Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Can We?

Arsyil_Shabani
--
chs / week
--
NOT RATINGS
3k
Views
Synopsis
"Bukankah ini semua terasa seperti ilusi? kuharap segera terbangun dari tidurku dan kembali menjalani hidupku yang normal tanpamu dan yang berhubungan denganmu." -Lf

Table of contents

Latest Update1
prolog4 years ago
VIEW MORE

Chapter 1 - prolog

SMA Nusa Bangsa merupakan salah satu sekolah favorit yang memiliki banyak siswa/i berprestasi. Lifianti Pramita Dewangga adalah salah satu siswa berprestasi di bidang akademik yang menjadi kebanggaan Nusa Bangsa. Fia mengayuh sepedanya dengan senyum yang terus mengembang sambil mendengarkan lagu favoritnya. Hari ini adalah hari dimana diadakannya perlombaan olahraga antar sekolah tingkat nasional.

Fia segera memakirkan sepedanya dan berjalan melalui lorong demi lorong untuk segera sampai di kelasnya. Keadaan kelas yang masih sepi mengingat jam masih menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Ia terlalu bersemangat hari ini, karena Sabintang akan berpratisipasi dalam lomba sepak bola antar sekolah. Bintang adalah sahabat yang sudah Fia anggap seperti saudaranya sendiri. Fia mengehela napas ketika mengingat sikap Bintang yang beberapa waktu lalu mampu membuatnya takut akan kehilangan satu-satunya sahabat yang ia sayangi.

Ponsel yang berada di sakunya bergetar, fia merogoh sakunya dan mengangkat telepon setelah melihat nama si pemanggil. Sabintang Handoko.

"Halo?" dengan senyum yang tak pernah luntur dari wajahnya.

"Kamu dimana, Ta?"

"Kelas, Bintang. Kamu dimana? Tumben belum datang."

Terdengar suara helaan napas dari seberang sana, "Kamu tuh kebiasaan banget deh, Ta. Kan, udah aku bilang semalam, pagi ini aku mau jemput kamu, kenapa kamu berangkat duluan?"

Fia tertawa mendengar ocehan Bintang yang selalu saja sama setiap dia ingin berangkat bareng ke sekolah. "Bawel."

"Ta, aku nggak lagi bercanda ya," Bintang yang kini sedang mengendarai mobil menuju sekolahnya menghela napas lelah, "pulang sekolah kamu harus pulang sama aku. Persetan, dengan sepeda kamu."

"Iya, Bintang, iya. Sekarang kamu fokus saja mengendarai mobilnya, nanti kalau terjadi kecelakaan bagaimana?"

"Ta, kamu baik-baik saja?" ada nada khawatir disela kalimat yang Bintan ucapkan.

Fia menghela napas dan menenangkan dirinya, "Aku nggak apa-apa, Tang. Kamu jangan parno gitu deh."

"Ta, aku tutup ya, aku sudah sampai." Setelah panggilan itu berakhir, Fia segera mencari sesuatu di tasnya. Ia ingat, ia selalu membawa benda itu kemana pun ia pergi.

~~~

"Viq, ada yang nyariin lo tuh di luar," seruan dari temannya membuat laki-laki yang berperawakan tinggi itu segera bangkit setelah mengikat tali sepatunya dengan sempurna.

"Hai," sapaan perempuan mungil di depannya membuat Viqri menghela napas jengah. Ia sudah berusaha melupakannya selama tiga tahun kebelakang dan kini, perempuan mungil dengan rambut sebahu itu muncul kembali setelah perbuatannya yang menjadikan Viqri seperti saat ini.

"Mau apa?" tanya Viqri dengan tangan bersekap dada dan bersandar di pintu ruang ganti baju timnya. Hari ini Viqri ada pertandingan melawan SMA Nusa Bangsa untuk memperebutkan juara pertama tingkat nasional.

"Mama mau kamu main ke rumah, Viq. Katanya kamu sudah lama nggak main ke rumah."

Viqri membetulkan posisi berdirinya dan sebelum berbalik meninggalkan perempuan yang menurutnya sangat menyebalkan saat ini, "Liat nanti, gua nggak janji," ucapnya dan berlalu begitu saja meninggalkan perempuan mungil itu dengan senyum getirnya.

"Kasa," perempuan mungil yang sedang memandangi punggung Viqri segera menoleh ke arah asal suara yang memanggilnya, "lo ngapain, Sa? Ngecengin bebeb viqri gua yak?"

Perempuan yang bernama Angkasa itu tertawa, "Apasih lo! Kenal aja nggak gue sama dia. Gimana mau jadiin dia gebetan gue?"

Ella teman Angkasa hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Eh iya juga sih kalo dipikir-pikir, kan, lo juga anak baru. Tapi gua setuju kok kalau lo jadian sama si kapten sekolah ini."

Angkasa tertawa dan sebelum meninggalkan ruang ganti ia melirik sebentar, lalu berjalan ke arah kantin, "Iya, kalau dianya mau sama gue, La."

Ella berdiri di hadapan Angkasa dan memperhatikan Angkasa dari atas sampai bawah, "Cuma orang nggak normal yang nolak cewe secantik lo, Sa. Eh, tapi kalau si kapten sampai beneran nolak lo, apalah daya aku yang cuman butiran debu dihadapan Angkasa Ayu Putri?" ucap Ella dengan muka semenyedihkan mungkin.

Angkasa hanya tertawa dan segera melanjutkan jalannya untuk pergi ke kantin. Ia harus mengisi energinya jika ia ingin mendapatkan Viqri kembali.