Chereads / Secret In Love / Chapter 30 - Mencoba

Chapter 30 - Mencoba

"Katakan padaku Reista, apa kau memaafkan aku suamimu?". Ramel berucap saat tak ada jawaban apapun dari Reista, mata indahnya kini hanya menantap wajah cantik istrinya yang terlihat menyimpan banyak kesedihan.

"aku tidak tau, aku tidak mengerti apa yang harus dimaafkan". Reista terlihat bingung, matanya hanya menatap mata Ramel dengan juta keinginan.

"sungguh, aku tau aku benar-benar salah. namun mengapa kau tak mau memaafkanku Reista?".

"aku bukan tidak mau memaafkan kamu Ramel, kamu tidak salah. tidak ada yang salah disini, kita hanya belum belajar bagaimana menjadi pasangan yang baik, kita akan memulai semua itu dari awal. apa kau mau?".

"Reista, bagaimana bisa kamu begitu baik padaku? aku, aku ... aku sudah banyak membuat salah padamu". Ramel mengusap tangan istrinya dengan lembut, ada hati yang hancur dalam hati Ramel, entah apa itu. ia tidak pernah tau bahwa hati seorang Reista begitu lapang padanya. ia tidak tau bahwa istrinya tidak menyalahkannya sama sekali.

"kamu tidak mempunyai salah, hanya waktu yang memang belum tepat mempertemukan kita, hanya waktu yang belum menginginkan kita bersama".

"apa maksudmu Reista".

"aku tidak bermaksud menyakitimu Ramel, aku tau kamu belum bisa menggantikan posisi andine dalam hati atau hidupmu, aku minta maaf, aku minta maaf karena datang dihidupmu dan berharap akan semua kasih sayang dan perhatian darimu. kamu laki-laki yang baik Ramel, kamu tampan dan pikiranmu sangat terbuka, kamu pandai dan kamu pekerja keras, apalah aku yang hanya perempuan tanpa bakat dan kelebihan apa-apa. aku tidak pantas bersanding denganmu".

"aku tidak pernah berpikir bahwa kau tidak punya kelebihan apa-apa, kau begitu baik, aku memang belum mencintai kamu, tapi aku yakin aku akan bisa mencoba hal itu". air mata Reista turun, ada sakit yang begitu dalam saat Ramel mengatakan bahwa ia belum bisa mencintai hatinya. tapi memang apa yang kuharapkan? cinta Ramel? tentu tidak akan pernah Reista dapatkan.

"Ramel, pernikahan kita ada tanpa cinta, tanpa menghargai satu sama lain, bahkan saat ini kamu masih mencintai mantan istrimu. walaupun aku tau, aku tau bahwa dia sudah lama meninggal. tapi aku tetap tidak bisa menjalani pernikahan seperti ini".

Ramel menatap bunga mawar yang mekarnya sangat indah, namun mengapa keindahan itu seperti bisu. seperti bisu hatinya.

Ramel tak pernah tau bagaimana cara membuat agar Reista mau tetap melanjutkan pernikahan ini, Ramel tidak tau, ada rasa sesak dalam hatinya saat Reista menginginkan perpisahan.

"Lalu apa yang kamu inginkan Reista".

"aku hanya ingin kita berpikir untuk sementara waktu, aku hanya ingin kita memikirkan apa yang terbaik sebelum kita melanjutkan pernikahan ini. aku tidak ingin bersama seseorang yang bahkan belum mencintaiku. bahkan dengan orang yang masih memikirkan perempuan lain, sedangkan didepan matanya ada istri yang sudah dinikahinya".

"kau ingin pergi? kau ingin menjauh dari hidupku?". Ramel bangkit dari duduknya dengan kasar, ia benar-benar kesal dengan sikap Reista saat ini, dia dengan mudahnya akan meninggalkan dia dan juga anaknya.

"aku bukan ingin pergi darimu, aku hanya ingin kita saling berpikir".

"lalu apa bedanya dengan kau yang akan pergi dariku? lalu apa bedanya dengan kata kau akan meninggalkanku? kau sama-sama akan meninggalkanku".

"Ramel, aku hanya ingin kamu berpikir dan mencoba untuk melupakan andine".

"melupakan Andine? melupakan orang yang aku sayangi? tidak mudah Reista, tidak mudah saat kau berkata, kau tak pernah merasakan bagaimana rasa kehilangan. kau tak pernah merasakan bagaimana saat orang yang kau cintai, pergi dari hidupmu selama-lamannya". Ramel membentak Reista yang ada dihadapannya, hatinya begitu sakit saat dengan mudahnya Reista mengatakan untuk membuat hatinya melupakan andine.

"kau tidak ingin aku pergi, dan kau juga tak ingin melupakan andine? kau serakah sekali Ramel, kau harus memilih hidupku atau andine yang sudah lama meninggal". suara Reista tak kalah meninggi, ia ingin menemui Ramel bukan untuk bertengkar dengannya, tapi hanya ingin meminta maaf dan memulai semuanya dari awal. memulai semuaanya tanpa bayang-bayang andine.

"aku serakah? aku tidak serakah Reista. Andine sudah meninggal, dia tidak akan pernah bangkit lagi kedunia ini. aku hanya meminta padamu untuk mengerti bahwa posisiku saat ini sangat sulit, aku membutuhkanmu namun aku juga tidak semudah itu melupakan andine". Ramel mengacak rambutnya kasar, pikirannya benar-benar lelah saat ini.

Reista hanya menangis dalam diam, Reista tidak tau ingin berkata apalagi dihadapan Ramel. bukan pertengkaran yang diinginkan Reista. bukan seperti ini, ia hanya ingin saling bertukar pikiran dan mengatakan semua isi hatinya dengan pikiran yang dingin.

"Ramel, maafkan aku. aku tau aku salah menginginkan dirimu melupakan andine. tapi aku hanya meminta satu hal padamu, bisakah kau mencoba mencintaiku dan menghargaiku sebagai istrimu? bisakah kita memulai rumah tangga kita dengan sesuatu hal yang baik? bisakah kau terbiasa untuk memperhatikanku dan mencoba membimbing diriku untuk menjadi istri yang baik padamu".

Pertanyaan Reista membuat nafas Ramel yang sedang memburu, perlahan-lahan melembut. ia tau, tak seharusnya ia membentak Reista seperti tadi. keinginan Reista adalah hal yang wajar yang diminta istri kepada suaminya. aku seharusnya bisa mewujudkan hal seperti itu.

"aku akan mencoba memperhatikanmu, tapi aku mohon mengertilah aku yang tidak mudah untuk melupakan andine. tapi aku berjanji untuk tidak mengabaikanmu. aku akan mencoba mencintaimu".

Reista mengangguk, ia tersenyum disela-sela air matanya, Ramel mengelus puncak kepala istrinya itu. Reista perempuan baik dan cantik. ia akan membahagiakan perempuan sebaik dirinya, ia akan mencoba mencintai istrinya.

"Terimakasih Ramel, aku akan berusaha untuk terus bersabar padamu. aku tau kamu orang yang baik, aku hanya perlu menunggu waktu itu tiba, waktu saat kau mencintaiku dan kita akanmenjadi eluarga yang bahagia".

"aku akan berusaha untuk mewujudkan semua itu untukkmu. aku akan berusaha menjadi hal yang baik padamu".

Reista mengangguk mengerti, Reista memeluk Ramel dengan erat. Ramel hanya tersenyum dan memeluk balik pelukan Reista. ia sedikit tertawa saat wajah Reista mengusap air matanya didada Ramel saat ini.