikutmu?" Tanya pria bertanduk.
"Iya-iya jawabku malas," jawabku malas.
"Terima kasih Ryu" ucap mereka berdua kompak.
"Umn" Ucapku mengangguk.
"Perkenalkan namaku Eiji" ucap pria berjubah.
"Aku Fudo" sambung pria bertanduk.
Setelah acara berkenalan, mereka berdua berubah menjadi anak seumuran ku. Apalagi, Fudo yang saat berubah, tidak mempunyai tanduk dan memperlihatkan sosok manusia biasa, dengan ketampanannya.
Sedangkan Eiji, berubah menjadi anak lelaki yang juga seumuran denganku,tapi ketampanannya melebihi Fudo. Bahkan, Fudo seringkali merasa iri dengan Eiji. Tapi Eiji adalah sosok yang tidak memperdulikan fisiknya, dan hanya berfokus pada tujuan.
"Baiklah, kalian berdua. Setelah ini kalian mau apa?" Tanyaku penasaran dengan arah dan tujuam mereka yang tidak jelas.
"Ummm, kami mau tidur" ucap Fudo langsung melompat ke tempat tidurku.
"Aku juga," *wosh* Eiji melompat kekasurku, dan membuat Per didalam kasur bergetar kuat.
"Hei, kalian mau merusak kasurku yah" Ujarku kesal.
"Hehehhe ,maaf," maaf Ryu" Ucap Fudo dan Eiji bersamaan.
Aku pun kembali tidur, dengan Fudo di kiri dan Eiji di kanan. Sedangkan aku ditengah. Untung saja mereka berdua tidur gak dengkur, karena jika iya, maka aku akan menyumpal mulut mereka dengan fas bunga.
Keesokan harinya, aku pun bangun cepat dan segera kesekolah untuk upacara pertama, sekaligus upacara penyambutan murid baru kelas 1.
Aku pun pergi ke kamar mandi dan setelah itu, langsung memakan makanan yang sudah disiapkan oleh bibi.
"Aku berangkat!" Teriakku sambil berlari, dan di jawab dengan lambaian dari bibi.
Saat sampai di sekolah, upacara penyambutan baru akan dimulai. Aku pun bernafas lega karena masih sempat. Aku kesekolah, tidak mendapatkan jajan, karena ayah dan ibu tidak pulang. Dan ibu mana mau ngasih uang ke aku.
Tapi, untung aja ayahku selalu mentransfer uang setiap bulan. Jadi, penyebab aku sedikit terlambat, karena masih pergi ke bank untuk mengambil uang.
Sebenarnya, aku hanya mau mengambil uang 100 ribu untuk. Seminggu jajanku. Btw uangnya gak terlalu berguna karena aku sudah merasakan kemewahan di rumah ini lewat ayah, walau aku terkekang oleh sikap ibuku.
Tapi, batas limit penarikan uang adalah 1 juta makanya aku menarik uang 1 juta dan mengambil 100 ribu susahnya aku sembunyikan di dalam tas. Aku takut jika aku malah di culik atau dirampok, soalnya mereka menculik atau merampokku, sama sekali tidak berguna karena ayah ibuku juga tidak peduli. Hahhh menyedihkan sekali aku ini.
Fudo dan Eiji juga telah membentuk kontrak denganku tadi pagi. Kata mereka aku sedikit spesial, makanya aku mempunyai tanda seperti gambar malaikat dengan sayap putih yang ditekuk menutupi badan bagian depan, dan mempunyai warna emas di setiap ujung sayap, dan Mahkota di kepala naga. Logo itu terbentuk di bahu sebelah kananku.
Kata mereka aku adalah Half Angel yang berarti aku lebih tinggi dari pada Dewa. Tapi, mana ada aku percaya sama 2 idiot ini yang setiap berkata pasti berbohong.
Dan kata mereka biasanya orang yang mempunyai kekuatan sepertiku hanya bisa menyimpan setidaknya 2 Makhluk kontrak di logo mereka. Dan jika mau mempunyai lebih, maka mereka akan menambahkan beberapa logo di badan mereka. Tapi, karena aku half Angel, maka Logo di bahu kananku bisa menyimpan makhluk kontrak sebanyak yang aku inginkan.
............
