Banyak masalah dalam hidup ini, tapi aku tidak ambil pusing dengan setiap masalah-masalah yang aku hadapi. Dibanding memikirkan masalah tersebut, lebih baik aku menyelesaikan masalah dengan cara apapun yang bisa aku lakukan. Aku tidak peduli jika cara tersebut harus menghancurkan orang lain atau diriku sendiri. Motoku, selama masalah itu selesai meskipun harus ada yang terluka masalah tersebut menjadi selesai, bukan?
Pagi ini aku menghembuskan karbondioksida ke udara sebagai tanda rasa syukurku pada Tuhan. Ya, meskipun aku sendiri masih mempertanyakan kebenaran yang mestinya tidak dipertanyakan. Dia bukan mahkluk dan bukan juga benda mati. Dia berwujud tetapi tidak terlihat. Dia tidak dilahirkan ataupun melahirkan. Sebuah paradoks nyata dalam hidup ini.
Memandang langit, semua yang ku pertanyakan merupakan tanda bahwa aku sendiri yang bodoh. Lagipula, mau berpikir sampai manapun maka jawabannya akan kembali kepada-Nya. Apalagi semua yang terjadi pada kelahiran dan kematian semua sudah ada waktunya. Yang kita tidak tahu adalah, kapan waktunya kita akan terlahir dan mati. Boleh jadi pada detik pertama aku bercerita, aku sudah tidak ada di muka bumi dan cerita ini sudah dilanjut pada orang yang aku pecaya.
Ah, benar-benar sesuatu hal yang membingungkan sekaligus hal yang membahagiakan bisa terlahir sebagai pemikir.
Ini adalah masalahku setiap pagi yang harus memikirkan entitas diri dan sang pencipta. Karena hal itu, membuatku tetap bersyukur sudah bisa selalu berpikir setiap saat.
Tetapi....
Dalam jiwaku sedang merasakan kekosongan yang mendalam. Bukan karena Tuhan melainkan, ada jiwa yang kurang dalam diriku. Aku mencari-cari, jiwa apakah yang hilang dalam diriku ini. Aku sangat ingin tahu tentang hal itu. Sebuah sajak dan Puisi tak bisa menjawabnya. aku sendiri kebingungan dibuatnya. Aku hanya mencari arti kehilangan itu. Ku cari dari definisi ke definisi lainnya. Namun, tak kunjung ku temui jawabannya. Apa kekosongan itu?
"Hoi! Bengong aja, gue lihat lu bengong aje. Kaya sapi ompong, muka mikir lu kaya orang bodoh," ucap Chaka sambil menepuk pundak.
"Kau mengganggu saja. Tidakkah kau lihat, aku sedang berpikir mengapa saat ini mengalami kekosongan. Aku yakin pasti ada jawabannya. Namun sampai saat ini, bahkan di penghujung masa Remaja yang paling indahku sudah mulai usai. Aku belum juga mendapatkan jawaban kenapa hati ini mengalami kekosongan," terangku seolah-olah aku kesepian.
"Ya, ya, ya, pada dasaranya, Kurniadi memang berpikir terlalu banyak. Dan rasa kekosongan itu karena dia belum mendapatkan Leila." Asa menyambar layaknya petir di siang bolong. Dia juga tidak lupa menatapku dengan tatapan senyum yang memiliki seribu arti. Aku benar-benar disulitkan oleh orang-orang ini. Disaat aku sedang dipusingkan masalah kekosongan hati, kini masalah bertambah karena harus berdebat dengan mereka.
"Kau sok tahu Asa," ucapku.
"Hooh, Leila. Cie, Kurniadi mikirnya si Leila terus nih ye. Cie!" ledek Chaka dengan sangat riang.
"Tidak. Aku kan sedang berpikir kenapa hatiku ini kosong. Kenapa malah ke Leila yang tak ada hubungannya? itu justru yang membuat tidak jelas." sanggahku sambil mendorong Chaka.
"Tidak mungkinkan Tuhan meninggalkanmu? Apalagi diantara kita bertiga, kau adalah manusia paling beruntung. Jika sudah begitu maka sesuatu yang kurang dari dirimu adalah seorang kekasih untuk di nikahi. Ya, cuma itu saja." Asa berbicara sambil menepuk pundakku.
