"Renand ayo lempar bolanya ke Mommy nak. cepat cepat". Reista menangkap bola yang diberikan Renandra dan berlari menjauh saat Ramel mengejarnya. Renandra tertawa girang melihat ibu dan ayahnya berkejar-kejaran.
Saat ini mereka sedang bermain tangkap bola di pinggir pantai, pasir putih yang halus dan angin laut yang segar membuat sore hari mereka begitu berwarna. Renandra yang mengusulkan ide ini, karena sejak siang mereka hanya berjalan-jalan ditaman Resort dan duduk di kolam renang, menurut Renandra itu sangat membosankan.
"Awas Mom, jangan sampai Daddy mengangkapmu".
"Daddy curang, dia begitu kuat dan larinya cepat nak". Reista masih terus menghindar dari tangkapan Ramel, Ramel tertawa saat dirasa ia berhasil mengapit tangan Reista dan memeluknya dari belakang. Reista tetap mempertahankan bola itu di dalam pelukannya. Namun sentuhan Ramel diperutnya membuat Reista kehilangan akal.
"aku dapatkan bolanya". bisik Ramel pelan disamping Telingan Reista.
Ramel tertawa dan berlari menjauh dari Reista, muka Reista sudah memerah dan menahan kesal. Ramel tau sekali kelemahanku, akubalik mengejarnya karena tidak terima.
"kau curang Ramel, kembalikan bolanya". kata Reista.
"Daddy tidak curang Mom, Mommy saja lengah dan Daddy mendapatkan bola itu". Kata Renandra sedikit mengejek.
Renandra duduk di atas pasir putih dan dan dia terlihat kelelahan, Reista yangs ebal karena tidak mendapatkan Ramel mengikuti yang anaknya lakukan. para maid memberikan mereka minum dan berlalu pergi, Reista menenggak minuman itu hingga tandas, rasnaya paru-parunya kehilangan oksigen karena tidak pernah ia berlari selama ini. main kejar-kejaran membuatnya hampir kehilangan nafas.
"kalian lemah sekali, segini saja sudah kelelahan". Ramel melempar bolanya kesembarangan arah, dia hanya mengelus puncak kepala Renandra dan Reista bergantian. Ramel terlihat biasa saja, ia tidak kelelahan sama sekali. mungkin karena ia terbiasa berolahraga. Ramel menerima minum dari Renandra dan menegaknya sedikit.
Mereka bertiga menatap langit yang masih kebiruan namun cuaca sangat indah dan sejuk, sesekali air pantai menyentuh ujung kaki mereka. Terlihat manis dan menenangkan, Beberapa maid dan penjaga mengabadikan momen Tuan dan Nyonya mereka yang erlihat Romantis itu. Ada rasa senang dalam diri mereka bisa melihat wajah bahagia keluarga ini.
Namun tidak dengan satu maid yang wajahnya terlihat datar namun sangat menegangkan, dia mengepalkan tanganya dan menahan emosi yang hampir memuncak sejak tadi.
"Mom, kita sering-sering yang liburan seperti ini. rasanya sangat menyenangkan". Renandra berucap pada Reista dengan menatap matanya dengan penuh harapan.
"Tentu sayang, kita akan lakukan liburan seperti ini sebulan sekali. uang Daddy sangat banyak, dia pasti bisa mengajak kita liburan kemanapun. benarkan Daddy Ramelson?". Tanya Reista.
"ya, sesuai keinginan kalian". Ramel mengusap lagi kepala Renandra.
Ramel pikir mungkin sudah seharusnya dia mengajak Reista dan juga Renandra seperti ini, agar kedekatan mereka semain intens dan juga saling menyayangi. percuma saja dia menghasilkan banyak uang namun tidak punya waktu untuk menghabiskan uang itu buat keluarganya.
Mereka tetap duduk disana dalam diam, menikmati setiap detik keindahan tuhan yang menyinari tubuh mereka. keheningan yang dirasakan Reista saat ini entah mengapa berbeda dengan keheningan saat ia sendirian. keheningan saat ini seperti menimbulkan aura cinta yang perlahan-lahan merambat ke dalam hatinya yang terdalam.
