Reista mengusap matanya yang terasa berat sekali, melirik kearah jendela kaca yang terlihat sudah terang dari sela sela gorden, badanya benar benar malas untuk bangun namun saat melihat jam di atas nakas, mata Reista membulat terkejut. sudah pukul 8 dan Ramel harus bersiap untuk berangkat kerja.
"Ramel, Ramel... ayo bangun, kau sudah hampir telat. ini sudah jam 8 pagi". Reista mengguncang tubuh Ramel yang hanya berdehem menanggapi teriakan Reista. "Ramel kau bisa terlambat!". ucap Reista lagi.
Mata Ramel mengerjap beberapa kali, matanya enggan untuk terbuka namun suara Reista mampu menyadarkan semua mimpi indah Ramel.
"ada apa sih". suara serak Ramel membuat Reista benar-benar jengkel, bagaimana dia bisa menjawab ada apa? sedangkan dia tau bahwa dia harus bekerja. dengus Reista dalam hati.
"bangun, sudah siang kau harus bekerja Ramelson".
"aku Bos nya, jika aku telat siapa yang akan memarahiku? hanya kau saja yang suka marah-marah disini". Ramel ingin memejamkan matanya lagi, namun dering telpon membuyarkannya semuanya. mendengus tak suka saat Ramel bangkit dan melihat nama dilayar handphonenya, 'susliana'
"ada apa?". tanya Ramel malas, Reista memperhatikan wajah Ramel yang benar-benar terusik dipagi hari ini.
"kuda dan pedang untuk istri tercintamu sudah ada didepan mansionmu, entah sudah berapa kali semalam aku menghubungimu namun kau tak kunjung menjawab".
"yasudah terimakasih". Ramel langsung mematikan sambungan telepon dan menyenderkan punggungnya disamping tempat tidur, Reista tetap diam memperhatikan Ramel yang terlihat benar-benar lelah. jam berapa Ramel tidur semalam. pikirnya..
"ada apa? kau melihatku seperti penasaran seperti itu?". ucap Ramel aneh melihat raut wajah Reista.
"tidak ada, aku malas mandi. bagaimana jika kita mandi berdua". penawaran Reista membuat Ramel mengerutkan alisnya dalam, semakin kesini tingkah istrinya semakin diluar kendali. apa dia tidak tau penawaran seperti itu merupakan penawaran menarik untuk seorang laki-laki?.
"kau yakin ingin mandi denganku? kau tau mandi denganku tidak mungkin hanya mandi biasa". Ramel sedikit menggoda saat melihat wajah Reista yang sudah memerah menahan malu.
"a.. aku. entahlah mengapa aku ingin sekali mandi bersamamu". Reista berucap dengan menunduk malu-malu, mengusap telapak tanganya sedikit gugup.
Ramel tersenyum dan mendekatkan wajahnya kedepan Reista, menarik dagu istrinya dan menatap mata indah yang mampu membuat Ramel menurut dan mulai menghormati Reista. wajah Reista sangat manis saat memerah seperti ini, Ramel mendekatkan bibirnya ke bibir Reista dan menjilatnya pelan, melihat Reista yang memejamkan matanya, Ramel hanya tersenyum dan melanjutkan ciuman itu dengan lembut dan penuh kehatia-hatian.
Ramel menjauhkan wajahnya dan mengusap bibir Reista dengan ibu jari lalu tersenyum, sepertinya hormon istrinya sedang bagus pagi ini. menurut dan sangat menggemaskan. batin Ramel..
"morning kiss untuk istriku, ayo kita mandi bersama". Ramel menarik tangan Reista, Reista yang kesadarannya entah ada dimana hanya menurut dan memperhatikan punggung Ramel yang menuntunya kearah kamar mandi.
Saat sudah sampai di kamar mandi, Reista dan Ramel saling berpandangan dan itu membuat Reista semakin gugup saat melihat mata suaminya yang memandang tubuh Reista dari atas sampai bawah.
"buka bajumu".
