Kedua mata Ducan tak berkedip, dengan tubuh terpaku di tempatnya.
Melihat wajah Alisha membuat Ducan teringat sebuah kenangan yang tidak bisa dia lupakan.
Wajah seorang wanita yang sudah menyerahkan kesuciannya.
"Apa Luck?? Air?? Oke!! tunggu sebentar aku ambilkan." ucap Alisha sedikit gugup dengan tatapan Ducan.
Sambil mengusap tengkuk lehernya, Alisha mengambil air mineral yang ada di dalam mobil dan segera di berikan pada Ducan.
Masih dengan pandangan yang tak lepas dari wajah Alisha, Ducan menerima botol yang berisi air mineral.
"Luck?! ada apa denganmu? apa kamu hanya memegang botol itu?" tanya Alisha dengan tatapan heran melihat Ducan hanya bengong di tempatnya.
Mendapat teguran Alisha, Ducan sadar dari lamunannya dan segera memperbaiki mobil Alisha.
Di saat Ducan fokus memperbaiki mobil Alisha dan Alisha sendiri tak lepas menatap heran Ducan.
Tidak jauh dari mereka, ada sebuah mobil berhenti dengan lampu yang tidak menyala.
"Mungkin mereka benar berjodoh. Sekarang mereka bertemu, semoga Ducan cepat sadar dan mengetahui kalau wanita yang di tolongnya adalah Alisha calon istrinya." ucap Lucken dengan perasaan sedih menjalankan mobilnya meninggalkan Ducan dan Alisha.
"Bagaimana Luck? apa kamu bisa memperbaikinya?" tanya Alisha mendekati Ducan berdiri di sampingnya sambil memastikan bau aroma woody yang di hirupnya beberapa kali.
"Sedikit lagi." ucap Ducan tanpa melihat ke arah Alisha yang telah membuat hatinya tidak tenang.
"Luck." Panggil Alisha memberanikan diri untuk bertanya tentang aroma woody yang di pakai Lucken.
"Hem...ada apa?" sahut Ducan tanpa memperhatikan Alisha tapi jantungnya berdegup kencang saat Alisha memanggil nama Lucken dengan suara lembut.
"Sejak kapan kamu memakai parfum aroma woody?" tanya Alisha menatap penuh wajah Ducan.
"Kenapa? apa itu mengganggumu? aku mencoba parfum itu saat temanku menjualnya." ucap Ducan berpikir sangat cepat untuk membalas pertanyaan Alisha.
"Oh...apa kamu menyukai aroma seperti ini Luck?" ucap Alisha tidak pernah berpikir kalau Lucken adalah pria yang dia cintai, cinta pertamanya saat di Bali.
Alisha sama sekali tidak mengenali Ducan karena penampilan Ducan jauh berbeda dengan Lucken.
Tapi yang di ingat Alisha dengan pasti tatapan mata pria yang dia cintai berwarna coklat tidak hitam seperti mata Lucken.
"Kenapa kamu mempermasalahkan parfum? katakan saja apakah itu mengganggumu? atau mengingatkanmu pada seseorang?" tanya Ducan menatap penuh kedua mata Alisha yang sangat indah diterangi cahaya bulan.
"Sama sekali tidak mengganggu! aku hanya menyukai parfum aroma woody saja. Tidak ada hubungan dengan seseorang." ucap Alisha tidak ingin berterus terang karena menjaga perasaan Ducan yang di anggapnya sebagai Lucken calon suaminya.
Ducan terdiam, entah kenapa ada perasaan sakit saat Alisha mengatakan tidak ada hubungan dengan seseorang.
"Mungkin dia sudah melupakan aku. Tapi ada hubungan apa wanita ini dengan Lucken? sepertinya dia sangat dekat dengan Lucken. Apa dia sahabat dekat Lucken? atau wanita ini penggemar Lucken? Sungguh tragis hidupmu Ducan, bertahun-tahun mencari wanita yang kamu cintai ternyata dia sudah melupakan kamu." ucap Ducan dalam hati sambil menutup kap mobil dengan sangat keras.
"BLAMMM!!"
Seketika Alisha terkejut dan mengusap dadanya. Tidak biasanya Lucken melakukan sesuatu dengan kasar.
"Luck, apa yang kamu lakukan?! aku sampai terkejut?!" Ucap Alisha yang sudah terbiasa bahasa dan sikap yang lembut dan sopan.
