Chereads / Secret In Love / Chapter 34 - Takut Kegelapan

Chapter 34 - Takut Kegelapan

Reista keluar dari dalam kamar mandi, ia sudah bersih dan tentu harum juga tubuhnya. ia keluar dan berjalan ke arah tempat tidur, dilihatnya gaun berwarna peach berlengan panjang, ia mengambilnya dan disampingnya terdapat pesan singkat. 'pakai ini'.

Reista tersenyum, gaun ini sangat cantik. panjangnya hanya sampai dengkul dan kerahnya yang menutupi leher Reista, payet-payet seperti mutiara mengelilingi setiap jengkal pada kain. Reista mulai memakai dalaman dan memakai gaun itu, ia melirik kearah cermin, sangat cantik dan warnanya sangat pas dikulitnya, Ramel selalu tau apa yang bagus untuk Reista.

Reista memoles sedikit wajahnya dengan make up yang natural, dia tidak ingin berlebihan, ini akan menjadi makan malam romantis, ia ingin terlihat cantik dan anggun didepan Ramel. Rambutnya dikuncir satu dan diberi hiasan yang memang juga sudah disiapkan Ramel, berbentuk bunga dengan ukiran daun, lebarnya sekitar 3 jari, Reista hanya perlu menjepitnya disela-sela Rambutnya yang sudah Rapih.

highheels dengan warna senada juga sudah ada di atas tempat tidur, Reista memakainya dan sekali lagi mematut dirinya di cermin, ia tersenyum dan menyemprotkan parfum bunga lili miliknya. Reista berjalan keluar pintu dan ia melihat kesekeliling,

Sepi..

Belum ada yang menjemputnya sama sekali, hanya ada angin malam yang membuat Reista sedikit bergidik ngeri, dimana maid yang dijanjikan Ramel? Reista semakin gelisah melihat jalan setapak yang semakin dilihat semakin menakutkan, Reista benar-benar takut saat keadaan sepi seperti ini.

Ia masuk kedalam dan mengambil handphonenya, ia menekan nomor Ramel untuk menelponnya, sekali dua kali, tiga kali. hanya nada sambung dan tidak diangkat. dimana Ramel? Reista semakin gelisah, gelisah memikirkan jika dia akan tersakiti lagi dan nasibnya akan sama saat ia bersiap dengan lingerie waktu itu. apa nasibnya akan sama? dicampakkan lagi?. apalagi alasan Ramel setelah ini?.

Reista lagi-lagi menelpon nomor Ramel, tetap tidak diangkat. Reista tidak tau dimana Ramel saat ini, ia memutuskan keluar dan berjalan dijalan setapak untuk menghampiri kamar yang di tempati Renandra, tidak begitu jauh. hanya 300 meter, disamping pohon kelapa yang tingginya entah Reista tak berani menatap sampai atas, ia menaiki undakan 3 tangga dan sampailah didepan pintu kamar Renandra.

Reista mengetuk, tidak ada jawaban..

sekali lagi, tetap tidak ada jawaban..

Reista memberanikan diri menarik tuas pintu, terbuka..

Reista masuk dan melihat kesekeliling.

sepi....

Tidak ada Renandra, Ramel, atau Maid yang biasa menjaga Renandra..

Dimana mereka semua?

Reista menutup pintu kamar Renandra, dan kembali berjalan di jalan setapak itu untuk kembali kedalam kamarnya. suara binatang malam menjadi penghantar Reista untuk kembali kekamarnya, deburan ombak membuat Reista melihat kesekeliling, sepi sekali...

Banyaknya maid dan penjaga yang Ramel bawa, mengapa tak ada satupun yang Reista temui.

Dan dimana juga para pengurus Resort ini, mengapa tidak ada yang terlihat dimata Reista..

Reista melihat jalan setapak disebelah kiri, jalannya dipenuhi bebatuan yang halus dan kanan kirinya terdapat lampu-lampu taman yang cantik, namun tetap saja seberapa cantik jalan itu dibuat, tidak akan melunturkan rasa takut yang Reista rasakan saat ini.

Harus kemana Reista saat ini? kembali kejalan setapak sebelah kanan yang menuju kamarnya, atau jalan setapak disebelah kiri yang Reista tidak tau kemana arahnya.