"hah?". Reista sedikit tertohok mendengar ucapan Ramel, walaupun Ramel sering melihat tubuh telanjangnya, namun membuka baju dihadapan Ramel tetap saja akan membuat Reista malu.
"buka bajumu, aku ingin melihat dirimu membuka baju dan aku mau kamu melakukannya secara perlahan". Ramel memandang wajah istrinya, tidak ada raut bercanda didalam mata Ramel, Reista dengan susah payah berusaha untuk menahan rasa gugup yang sudah hampir memporak-porandakan jantungnya saat ini.
Mencoba melepaskan kacing baju tidurnya satu persatu, gerakan tangan kecil Reista tak lepas dari pandangan mata Ramelson. saat dikancing terakhir Ramel dapat dengan jelas melihat bra berwarna hitam yang kontras dengan kulit putih milik istrinya. Ramel semalam mati-matian menahan hasratnya saat membantu Reista memasangkan bra itu.
membuka bajunya dengan gerakan pelan dan itu membuat Ramel sudah mendesah kasar, gerakan seperti itu saja sudah mampu membangkitkan sisi terdalam seorang Ramelson. baju itu ditanggalkan Reista begitu saja di atas lantai, lalu Reista membuka celana tidurnya dan membuangnya entah kemana. sekarang didepan Ramel hanya melihat Reista dengan bra dan celana dalam hitam. Reista melangkahkan kaki mungilnya perlahan kearah Ramel.
entah keberanian darimana namun setiap langkah yang Reista jejaki mampu membuat Ramel menahan nafasnya. tubuh Ramel sudah benar-benar tergoda untuk buru-buru mengangkat Reista dan memaksakan mulut kecilnya mendesahkan namanya dengan sangat kencang.
"Ramel, aku harus melepaskan bra sendiri atau kau bantu lepaskan?". Reista dengan sengaja membisikan kata-kata itu tepat di telinga Ramel dan tangan kecilnya membelai dada suaminya. Reista dapat merasakan dengan jelas panas tubuh keinginan yang ada didalam diri Ramel.
"lepaskan sendiri, aku ingin melihatnya". Ramel susah payah mengatakan kalimat itu.
Reista menuruti keinginan Ramel, menanggalkan bara hitamnya, Ramel menelan salivanya saat dua gunung yang menantang ada didepan matanya, Reista tidak membuang bra itu namun dengan sengaja mengarahkannya didepan wajah Ramel, dan dengan pandangan yang mengartikan untuk Ramel mencium branya ditangkap jelas oleh mata Ramel.
Ramel mencium bra itu dengan nafas yang benar-benar memburu, harum bunga lili masuk kedalam penciuman Ramel, hasrat seksual dan rasa nyaman mengusik jalan pikiran seorang Ramelson saat ini. belum lagi saat Reista dengan sengaja menggesekan kedua payudaranya didepan dada Ramel, istrinya ini benar-benar berubah hanya ddengan satu malam. semakin nakal dan Ramel akui dia menyukai setiap tingkah kecil Reista.
"kau sengaja menggodaku sayang?". Tanya Ramel, kini suaranya sudah serak menahan semua rasa yang menggebu dan ingin meledak.
"aku hanya menuruti ucapanmu suamiku". lagi-lagi Reista membisikannya di telinga Ramel dan mengalungkan tanganya dileher suaminya.
"kau tau, perbuatanmu akan mengakibatkan dirimu jatuh dan berteriak sangat kencang, dan saat itu terjadi aku tidak akan pernah menyudahi semuanya sayang".
"aku menginginkan kesakitan itu ada didalam inti tubuhku, hancurkan aku dan buat aku melebur dibawah kendalimu".
"sesuai permintaanmu Ratuku". Ramel tidak membuang waktu dan mencium bibir Reista dengan kasar, gemericik air shower yang Ramel nyalakan tidak akan bisa meredam panasnya tubuh mereka dan teriakan kepuasan yang akan mereka dapatkan.
pagi yang cerah menjadi saksi bisu atas terjadinya pergulatan panjang yang melahirkan benih-benih cinta dari dua insan yang menyalurkan semua rasa dan jiwanya menjadi satu.