"Nah itu dia, Kur. Yang lu butuhkan itu, seorang gadis yang kelak akan jadi istri lu. Tidak kurang, tidak lebih." Chaka berucap seolah itu kebenaran padahal bagiku hanyalah omong kosong.
"Kalian ini...." aku harus menghela napas sinis dari semua pendapat itu. Aku melirik mereka berdua. Kemudian berkata, "Huh, kalian ini. Sudah berulang kali aku mengatakan bahwa, aku tidak kekurangan kasih seorang wanita. Hanya saja, Fajar kali ini, mengingatkanku pada kesepian. Kesepian yang mungkin saja membuatku terjerumus pada kegelapan."
"Iya Kegelapan. Itu semua terjadi karena kau gak pernah mengatakan, aku menyukaimu Leila. Hahahahahahahaha," sentil Asa sambil tertawa bersama Chaka.
"Betul-betul! Lebih menyedihkannya lagi, si Kurniadi ini suka sama Leila pas kelas satu SMA sampe sekarang belum mengungkapkannya jua." Chaka menambahkan bumbu yang aku tidak suka.
"Keterlaluan sekali, aku tidak akan meaafkan kalian meskipun kalian adalah temanku!" setelah berkata aku langsung melompat ke tubuh mereka berdua yang sedang berjalalan berebelahan, tapi naas mereka menghindar ke samping, membuat diriku akan terjatuh ke depan karena seharusnya tubuhku tertahan oleh pundak mereka. Akhir yang jelas, aku harus terjatuh dengan memalukan.
"Kau kasihan sekali, seorang pria seperti dirimu harus terjatuh dengan memalukan," ucap Asa.
"Hahahahahah, ini baru adegan yang sangat lucu. Lu gak pernah mengecewakan dalam membuat gue ketawa."
"Sialan, kalian berdua. Bukannya bantu malah ketawa." aku menggrutu sambil dibantu oleh Asa untuk berdiri.
Saat aku berdiri, sudah ada seorang pria sedang merekamku sambil tertawa melihatku. Dia pun berkata, "Aha, aku dapat gambar yang bagus dan lucu. Kurniadi sang raja terpeleset berhasil aku rekam. Tidak sia-sia, aku membawa kamera sambil merekammu di pagi hari. Pasti ada kejadian yang lucu."
"Duh, ini lagi si pria yang gak punya etika. Teman jatuh bukannya di tolong malah di rekam. Dasar gak punya perasaan."
"Ya mau bagaimana lagi, seorang pria yang kaku tanpa fleksibilitas dalam gerak pasti akan mengalami hal yang memalukan seperti ini. Lagipula, konten kau jatuh, itu sangat lucu. Dan hebatnya lagi, Penonton sangat suka video kau terjatuh." ucap Bagas.
"Emm, Lu kejam sih Gas. Tapi, apakah ada uang buat traktir kita bertiga gak akan hasil pencapaian video yang lu buat sekarang." ucap Chaka sambil merangkul Bagas dengan wajah liciknya.
"Tentu saja!"
"Yosh, kalau itu lebih bagus lagi. Gue setuju akan tindakan ini."
"Kau gila ya!"
"Yap! Bagus sekali ini adalah tindakan nge-gas dari si Kur. Hahahahahha."
Aku hanya memandangnya dengan tatapan sini. Menjengkelkan. Walaupun aku sangat tidak rela diperlakukan seperti ini, tapi mereka adalah teman-temanku. Setidaknya, mereka adalah satu-satunya temanku yang selalu bersamaku. Layaknya di anime Naruto, aku pernah berada dalam penjara kesendirian.
"Eh, kira-kira bagaimana rencana kita untuk membuat sebuah band. Kau tahu bahwa teman kita si Kurniadi ini mau mendapatkan hati dari Leila, bukan." ucap Chaka dengan nada yang menyentil.
"Hmm, menembak Leila? Hei, bukankah kau yang ingin menjadi pacar... Ah sudahlah, aku sudah berjanji tidak akan membocorkan itu semua. Meskipun, Kau sudah membocorkan rahasiaku. Teman adalah teman." sindir balik dariku.
"Ho oh, ternyata si cowo keren Chaka punya gebetan nih ye. Dan momen terbaik ini sudah ku rekam. Yeah!" ucap Bagas kegirangan.
