Suara decitan ranjang terdengar beradu dengan desahan indah yang keluar dari mulut Selin. Juno sang Kakak sekaligus kekasih dari gadis tersebut terus menghentakan tubuhnya, menyentuh titik terdalam lubang kenikmatan sang Adik. Keduanya sudah larut dalam api asmara hingga sulit untuk membedakan antara cinta dan nafsu.
"Mhhh Kak…" Selin menahan erangan, sementara Juno terus saja menghentakan tubuhnya hingga mencapai puncak kenikmatan.
"Ahhhh…" Tanda suara pelepasan dari pemuda itu kini menggema dalam ruangan. Tubuhnya kini terkulai lemah di atas tubuh Selin, nafas keduanya masih terengah-engah. Mereka saling mencium satu sama lain hal yang sering mereka lakukan setelah melakukan aktifitas intimnya.
Bruakk…
Suara pintu terdorong dari luar kamar dengan amat keras, hingga membuat kedua insan itu terkejut. Bagaimana tidak, Selin dan Juno saat itu hanya menutupi tubuhnya yang polos dengan selimut. Namun seseorang menerobos pintu kamar, dan memergoki apa yang sedang keduanya lakukan.
***
Selin mengerjap, Gadis itu baru saja terbangun dari tidurnya, ia terduduk meregangkan otot-ototnya dengan mata yang menangkap cahaya masuk kesela-sela jendela.
"Morning… My sunny day," gadis itu beranjak, langkahnya tertuju pada ruangan kecil yang berada dalam kamarnya. Ia menyalakan keran, mengatur suhu air lalu membasuh wajahnya perlahan. Meskipun, tanpa riasan make up. Selin masih saja sangat terlihat cantik.
Di usianya yang baru saja menginjak dua puluh empat tahun, ia sudah terjun didunia busnis membantu mengelola perusahaan yang dipimpin langsung oleh ayah tirinya.
Usia pernikahan sang Mama dan Papa tirinya baru menginjak satu tahun. Akan tetapi kedekatan Selin dan Aryan, yang tidak lain adalah Papa tirinya terbilang cukup dekat, bahkan sekilas seperti hubungan Papa dan Putri kandung.
Alda yang tidak lain adalah Mama dari gadis tersebut menyuruhnya untuk bangun lebih awal. wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu mengatakan jika hari ini Juno, yang tidak lain anak bawaan dari Aryan akan datang.
Setelah sekian lama pemuda itu menyelesaikan Studynya tinggal diluar negri bersama keluarga sang Mama, yang sudah beberapa tahun terakhir meninggal. Bahkan, saat Papa dan Mama tirinya melangsungkan pernikahan, Juno tidak bisa hadir. Karena pernikahan itu terjadi di tahun terakhirnya untuk menyelesailan pendidikan.
"Pagi Pah, Mah." sapa Selin mencium wajah sang Mama, lalu kemudian terduduk disebalah Aryan untuk menyantap hidangan sarapan. Kedekatannya dengan Aryan memang sudah tidak diragukan, tentu saja hal itu terjadi karna Selin terus saja dimanjakan, layaknya putri kandung. Bahkan segala keinginan gadis tersebut selalu Aryan penuhi, tanpa syarat.
"Selin, kenapa kau belum bersiap? Hari ini Juno akan datang," ucap Alda bertanya dengan dahi yang mengerut.
Gadis cantik itu terlihat santai mengoles roti tawarnya dengan selai coklat, seolah tidak memperdulikan teguran sang Mama.
"Juno siapa? Ayolah, dia hanya Kakak tiriku. ku rasa, itu terlalu berlebihan."
Selin memang terbilang seorang gadis yang keras kepala, Ia bahkan terlalu sensitif dengan hal-hal kecil dan bahkan sangat mudah tersinggung. Akan tetapi, parasnya yang sempurna seolah menjadi poin penting dalam dirinya, bahkan tidak sedikit pemuda yang mengejarnya.
"Selin benar, ia hanya akan berantusias jika yang datang adalah calon suaminya." sahut Papa Aryan seolah meledek. Pria paruh baya itu terus saja membela Selin, hingga membuat Selin menjadi besar kepala.
"Kau lihat itu? Papa mu sekarang bahkan selalu saja membelamu. aku harap kau akan secepatnya sadar," sindir Mama Alda.
Bibir Selin mengerucut, pernyataan tajam sang Mama berhasil membuatnya sedikit jengkel. Akan tetapi tingkah Selin berhasil membuat Aryan dan Alda kegelian.