Saat aku di dalam halaman sekolah, aku langsung memasuki barisan. Banyak cewe yang menatapku dengan mata mereka yang berbinar. Aku tidak tau kenapa, tapi kata mereka wajahku tidak mirip dengan kedua orang tuaku. Mungkin itu yang membuat mereka menjadi sentimen kepadaku.
Di tempat cowo, mereka malah menatapku dengan mata kebencian. Bahkan ada yang berdecak saat aku menatapnya, lalu memalingkan kepalanya.
"Anak-anak, mohon perhatian di depan. Upacara akan dimulai" ucap guru didepan dengan pengeras suara.
Time Skip
Setelah selesai upacara penyambutan dan pembagian kelas, aku mendapatkan kelas 1-1. Aku pun mencari kelas dengan tulisan 1-1.
Saat sedang mencari, aku melihat sebuah papan yang terpampang di atas pintu 1-1, aku pun masuk. Di dalamnya, ada sekitar 30 siswa. Aku pun berjalan mencari meja yang tertulis namaku.
Saat aku menemukan mejaku, aku bersorak di dalam hati, karena aku mendapatkan Tempat duduk di deretan paling belakang sebelah kanan, samping jendela. Jadi aku bisa melihat pemandangan dari dalam kelas.
Saat aku sedang bersantai di tempatku, ada 3 anak yang masuk kedalam kelas. Anak yang terkenal nakal di SD, dan pernah mem-bullyku waktu kecil. Mereka bertiga adalah Arif, Fendy, dan Fariz. Mereka pun mencari tempat duduk mereka. Kemudian Fendy duduk di bangku sampingku. Lalu dia menatapku dengan tajam.
"Apakah kamu Ryu?" Tanya Fendy.
"Akhirnya aku punya mainan di SMP" ucap Fendy tersenyum jahat.
Fendy adalah pemimpin gengnya yang dinamakannya triple assassin. Aku pun tertawa pelan mendengar nama geng mereka. Padahal mereka hanyalah sekumpulan anak nakal yang ingin ketenaran.
Setelah 15 menit aku membaca novelku, guru pun masuk dan memperkenalkan diri.
"Selamat pagi anak-anak". Sambut ibu guru dengan ceria.
"Selamat pagi Bu" Jawab serentak seluruh siswa.
"Perkenalkan nama ibu Asuka Chihiro. Dan ibu adalah wali kelas kalian, mohon bantuannya 3 tahun kedepan" Ucap ibu Chihiro dengan senyum lembut.
"Mohon bantuannya" Ucap serentak semua murid.
"Baiklah, kita akan mulai hari ini dengan perkenalan dulu. Dimulai dari kanan" ucap ibu Chihiro menunjuk kearah kanan.
Setelah menunggu, tibalah giliran ku memperkenalkan diri.
"Dan yang terakhir, Ayo perkenalkan dirimu!" Teriak ibu Chihiro kepadaku.
Namun, aku terlalu fokus ke Novel sehingga aku tidak mendengar apa yang dikatakannya.
"Hei, idiot ibu guru memanggilmu" Ucap Fendy berbisik kepadaku.
"Eh?" Ucapku kaget saat melihat kedepan, semua orang menatapku.
"Ayo perkenalkan namaku" Ucap ibu Chihiro mencoba mengembalikan suasana.
"Ah, iya, perkenalkan aku Ryu. Semoga kalian bisa berteman denganku" Ucapku singkat lalu duduk kembali.
"Singkatnya" ujar ibu Chihiro sambil memegang kepalanya dan menggeleng.
"Baiklah, semuanya kita akan mulai dari pemilihan ketua kelas. Apakah ada yang mau menjadi ketua kelas?" Tanya Bu Chihiro kepada semua murid.
Aku pun kembali fokus ke Novel, karena aku tidak tertarik dengan hal seperti itu. Lalu, Fendi menggelitik ku dan aku mengangkat tanganku spontan karena merasakan geli dan kaget atas apa yang dilakukan Fendy.
"Iya, Ryu ayo maju" Ajak Bu Chihiro memanggilku.
Aku pun melihat kedepan, di depan sudah ada 3 orang, 2 cowo dan 1 cewe. Aku pun maju karena terpaksa. Dalam hati, aku ingin membunuh anak ini, tapi aku tahan.
