Jika kalian merasakan apa yang dinamakan Diskriminasi, mungkin kalian akan melakukan hal yang sama denganku.
Di tindas, di bully, dan diperlakukan layaknya sampah. Di anggap tidak berguna, bahkan orang tua kita tidak memperlakukan kita bukan layaknya anak tapi seperti hewan yang menjijikan.
Itulah yang terjadi padaku. Perkenalkan nama saya Kurogami Ryu. Saya berumur 14 tahun, dan saya tinggal dengan orang tuaku. Entah mereka orang tuaku, atau bukan, terserah. Kata mereka mereka orang tuaku,mungkin.
Waktu Aku berumur 8 tahun, aku di paksa untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah. Entah itu mencuci, menyapu, mengepel, bahkan aku di larang makan jika belum mengerjakan semua itu.
Ayahku adalah seorang pengusaha terpandang, yang di hormati oleh banyak orang. Salah satu usaha ayahku adalah teknologi komputer yang menjual semua peralatan canggih yang sangat diminati oleh para kalangan muda maupun tua.
Ibuku adalah seorang model yang juga sangat sukai oleh banyak orang. Mereka adalah suami istri yang sibuk. Tidak pernah meluangkan sedikit waktu untukku anak mereka.
Setiap mereka pulang, aku hanya di jadikan samsak untuk meringankan beban pikiran mereka. Aku dilahirkan dunia bukan untuk bahagia, tapi untuk dijadikan pelarian masalah yang mereka dapatkan di tempat kerja mereka.
Ibuku sangat sentimental padaku. Ayahku masih sedikit baik padaku, bahkan kadang ayahku memberikan uang padaku untuk mengurangi beban pikiranku. Tapi, sebagai suami yang baik, ayahku lebih berpihak kepada istriku. Dimana, saat ayah memberiku uang pasti secara diam-diam. Atau juga lewat bank, yang dia buatkan khusus untuk agar mudah baginya mentaransfer uang kepadaku, dan memenuhi segala kebutuhanku.
Sebenarnya, ibuku tidak sejahat itu. Tapi,
Flashback 2 tahun yang lalu
saat itu ibuku sedang melakukan pekerjaannya sebagai model. Dan ayahku mau pergi mengunjungi ibuku.
"Ryu, kamu mau ikut ke tempat kerja ibumu?" Tanya ayahku mengajak.
"Bolehkah ayah?" Tanyaku dengan gembira.
"Ya, kenapa tidak?" Jawab ayahku dengan senyum khasnya.
"Yeeee!" Teriakku riang sambil berlari kekamar dan mengganti pakaianku.
Saat aku keluar rumah, ayah sudah menungguku di depan pintu mobil.
"Ryu, jangan lupa kunci pintu rumahnya!" Perintah ayahku kepadaku.
"Iya, ayah!" Jawabku sambil memutar knop pintu dan berlari masuk ke pintu mobil.
Di perjalan, aku merasa sangat senang karena bisa melihat seperti apa pekerjaan ibuku. Sudah lama aku ingin ikut, tapi ibu selalu beralasan jika dia tidak bisa mengajakku karena aku masih kecil dan tidak tau apa-apa.
Saat sampai di tempat kerja ibuku, tanganku dipegang ayahku. Saat di dalam, aku melihat ibu sedang duduk di kursi sambil meminum air. Mungkin ibu sedang istirahat, aku pun berlari ke arah ibuku dan langsung memeluk ibuku.
"Ibu!" Teriakku berlari sambil memeluknya.
"Ehhh? Kenapa kamu disini?" Tanya ibuku melihat ayahku dengan tajam.
"Ibu, aku kangen ..." Ucapku pelan dengan suara sedih.
"Siapa kamu?" Tanya ibuku dengan wajahnya yang merah padam tanda jika dia marah.
"Sayang, apakah kamu yang membawanya?" Tanya ibuku dengan tatapan tajam menuju ke ayahku.