"Hoi, Hoi tolong hap..."
"Kata kau setuju dengan hal ini." Asa merubah keadaan dari yang menyinggungku sekarang menyinggung balik Chaka.
"Kok, malah gue yang diserang sih."
Terdengar dua orang yang tiba-tiba saja menyapa kami di gerbang sekolah persis dari arah belakang. Kedua orang itu merupakan orang paling kompak karena sejak kelas 10 mereka sudah saling bersama dan satu temppat duduk. Mereka pun ikut bergosip riang bersama kami.
"Ada gosip baru apa? Si Chaka dapat gebetan baru? Siapa, siapa?" Tanya Gino Muntaha.
"Hmmm, saya mencium aroma sedap dari sebuah perghibahan anak SMA tentang gebetan. Dan kali ini, Chakalah sumber dari perghibahan itu." ucap Ghofar Muntaha.
Walaupun memiliki nama belakang yang sama dengan nama Muntaha, mereka bukanlah saudara kembar. Gino Muntaha adalah seorang pemain voli yang handal dan seorang yang sanga atletis. Bahkan saat kelas 11, dia pernah membawa sekolah kami ke perempat final kejuaraan Voli antar SMA se-Indonesia. Kemampuan voli yang dimiliki adalah High Quick Attack. Dimana, Gin mengkombinasikan antara serangan cepat dengan kekuatan tinggi badannya. Sedangkan Ghofar, dia adalah pria gemuk dan pendek namun cukup pintar dalam hal pelajaran. terbukti kelas 10 dan kelas 11 di setiap semester, dia selalu meraih peringkat 3 setelah Leila Nailur Rahma dan Dwi Kartika Chandra.
"Sulit dipercaya, seorang Cogan, Cowo Ganteng, memiliki wanita idaman yang ada di kelas kita. Sulit dipercaya hingga aku yang duduk di belakangmu kaget mendengar hal ini." Ucap Ghofar dengan nada yang usil.
"Sssst! Kau seharusnya paham Far, sebagai seorang kapten Voli di sekolah ini. Orang yang ganteng pasti memiliki seorang gadis imut menjadi idamannya. Selain itu, dia pasti seorang gadis yang sulit dikendalikan oleh dirinya. Kemungkinan dia adalah ....." Ucap Gino dan langsung dipotong oleh Chaka.
"Tolong rahasiakan itu, Gin! Please!" muka Chaka memerah.
"Hahahaha, Chaka mukanya memerah."
Ah...
Dalam pikiranku, Chaka pasti memiliki rencana gila yang membuatku kerepotan. Aku harus mencari cara bagaimana bisa aku tidak terjebak pada kegilaan. Aku ingat bagaimana Chaka bertanya apakah aku bisa bermain piano dan Gitar di Semester kemarin. Aku sudah menjawab ya dan ini kemungkinan akan menjadi kuburan untuk diriku sendiri.
Tiba-tiba Chaka berlari ke depan dan berprilaku memalukan. Aku sudah menduga hal gila akan menimpaku dan ini akan menjadi benar-benar gila di penghujung akhir SMA ku. Dia pun berkata dengan riangnya, "Hei, hei, hei, lu pada denger ya! Gue mau umumin sesuatu yang bikin lu, lu, lu pada kaget sebelum kita-kita lulus."
Anjiiir, kegilaan apalagi yang akan dia buat. Apakah aku akan berkontribusi pada kegilaan ini?
"Hei, Chak. Kegilaaan apa yang mau ka...." perkataanku langsung dipotong oleh Chaka dengan jari telunjuk tangannya di depan mulutku yang membuatku terdiam seketika.
"Lu tahu Kurniadi, kenapa lu dan gue belum mendapat cewek idaman kita?" aku mendengar perkataannya seperti pegawai MLM ora umum sedang bertitah.
Semakin mendengarnya semakin kesal, apakah Chaka berbakat menjadi seorang sales MLM?
Aku pun mendengar perkataannya hanya bisa menggelengkan kepalaku. Tanda aku tidak tahu apa yang dipikirkannya.
"Lu lihat betapa kerennya Gino saat bermain Voli di liga SMA hingga dia bisa jadian ama Sinta cewe paling pintar di kelas IPS sekolah kita. Kau lihat betapa Fashionista-nya Banok, Rangga, dan Raja hingga cewek-cewek bisa klepek-klepek mereka bertiga. Dan lu tahu bedanya mereka dengan kita?" ucapnya sambil menepuk pundakku.