Tapi jika dia tidak menemukan Ramel, dia akan tetap gelisah saat berada didalam kamar saja.

Reista memutuskan untuk mencoba jalan setapak disebelah kiri, angin berhembus membuat Reista sedikit mengigil, entahlah mengapa angin laut begitu aneh saat malam hari, Reista membuang jauh-jauh pikiran buruknya tentang beberapa potongan film horor yang pernah ia tonton. Reista jadi kesal sendiri dengan otaknya, mengapa disaat seperti ini bisa mengingat film yang sudah sangat lama ia tonton. dengan keadaan yang sama yang Reista rasakan saat sekarang, tapi mungkin bedanya sang pemeran utama dalam film tidak memakai gaun dan sepatu cantik seperti Reista.

Reista sampai di ujung jalan, hanya ada rerumputan rendah dan beberapa pohon kelapa. gelap dan sunyi..

Terkutuk sudah pohon kelapa yang daunnya bergelayut pelan namun sangat seram, mengapa juga Ramel harus mengajaknya ke tempat seseram ini. besok saat pulang ia akan meminta Ramel membeli Resort ini dan jadikan tempat yang nyaman bagi sepasang manusia yang ingin berbulan madu, Reista yang akan mendekor sendiri tempat bulan madu dipulau cantik ini menjadi lebih-lebih Romantis.

Mungkin untuk sebagian orang ini tempat yang bagus dan sunyi, mereka bisa Beromantis sepanjang hari di pulau ini, tapi tidak bagi Reista, Reista begitu benci tempat sepi dan tidak ada orang sama sekali sejak tadi. keringat dingin membasahi pelipisnya, ia semakin ketakutan dan berbalik untuk kembali kekamarnya saja, ia berjalan sedikit cepat walaupun sesekali higheels nya tersangkut batu, ia tidak perduli juga jika rusak, Ramel bisa membelikannya 10 kali lebih banyak.

Saat hampir sampai di belokan tadi, tiba-tiba lampu mati dan semua menjadi gelap, Reista membeku ditempatnya,

Tidak....

Jangan lagi, jangan lagi adegan dalam film horor menjadi satu adegan dalam hidupku, ini adalah hari bulan maduku, bukan hariku untuk ketakutan dan menjadi gila karena sekarang aku benar-benar tidak bisa melihat dengan jelas arah depan, hanya cahaya Rembulan yang remang-remang, yang mampu membuatku meraba jalan dengan pelan.

Reista hampir menangis saat pikirannya benar-benar memutar adegan film Horor dengan cepat, disaat seperti ini biasanya akan satu atau dua mahluk yang akan menampakan dirinya, Reista sudah tidak sanggup lagi berjalan, kakinya gemetar, ia sudah hampir menumpahkan airmatanya. dimana Ramel dan semua orang? apa mereka meninggalkanku sendirian disini?.

Ia ingin pulang, ia ingin berada dikamarnya yang nyaman di Amsterdam. ia tidak mau bulan madu ditempat sepi dan sendirian seperti ini, ia terjatuh berlutut, ia menangis, ia menangis dengan sepelan mungkin. ia ketakutan, tidak ada yang bisa membantunya dan menolongnya sekarang.

"Ramel... Ramel kamu dimana... hiks... Ramel... Hiks....". mata Reista terpejam, ia ingin menyingkirkan rasa takutnya. tapi tidak bisa, ia tidak bisa...

kepalanya sangat sakit, seperti tersusuk ribuan jarum, seperti ada sesuatu yang memukul tengkuknya. sangat berat dan sakit, Reista melihat kedepan dan samar-samar terdengar banyak orang berlari menghampirinya, namun Reista sudah tidak sanggup bangkit, tubuhnya lemas dan tak berdaya.

"Reista!!!". suara Ramel, Reista mendengar suara Ramel yang meneriakinya kencang. Tapi ia sudah tidak bisa menjawab. tubunya diguncang kencang oleh seseorang, Reista merasakan tubunya diangkat dan melayang, entahlah Reista tidak bisa memastikan mengapa dengan tubuhnya saat ini..

Sampai pada akhirnya Reista kesusahan bernafas, tubuhnya menggigil dan rasanya sangat sakit. sampai ia tidak bisa mendengar suara-suara itu lagi. ia jatuh dalam kegelapan dan matanya tertutup rapat.