"Ah, a-aku tidak tau jika tidak boleh membawa anak kecil?" Jawab ayahku dengan gelisah.
"Ayo ikut aku." Ajak ibuku sambil memegang tanganku dengan kuat sampai aku mengerang kesakitan, dan diikuti ayahku dari belakang.
Aku duduk di dalam mobil, dan aku melihat ayah dan ibu sedang berdebat. Ibu marah besar sambil menunjuk-nunjuk ayahku, dan ayahku hanya meminta maaf.
Setelah itu, mereka kembali mengajakku, dan menuju ruangan yang bertuliskan manager. Lalu masuk ke dalam.
"Azari, kenapa kamu tidak bilang jika kamu sudah punya anak? Bukankah aku sudah memberi tahumu?" Ucap manager marah.
"Maaf, pak. Ini bukan anakku, dia adalah anak keponakanku yang dititipkan kerumah untuk dijaga bibiku. Tapi, pacarku tidak tau dan tidak sengaja membawanya kemari" Jawab ibuku dengan alasannya.
Aku yang mendengar kata-kata ibuku, seperti terkena sengatan listrik 100 ribu Volt tepat di hatiku. Aku pun mengalihkan wajahku yang saat ini mengalir air mata. Ayah yang mengetahui aku menangis, hanya bisa menunduk.
"Baiklah, maka tunjukan seluruh data statusmu, termasuk anak itu." Tegas manager itu sambil menatap dengan tegas.
"Hei,hei,hei tunggu sebentar" Sela ayahku menuju ke arah manager dan duduk di atas meja.
"Hei, apakah kamu punya sopan santun hah? Apakah tidak di ajarkan oleh orang tuamu?" Teriak manager ke ayahku.
"Ssstttt... " Desis ayahku sambil meletakkan jari telunjuknya di bibir manager.
"Kamu tau aku siapa? Perkenalkan, aku Akihiko Hachiro. Orang yang sangat baik saat di anggap teman, dan orang yang paling buruk saat di jadikan musuh." Ancam ayahku dengan senyum seringainya.
Kemudian, aku melihat manager itu berkeringat dingin. Aku tidak tau apa yang dibisikkan ayahku, tapi yang jelas, ibuku tidak jadi di pecat.
Setelah itu, ibuku pulang bersama kami. Aku duduk dibelakang, dan terlihat jika ibu selalu memandangku dengan kebencian. Ibu berubah sejak kejadian tadi. Walaupun itu adalah salah ayah, tapi entah kenapa aku yang di jadikan samsak di rumah.
Saat sampai dirumah, ibu menarik telingaku dan telingaku hampir copot. Kemudian aku dipukul habis-habisan. Aku menangis sekencang-kencangnya, namun tanpa ampun ibu memukulku layaknya hewan yang mencuri makanan.
Aku pun menatap ayah berharap dia akan menolongku. Tapi, dia memalingkan wajahnya dengan wajah sedih. Aku tau ayah mau menolongku, tapi apa daya, dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Saat ibu sedang memukulku dengan kejamnya, ayahku membuka suara.
"Apa kamu yakin, mau membunuh anak yang telah kamu impikan dari lama!" Tanya ayahku dengan wajah datarnya.
Seketika ibu berhenti memukulku. Ibu tau arti dari wajah datar ayahku. Dan aku mewarisi sifatnya itu. Ibuku tidak akan berani melakukan apa-apa jika ayahku sudah memiringkan kepalanya dan menatap ibuku.
Jujur saja, ayah jika sudah marah atau tidak tahan dengan yang ada disekitarnya, dia akan memandang orang itu dan akan melontarkan kalimat pendek namun mengintimidasi.
Setiap orang yang melawannya, tidak akan pernah lagi melihat cahaya mentari esok pagi. Ayahku mempunyai komunikasi yang luas dan informasi yang lengkap. Semua orang memihak ayahku. Bahkan dia mampu mengontrol seluruh semua tentara Indonesia dalam kehendaknya.