"Baiklah anak-anak, ibu akan membagikan kertas kepada kalian semua, dan tulislah nama yang akan menjadi ketua kelas. Suara tertinggi pertama akan menjadi ketua kelas, sedangkan suara tertinggi kedua akan menjadi wakil. Dan sisanya akan menjadi pengurus." Jelas Bu Chihiro panjang lebar.
"Baik Bu" ucap serentak semua murid, dan ibu Chihiro mulai membagikan kertas. Setelah selesai, Bu Chihiro membawa sebuah toples, dan para murid memasukkan kertas yang sudah di tuliskan nama kami ber-4.
Ibu guru pun mulai menulis nama kami berempat, dan menghitung jumlah suara terbanyak. Saat selesai, Bu Chihiro mulai membacakan hasilnya.
"Baiklah, ketua kelas kita adalah, Ryu. Dan wakilnya adalah Anggelina. Dan yang tidak menjadi ketua kelas, tidak perlu berkecil hati karena kalian akan menjadi ketua kepengurusan kelas. Dan ketua kelas dan wakil yang akan mengkoordinir kalian." Jelas Bu Chihiro panjang.
Kemudian, aku melihat Fendy yang tersenyum puas. Aku pun hanya menahan amarahku dan bergumam, 'Tunggulah, karena kalian akan mendapatkan balasannya.'
Saat balik ke tempat duduk, aku kesal karena kelas ini di dominasi oleh wanita. Sedangkan kami lelaki hanya berjumlah 12 orang dan sisahnya perempuan semua. Aku jadi ketua kelas, pasti karena Fendy sudah tau jika wanita akan memilihki.
Di tempat duduk, aku hanya duduk membaca novel faforitku, yang bertema fantasi isekai. Setelah beberapa jam kemudian, jam istirahat berbunyi.
"Baiklah anak-anak jam pertama selesai. Karena hari ini belum belajar, kalian bebas melakukan apapun" Ucap Bu Chihiro lalu berjalan keluar.
Saat ibu Chihiro keluar, semua cewe mendekat kepadaku. Ada yang menggoda, meminta nomor telepon, dan meminta menjadi pacarnya. Tapi, semuanya bubar saat Anggelina mendekat kepadaku.
"Ryu?" Panggil Anggelina.
"Siapa?" Tanyaku menatapnya dengan malas.
"Aku Anggelina, salam kenal" Ucap Anggelina sambil tersenyum.
"Oh, salam kenal" ucapku singkat dan melanjutkan kegiatan membacaku.
"Ryu, ayo kita ke kantin" ajak Lina.
"Nggak ah, aku membaca aja" ucapku malas.
"Ayolah, please" ucap Lina setengah memohon sambil memasang wajah memelasnya.
"Nggak" jawabku singkat.
"Ayo dong, Ryu ayo, temani aku ayo?" Ajak Lina semakin memaksa.
"Nggak!" Jawabku singkat.
*Humph* "Ayo!" Ucap kesal Lina menggembungkan pipinya lalu menyeretku. Jujur saja, Lina yang lagi cemberut begitu terlihat sangat cantik.
Saat sampai di kantin, Anggelina langsung memesan 2 porsi makanan, dan membeli 2 Coca-Cola.
"Nih, makan aku yang bayar. Sebagai balasannya, kamu temani aku seharian ini" Ucap Lina menatapku dengan tajam.
'sudah kuduga nih anak ada maunya' gumamku kesal sambil memalingkan wajahku.
Saat makanan kami datang, aku merasakan tatapan membunuh dari sekitarku. Lalu aku melihat mereka sedang menatapku dengan tatapan jijik dan marah.
"Hei, kenapa tidak makan, tidak enak yah?" Tanya Lina yang langsung membuyarkan lamunanku.
"Eh, ti-tidak, aku hanya memikirkan kalau sepulang sekolah, aku akan singgah Ket toko buku." Jawabku terbata-bata saat Lina menatapku dengan bingung.
"Bolehkah aku ikut?" Tanya Lina dengan matanya yang memelas.
"Terserah kamulah" ucapku kesal dan hanya mampu bernapas pasrah.
"Yeayy!!" Sorak Lina mendengar kata-kataku.