Sinar orange sedikit demi sedikit menghampiri mata Mereka, Renandra sudah menopang kepalanya dibahu Ramel. ia sepertinya merasa sangat nyaman dan bahagia dengan suasana seperti ini, Reista melihat mereka sedikit tersenyum. ia membelai perutnya pelan, semoga saja buah hatinya dengan Ramel akan segera tumbuh dan menjadi anak yang sehat dan juga bahagia didunia ini.
Cinta memang menyenangkan, mencintai lebih menyenangkan. kehebatan hati dalam menjaga dan mempertaruhkan segalanya. Reista tidak tau rintangan apa yang akan dia lewati kedepannya, entah itu akan berjalan sangat pahit atau manis, semua sudah ditakdirkan oleh tuhan.
Reista akan menjalani semuanya dengan ikhlas, ia berjanji pada dirinya sendiri untuk terus berada disamping Ramelson dan selalu membimbing Ramel untuk kembali kedalam pelukannya. entah mengapa Reista bisa berpikir seperti itu, namun hati terdalamnya seperti memberi peringatan bahwa akan ada sesuatu besar yang akan terjadi setelah ini. Sesuatu yang akan memporak-porandakan kehidupan keluarganya dengan sangat kejam.
*******
(Di tempat lain)
"Bagaimana bisa kau gagal? aku sudah mengatakan padamu untuk bertindak cepat agar membuat Reista syok berat dan membuatnya gila. kau tau phobia yang ia miliki pasti perlahan akan merenggut kewarasannya". Seorang perempuan menekan handphone dengan kesal, orang suruhannya tidak becus melakukan pekerjaan yang ia suruh. benar-benar bodoh dan tidak berguna.
".....".
"aku tidak butuh maaf darimu, tetaplah bersikap tidak tau apapun. dan kabari aku jika ada celah untuk membuat Reista gila".
Perempuan itu mematikan handphonenya dan membuangnya kesembarang arah, dia sangat kesal saat ini. ia meneguk wine disamping nakas tempat tidurnya dan membiarkan cairan itu menghangatkan tenggorokannya.
"kau gagal sayang?". seorang laki-laki menghampiri istrinya yang sangat cantik itu dan memeluknya dari belakang.
"ya, dan ini membuatku kesal".
"tenanglah sedikit, masih banyak waktu bagimu menghancurkan keluarga Ettrama".
"tapi aku sudah tidak sabar membuat mereka menderita".
"lagipula Reista bukan bagian dari rencanamu, mengapa kau menjadikannya targetmu, huh? kau cemburu padanya?". Laki-laki itu melepaskan pelukannya dan memutar tubuh istrinya agar menghadap kearahnya sekarang.
"aku hanya kesal, mana mungkin aku cemburu padanya". elak si wanita.
"aku tau kau masih cemburu, dan kau masih mencintai seorang Ramelson kan?".
"Tidak, jangan memancing kemarahanku. aku sedang tidak ingin berdebat".
"baiklah, sesuai permintaanmu Ratuku". laki-laki itu mencium bibir istrinya pelan dan keluar dari kamar mereka. ia hanya menghela nafas berat melihat kelakuan istrinya yang semakin hari semakin tak terkendali. ia sebagai suami hanya bisa membantu seperlunya saja.
Lalu didalam kamar, terlihat perempuan itu menundukkan wajahnya lelah, apa benar ia masih mencintai Ramelson? setelah bertahun-tahun berlalu?. dia sudah mengubur semua cintanya dan mencabut akar-akarnya. ia tidak ingin cinta membuat semua balas dendamnya berantakan.
ia hanya ingin melihat keluarga Ettrama menderita, ia hanya ingin Ramel juga merasakan semuanya. tapi mengapa saat ia tau bahwa Ramel mulai memperhatikan Reista dan mencoba menghargai Reista sebagai istrinya. didalam lubuk hati perempuan ini sangat sakit, seperti rasa terkhianati dan itu menyebabkan luka yang tak kasat mata.
Matanya memang buta, tapi hatinya selalu tau bagaimana caranya pulang. hatinya tau dimana tempat untuk berlabuh. ia hanya menatap tembok didepannya dengan pandangan kosong. sebenarnya dengan pembalasan dendam ini siapa yang tersakiti? Ramelson atau hatinya?.
ia merasa menyakiti hati Ramelson, tapi sedikit demi sedikit ia juga merasa hatinya jauh lebih sakit. apakah benar cinta itu masih ada? cinta yang salah yang pernah tumbuh dalam dadanya.