Aku ingat tatapan matanya yang sipit sama sepertiku tetiba pandangannya menjadi tajam layaknya elang ingin memangsa seekor tikus.
"Ya, gak tahu lah. Memangnya apa yang berbeda antara mereka dan kita?"
"Sebuah passion di masa-masa SMA kita. Kebetulan ada panggung buat lu dan gue buat dapatkan pujaan hati kita masing-masing dan Asa akan menjadi Drumer hebat band kita. Bagas akan membuat kita semakin terkenal diantara para gadis-gadis. Ghofar dan Gino akan menjadi tim pemasaran kita karena mereka sudah lebih tenar daripada kita berdua." ucapnya sambil menunjuk kita semua yang ada dalam percakapan gila ini.
"Band? Tunggu, jangan-jangan!"
"Ah, akhirnya anak dari guru Geografi SMA kita paham tentang apa yang mau kita lakukan. Kejuaraan Class Meeting dan tampil di Pensi yang menjadi ulang tahun SMA kita. Lu, Kurniadi Wijaya bin Maksum harus bantu gw dalam setiap even dan kita berdua pasti dapat wanita yang kita idamkan." ucap Chaka sambil menunjuk wajahku.
Aku langsung menyingkirkan tangannya dari wajahku. Dengan nada tinggi, "Kau gila, itu bukanlah hal yang mudah! Apalagi kita harus belajar ...."
"Sssst! Kurniadi, Lu gak perlu khawatir karena seiap anak manusia yang belajar pasti lulus UN. Terlebih, lu termasuk orang yang cerdas di sekolah ini. Gue yakin seorang 1000% lu lulus UN bahkan bisa masuk universitas bagus lebih dari yang lu inginkan sekarang." ucap Chaka dengan penuh keyakinan. Sambil menepu pundakku, dia kembali berkata, "Percayalah!"
"Tapi..."
"Kurniadi, apakah lu lupa janji setelah gue pinjamin komik Bleach volume 1-30? Lu inget karakter Mayuri Kurotsuchi?" tatapan tajam mengikuti perkataannya.
Sial, aku sedang di manipulasi dan digiring untuk mengikuti keinginannya. Terjebak akan hal ini dan aku malah melupakan hal sebesar ini! Kebaikkannya ternyata adalah kartu As agar aku akan terus menolongnya. Ini sungguh di luar perkiraanku dan aku harus memikirkan rencana lain yang membuatku aman dari rencana gila ini tanpa harus menyakiti perasaan Chaka.
Tanpa bertele-tele, aku langsung bermuka tenang dan langsung berkata, "Baiklah, aku akan membantumu. Tapi kau harus janji untuk meminjamkan semua komikmu kepadaku dan aku akan ikut rencana gilamu itu. Bagaimana?"
"Sepakat!" ucap Chaka.
"Waah, gak sabar mau main drum nih!" ucap Asa kegirangan.
"Chak, kalau jadi jangan lupa traktir ye. Bayaran buat promosi." ucap Gin sambil menepuk pundak Chaka.
"Iya nih, udah kita bantu-bantu." Timpal Ghofar.
"Tenang, Bosku. Semua sudah sesuai rencana Puzzle berikutnya, Gue mau atur ritme pemainan biar bisa jadian sama doi."
Disaat itu, aku tidak bisa membayangkan hal gila apa yang akan dia lakukan. Aku cuma berharap tidak membuatku kerepotan dan terjebak dalam kegilaan sepanjang masa. Saat itu, pagi hari dan aku harus menghela napas panjang setelah menyetujui kegilaan ini. Apakah keputusan ini tepat? Aku tidak tahu. Hanya saja, aku seperti melangkah ke medan perang layaknya hewan yang diberi daging mentah. Jika ke sana kau akan dimakan oleh mereka. Bukankah mati dimakan oleh hewan buas itu adalah cara mati yang sangat konyol? Dari kejadian ini, aku jadi memahami perasaan Mayuri Kurotsuchi yang secara terpaksa harus ikut ke medan perang dan saat ini aku sedang berada di medan perang itu sendiri.