Setelah kami selesai makan, Lina di panggil oleh salah satu kakak kelas. Lalu kakak kelas itu menatapku dengan jengkel. Kemudian, Lina kembali kepadaku dengan khawatir.
"Kamu hati-hati yah" ucap Lina lirih, sambil menatapku sedih.
Aku yang melihat Lina seperti itu, menjadi bingung dengan apa yang terjadi kepadanya. Lalu aku melihat lagi kearah para senior itu, dan mereka masih menatapku dengan jengkel. Lalu aku pun memutuskan untuk kembali ke kelas.
Saat melewati bagian WC, aku di tarik oleh para senior itu.
"Hei bocah, aku memperingatimu. Menjauh lah dari Anggelina jika tidak mau mati" ucap senior itu, sambil mengacungkan pisau ke leherku.
Saat melihat pisau itu, entah kenapa tekanan darahku naik, dan aku teringat lagi dengan kejadian dimana ibuku marah dan memukulku. Tubuhku menjadi dingin, dan tiba-tiba pupil mataku berubah menjadi merah. Aku merasakan haus darah yang tinggi.
"Heeee" Tawaku saat melihat para senior itu.
"Kenapa kamu tertawa sialan!" Teriak senior itu tepat didepan ku.
"Hei, nak menyerahlah, ruangan ini kedap suara. Jika kamu membuatnya semakin marah, dia bisa membunuhmu tanpa ketahua" Ancam senior lain yang berada di belakang.
"Lucky" ucapku senang dan langsung mengambil pisau yang di pegang senior di depanku dengan cepat. Dengan gerakan indah, aku bergerak cepat menebas leher para senior dibelakang, sambil mengikuti namuriku. Sedangkan senior yang tadi mengancam ku, hanya terduduk menatapku dengan takut atas apa yang dilihatnya.
"Hehehe, sekarang giliran mu. Hehehe, mati, mati, siksa, siksa, mati, mati" Ucapku menatapnya dengan mata merahku, lalu bersenandung sambil berjalan ke arahnya dengan perlahan.
Dia pun menatapku dengan badannya yang tengah bergetar hebat, dan menatapku dengan kengerian yang luar biasa.
"Hummm, mungkin aku akan menyiksanya dulu? Lalu membunuhnya" ucapku sambil menyeringai.
"To-tolong jangan, ja-jangan bunuh aku, aku mohon" Ucap senior itu memohon sambil mundur kebelakang perlahan, lalu berlari ke-arah pintu. Sebelum dia menyentuh pintu, aku melompat dan langsung menendang perutnya dari samping.
Dia pun terpelanting ke belakang, dan dia pun memuntahkan seteguk darah segar dari mulutnya.
"Baiklah, ayo kita mulai operasinya" ucapku sambil mendekatinya.
Aku pun membuka seragam sekolahku, sehingga hanya memakai baju tipis yang aku gunakan untuk melapis bajuku, dengan celana pendek.
Aku pun kembali menuju arahnya sambil membenturkan pisau itu dengan dinding.
Teng|teng|teng|
Suara pisau yang berbenturan, menambahkan suasana penuh kengerian. Senior itu menatap kosong kearah ku, dengan wajah penuh kengerian dan putus asa. Dan hanya berharap semoga aku selamat. Hahahaha, mustahil.
Aku pun membuyarkan lamunannya dengan menusuk kakinya hingga dia berteriak histeris.
"Arrrgghhhhhhhhhh!" Teriak senior itu menahan sakit.
Aku pun melanjutkan menusuk kaki yang satunya. Saat tangannya mau memukulku, aku menepisnya dengan pisau. Tangannya pun terkulai lemas dengan darah yang merembes keluar dengan lancarnya.
Saat aku tengah menusuk kaki sebelahnya, dia menahan pisau yang aku pegang dengan tangan kirinya. Terlihat jika tangannya berdarah saat menahan pisau yang aku pegang. Tapi, aku berdiri dan menginjak telan di siku senior itu. Hasilnya adalah tangannya tertekuk ke arah sebaliknya. Tangannya patah dengan bentuk yang tidak wajar.