Tokk... Tokk...
Suara Ketukan pintu dan bunyi bel terdengar, Aryan bahkan langsung meyakini jika itu adalah suara ketukan dari putranya yang datang. "Itu pasti Juno."
"Biar Mama ajah yang liat." sambar Alda, Wanita paruh baya itu beranjak. sedangkan Selin masih sangat terlihat acuh, dan tidak terlalu memperdulikan perihal kedatangan Kakak tirinya tersebut.
"Hari ini Papa terancan, karena aku akan meminta tambahan uang belanja. jika Papa tidak memberikannya, anggap saja ini sebagai kasbon dari hasil kerjaku."
Aryan sedikit keheranan, entah dipakai untuk apa uang yang selalu ia berikan pada Selin, karna setiap gadis itu meminta, Aryan selalu memberikan dalam jumlah yang cukup besar.
"Masih kurang? Minggu lalu sudah Papa berikan, apa itu semua sudah habis?" tanya Aryan dengan sorot mata heran.
Bibir Selin kembali mengerucut, itulah akibat dari Aryan yang selalu memanjakan anak tirinya tanpa tanggung-tanggung. Selin menjadi lupa akan dirinya yang hanya berstatuskan anak tiri. bahkan setiap kali Ayah kandungnya memanggil dan meminta untuk bertemu, Selin selalu saja memberikan alasan untuk menolak ajakan Stive.
Mama Alda kembali menghampiri meja makan, diikuti oleh sesosok pemuda tampan dengan paras yang sempurna di belakangnya. Siapa lagi jika itu bukan Juno, anak bawaan dari Aryan yang baru saja kembali dari luar negri.
"Juno kau sudah datang," sambut Papa Aryan menghampiri, lalu memeluk pemuda tersebut untuk melepas kerinduan.
Sorot mata Selin teralihkan, cukup mengesankan karena gadis itu sampai terkagum-kagum melihat Kaka tirinya yang baru saja datang. Ini memang kali pertama keduanya saling bertemu, Selin bahkan hanya pernah melihat foto Juno dari ponsel Aryan. Ia sendiri tidak pernah menyangka ternyata sosok Juno lebih sempurna dari apa yang ia bayangkan.
"Juno, ini Selin. Dia adalah adik tiri kamu." ucap Aryan memperkenalkan.
Selin tersenyum tipis menatap pemuda tersebut, berbeda dengan Juno yang terlihat apatis menanggapi ucapan Papanya. lalu menangguk singkat dengan ekspresi dingin.
"Aku cape Pa, aku mau istirahat." sahut Juno seolah mengabaikan.
Meerasa tidak terima dengan sikap Juno yang tidak memperdulikannya. Selin langsung memasang raut wajah jengkel, ia terus mengumpat dalam batinnya, karna ini adalah kali pertama ia di abaikan oleh seorang pemuda. "Shit! dia mengabaikanku," umpat Selin dalam batinnya.
"Kamu gak mau ikut sarapan bareng Mama, Jun?" tanya Alda menyambar.
Juno hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Alda pun mengerti, ini adalah kali pertama mereka bertemu. mungkin saja Juno masih belum terbiasa dengan lingkungan barunya.
"Sel, anter kakak kamu ke kamarnya, yang kemarin udah Mama siapin." seru Alda memerintah
Selin mengerutkan dahinya, lalu menjawab. "What? kenapa harus aku?"
"Antar saja, itu bagus untuk kalian bisa saling mengenal." sambung Aryan mendukung.
Selin menghela nafasnya dengan kasar, gadis itu terpaksa mengiyakan perintah kedua orang tuanya, dan berlalu menuju lantai atas diikuti oleh Juno. Tanpa Selin sadari, pemuda yang mengekor dibelakangnya terus memperhatikan, menatap lekuk indah tubuhnya. sepertinya Juno sedang menilai penampilan sang adik yang terlihat sempurna.
Selin menekan gagang pintu kamar, yang tepat berada disebelah kamarnya. Gadis itu melangkah menuju jendela, membuka tirai tersebut dan membiarkan cahaya masuk ke dalam ruangan yang akan Juno tempati.
"Ini kamarmu, dan tolong jangan merepotkanku." Celetuk Selin ketus sambil berlalu.
Juno tetap terdiam, tidak menggubris ucapan sang Adik. Ia hanya terus memperhatikan Selin yang sedikit bersikap arogant padanya. "Lumayan." Gumam Juno, dengan sorot mata yang terus menatap lekukakan tubuh Selin yang berlalu.