Dan ayahku bahkan dijuluki sebagai Man Of Destroyer. Karena siapa saja yang melawannya, maka akan hilang dari dunia.
Setelah kejadian itu, ibuku memecat semua pembantu, dan membebankan seluruh pekerjaan rumah kepadaku. Katanya ini untuk meringankan hukumanku,mungkin.
Setelah kejadian itu, ibuku tidak lagi pernah memperhatikanku. Ibuku selalu sibuk di urusannya sendiri. Sedangkan ayah, selalu menginap di kantornya untuk mengontrol kerja para karyawannya.
Setiap ayah pulang, ayah selalu memandangku dengan sedih. Aku tau jika dia merenungkan kesalahannya, karena dialah yang membuat ibu merubah sikapnya. Dan saat itulah, ayah memberikan kartu kredit kepadaku, dan didalam kartu itu tidaklah sedikit. Setiap bulan, ayah selalu mentransfer uang 100 juta dengan alasan agar ibuku tidak tau.
Aku pun membeli bermacam-macam game dan buku Novel untuk menutupi kesedihanku. Setiap selesai mengerjakan pekerjaan rumah, aku mengistirahatkan fisik dan mentalku dengan bermain game atau membaca Novel.
Flashback off
Setelah kejadian itu, aku menjadi pendiam saat masuk SMP. Aku mendaftar di SMP di temani ayahku. Itu pun, secara diam-diam.
Saat di SMP, dimulailah kisahku. Ini hanyalah sepenggal dari kisah suramku, dimana awal aku mendapatkan gangguan mistis, dan itu dimulai saat aku sudah berumur 12 tahun.
Next Chapter Awal dari bertemu mereka yang tidak kasat mata.
Ini adalah cerita karangan asli dariku, tidak ada campur tangan dari pihak manapun. Tidak terinspirasi dari siapapun, tapi mungkin saya akan menceritakan sedikit kenapa aku menulis cerita ini.
Selasa, 11 February 2020. Jam 23 : 11
Aku sedang melanjutkan Novel fantasiku di hp,(The Half of God) dan entah angin apa, ibuku baru pulang kerja terus marah.
Alasannya adalah aku tidak mengerjakan pekerjaan rumah. Tapi, itu sudah aku kerjakan siang tadi. Mulai dari mencuci baju, mencuci alat makan dan sebagainya, dan membereskan pekerjaan rumah lainnya.
Saat itu ayahku lagi tidur, mungkin kesal karena ibuku memarahiku, aku yang hanya duduk menulis, tiba-tiba aku disambut dengan tendangan yang langsung mengarah ke wajahku. Spontan langsung kena hidungku. Dan berdarah.
Ini bukan karangan, tapi aku termasuk berdarah dingin. Selalu merasakan apa yang namanya haus darah. Keinginan untuk membunuh, namun aku adalah anak beragama dimana Allah adalah segalanya bagiku. Dan perintahnya mutlak bagiku
Kemarahan ku memuncak, namun apa daya aku tidak mau melawan, karena aku tidak mau di cap sebagai anak durhaka
Nah, pemukulannya tidak sampai disitu. Ibuku hanya melihat dengan tajam ke arahku. Ayahku memukulku untuk melampiaskan kemarahannya, dan ibuku hanya membiarkannya.
Saat sudah selesai, aku hanya bisa menahan amarahku. Dan jujur saja, aku bisa di bilang mempunyai kemampuan mata batin. Tapi, tidak sempurna. Aku hanya bisa melihat sebagian tapi tidak seperti orang lain yang mempunyai indra ke-6.
Aku hanya bisa melihat mereka kadang-kadang dan aku juga mempunyai teman dengan nama Rendi. Yang juga bisa dibilang teman Tak kasat mataku.
Dan Alhamdulillah, semua sudah selesai. Ayah ibuku itu baik, jadi kalian jangan berfikir yang tidak-tidak. Mungkin, malam ini adalah hari sialku,mungkin.