Kemudian, aku merobek bajunya dengan pisauku, dan terlihat dada bidangnya. Aku pun menancapkan pisau dari dadanya turun ke perut. Dan terlihat organ dalam yang berdetak, dan perlahan keluar dari tempatnya.
Senior itu pun berteriak kembali dengan keras. Aku pun membiarkan organnya agar dia tidak mati lebih cepat. Saat aku sedang memikirkan apa yang aku perbuat selanjutnya, dia menatapku penuh kebencian. Dia menatapku dengan jijik.
Aku pun melihat matanya yang memandangku bagaikan monster, aku pun melesatkan pisau tepat kematanya. Dia pun kembali berteriak, dan terlihat jika organ dalamnya bergerak makin cepat.
Aku pun melanjutkan dengan mata yang satunya. Aku memasukkan jari kecilku kemata senior itu, dan mencabut paksa bola matanya. Senior itu pun menjerit-jerit kesakitan, dan aku sangat menikmati teriakannya.
Aku pun mengiris retina matanya. Terlihat uratnya yang menggila menegang walaupun sudah lepas dari tempatnya.
Aku membela matanya, dan kemudian terlihat banyak sekali urat yang masih bergerak, dengan darah yang muncrat mengenai wajahku.
Aku pun kembali menusuk kepalanya, dan jujur saja itu cukup keras untuk dibelah. Aku pun memaksakan pisauku masuk. Dan akhirnya kepalanya tembus. Aku pun memutar pisau. Dan saat selesai, aku melihat otak yang terpotong tapi masih bergerak. Padahal tempurung kepalanya sudah terlepas. Malah makin mirip alien yang ada di film horor, yang tanpa tempurung kepala, tapi otaknya tertata rapi didalam sana.
Senior itu pun nafasnya sudah tersengal-sengal. Tanda dia sudah mau berpindah dunia. Aku pun berpindah ke arah perutnya dan mulai menarik usus, lambung hingga jantung. Kemudian, senior itu pun mati dengan mata terbuka yang dipenuhi kengerian.
Setelah itu, aku pun mencuci tanganku. Setelah selesai, aku pun membasuh bajuku yang terkena cipratan darah, dan menunggu sedikit waktu.
Aku pun duduk di wastafel sambil melihat mereka bertiga yang tergeletak tidak bernyawa. Kemudian, aku melihat salah satu dari mereka menggerakkan jarinya. Aku pun melihat bulu matanya bergerak.
'hummm, sepertinya dia berpura-pura mati?' gumamku. Lalu aku pun membalikkan badanku. Dan melihat kearah kaca. Kemudian, terlihat senior satunya mengangkat kepalanya.
Aku memutar kepalaku pelan. Aku melihat dia kembali membaringkan kepalanya dan berpura-pura mati. Aku pun mengambil pisau, dan memutar-mutar pisauku di udara.
Kemudian, aku mendekati senior yang berpura-pura itu, dan melihatnya sambil tersenyum. Saat dia membuka matanya sedikit, aku pun melesatkan pisauku kematanya, dan langsung menginjak pisau itu dan menembus kepalanya. Lalu dia pun mati dengan cepat.
Setelah semua itu, aku kembali mencuci tanganku di wastafel, dan terlihat jika bajuku sudah sedikit kering, aku pun memakai kembali seragamku, dan menuju ke perpustakaan. Aku pun membuka kembali Novelku, dan menghabiskan waktuku dengan membaca.
"Kejam banget bosqu" Ejek Fudo tiba-tiba muncul di sebelahku.
-_-
Aku tidak menggubris perkataanya, dan tetap fokus membaca.
"Hei, Ryu kenapa kamu membunuhnya?" Tanya Fudo serius.
"Karena aku suka" jawabku datar.
"Fudo, jangan mengganggu Ryu, dia sedang fokus membaca" Tegas Eiji yang juga muncul tiba-tiba di belakangku.
"Iya-iya" ucap Fudo kesal.
"Apakah kalian bisa menghilangkan sidik jariku di mayat itu?" Tanyaku datar tanpa menoleh.
"Bisa, apakah kamu mau kami mengurusnya?" Tanya Fudo.
"Umn" jawabku singkat sambil mengangguk.
"Baiklah, Ryu selamat menikmati waktumu" ucap Eiji tersenyum lalu berlalu pergi diikuti oleh Fudo.