Seorang gadis cantik tengah tertidur di atas sebuah kasur yang berukuran king size.
Wajah seputih susu pada gadis itu terlihat dibasahi oleh peluh yang bercucuran.
"Ampun, Mama. Jangan pukul, Elin. Hiks, mama ampun."
Gadis itu terus mengigaukan kata-kata yang sama di dalam tidurnya.
"MAMA!!" pekik gadis itu sembari terbangun dari tidurnya.
Nafasnya tersengal-sengal, membuatnya kesulitan bernapas. Air matanya perlahan luruh dari mata bulatnya itu.
Ingatannya kembali pada sebuah kejadian di masa lalu, kejadian yang membuatnya merasakan trauma yang mendalam hingga sekarang.
*Flashback On*
Suara pecahan barang-barang memenuhi ruang tamu sebuah rumah mewah.
Dua insan sedang melakukan pedebatan lisan. Saling mengeluarkan sumpah serapah, dan saling memecahkan barang satu sama lain.
Tanpa mereka sadari, seorang gadis kecil dengan surai hitam sepunggung tengah menyaksikan perdebatan mereka.
Gadis kecil itu adalah Zeline Myesha. Badan Zeline sudah gemetar ketakutan. Air matanya sudah membentuk sungai kecil di pelupuk matanya.
Bentakan demi bentakan terus terdengar memenuhi indra pendengarannya.
"Oke, kalau kau mau pisah. Tapi anak sialan itu harus ikut dengan mu!!" putus sang ayah.
"Tidak! Aku tidak mau mengurus anak haram itu, aku tidak mau mengurusnya. Kau saja yang mengurusnya," ucap sang ibu dengan nada sinis.
Bagai tersambar petir, Zeline memaksa kakinya untuk berayun masuk ke dalam kamarnya, dan menutup rapat telinganya.
Ia hanya bisa menangis tersedu-sedu karena baru saja mendengar kenyataan yang lebih buruk dari perpisahan kedua orang tuanya.
Kedua orang yang seharusnya mengurusnya, memberikannya kasih sayang, dan membesarkannya, tapi mereka kini mengatakannya anak haram, anak sialan, dan perkataan kasar lainnya.
Setelah orang tuanya resmi berpisah, Zeline diasuh oleh tantenya.
Wanita tua itu dengan tulus memberikan kasih sayang kepada Zeline. Menganggap Zeline bak anak kandungnya sendiri.
*Flashback Off.*
Air mata Zeline terus mengalir dari pelupuk matanya. Mau dipaksa berhenti pun tak bisa.
"Hiks, Aku bukan anak haram!! aku bukan anak sialan, ayah, ibu!!" pekik Zeline sembari menjambak rambutnya sendiri.
Keadaan Zeline sangat kacau, rambutnya berantakan karena ia jambak, barang-barang di kamarnya berantakan.
Terakhir, Zeline mengambil sebuah silet yang berada di atas meja di kamarnya. Dia mengarahkan silet itu tepat di pergelangan tangannya.
"ELIN!!" pekik seorang gadis yang baru memasuki kamar Zeline.
Gadis itu segara menepis silet yang berada di tangan Zeline. Gadis itu memeluk tubuh Zeline dengan erat, seolah tengah memberikan ketenangan kepada gadis malang itu.
"Hey!! kamu apa-apaan sih? kamu tahu tindakan kamu itu bahaya!"
"Kenapa gak biarin aku aja, Sil? biarin aku mati. Aku gak berguna, aku anak haram, aku yang buat tante mati, Sesil!" bentak Zeline frustasi.
Gadis yang bernama Sesilia itu mengeratkan pelukannya terhadap Zeline.
"Kamu sadar! kamu itu bukan anak haram! orang tua kamu yang egois, mereka yang jahat, mereka gak pantas jadi orang tua dari gadis sebaik kamu. Kamu juga bukan pembunuh mama! Mama pergi karena memang takdirnya," ucap Sesilia berusaha menyadarkan Zeline.
Tanpa Sesilia sadari, air matanya juga ikut luruh melihat keadaan sepupunya itu.
Dia ikut merasakan penderitaan yang dialami oleh Zeline. Dia menjadi saksi bagaimana seorang gadis kecil setiap malam bermimpi buruk, dan berusaha melawan trauma yang dialaminya.
Zeline terus menangis dipelukan Sesilia. Gadis itu seolah menumpahkan keluh kesahnya lewat tangisan di pundak sepupunya.
"Udah ya, jangan nangis lagi. Sebentar siang kita ke Psikolog ya? aku gak bisa liat kamu gini terus, mimpi buruk terus, dihantui rasa trauma kamu," ucap Sesilia
Zeline hanya menganggukkan kepalanya saja. Dia sudah lelah dengan semuanya, dia hanya akan mengikuti kemauan Sesil, walaupun dia tak percaya bisa sembuh.
"Terima kasih, saudara ku," ucap Zeline sembari menatap dalam netra Sesil.
***
#CuapcuapAuthor
Halo-!! aku mau ngucapin terima kasih buat kalian yang mau baca ceritaku, jujur ini pertama kalinya aku buat cerita di Webnovel.
Aku harap kalian suka ya!!