Ducan mengkerutkan keningnya, tersadar dari apa yang barusan dia lakukan. Lucken tipe pria yang sempurna dengan sikap yang sempurna.
"Maaf aku tidak sengaja melakukanya. Mungkin aku terpengaruh oleh minuman keras." ucap Ducan mencari alasan yang tepat.
"Lagi pula aku heran, sejak kapan kamu minum-minum Luck?" ucap Alisha dengan tatapan heran.
"Oh itu?!! aku pikir besok aku akan menikah. Jadi aku menerima ajakan teman-teman untuk bersenang-senang sebelum menikah." ucap Ducan dengan suara berat.
"Seharusnya kamu tidak melakukan hal itu Luck? bagaimana kalau besok kamu bangun kesiangan. Bisa-bisa kita tidak jadi menikah. Sudahlah, ayo... aku antar kamu pulang." ucap Alisha sambil membuka pintu mobil.
Kembali Ducan terpaku di tempatnya saat Alisha mengatakan dia yang akan menikah dengan Lucken.
"Tunggu Alisha!!" ucap Ducan memberanikan diri memanggil nama Alisha untuk memastikan kalau wanita itu yang akan menikah denganmu.
"Ada apa lagi Luck? tidak perlu terkejut seperti itu. Aku tidak marah padamu. Hanya saja aku mengingatkan kamu, kalau besok kita akan menikah. Jadi kamu harus menjaga kesehatan kamu." ucap Alisha menatap Ducan dengan tatapan heran seolah-olah Ducan tidak tahu kalau dia akan menikah dengannya.
"Terima kasih Alisha." ucap Ducan seraya menelan salivanya tidak percaya kalau yang akan di nikahi Lucken adalah Alisha, wanita yang di carinya selama ini.
Alisha tersenyum kemudian masuk ke dalam mobil di ikuti Ducan.
Saat masuk ke dalam mobil, Ducan cukup terkejut ada anak kecil perempuan yang sedang tidur di belakang mobil.
Ducan berpikir keras bagaimana cara mengetahui siapa anak kecil itu.
"Apa anak kecil itu keponakan Alisha putrinya Terry?" tanya Ducan dalam hati sambil menatap penuh wajah Diana yang terlihat seperti anak berusia dua tahun atau tiga tahunan.
Entah kenapa saat melihat wajah Diana ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Melihat wajah Diana, seperti melihat dirinya saat dia masih kecil.
"Cantik sekali kalau dia tidur, kenapa kamu mengajaknya pergi? bukankah ini sudah malam?" tanya Ducan tanpa menyebut nama anak perempuan itu.
"Diana memang selalu cantik saat tidur. Bukan saat tidur saja, tapi dalam segala hal selalu cantik." ucap Alisha dengan tersenyum.
"Menurutmu wajah Diana seperti siapa? seperti ibunya atau Ayahnya? kamu mengenal Ayahnya Diana kan?" tanya Ducan dengan tatapan penuh.
Mendapat pertanyaan Ducan yang tidak biasanya membuat Alisha berpikir keras untuk menjawabnya.
"Aku tidak terlalu mengenal wajah Ayahnya Diana. Aku baru sekali melihatnya, kamu bisa bertanya sendiri pada Terry." ucap Alisha dengan tatapan rumit.
"Jadi di mana suami Terry tinggal sekarang? apa Terry sudah bercerai dengan suaminya?" tanya Ducan mengingat sedikit cerita dari Lucken.
"Mereka sudah berpisah sejak Terry hamil Diana. Dan sampai sekarang, Diana belum pernah bertemu dengan Ayahnya." ucap Alisha dengan kedua matanya berkaca-kaca.
"Apa kamu menangis??!!" tanya Ducan saat melihat kedua mata Alisha berkaca-kaca.
"Tidak, aku hanya merasa kasihan saja pada Diana." ucap Alisha merasa sedih karena setiap melihat Diana, dia menjadi teringat pria yang dia cintai DK. Tapi siapa DK sampai sekarang dia tidak tahu dan tidak menemukan apapun tentang DK.
"Aunty Alish, aku kedinginan." panggil Diana dengan tiba-tiba mengejutkan Alisha dan Ducan.
Segera Alisha menghentikan mobilnya dan melihat ke belakang.
"Kenapa sayang? apa kamu kedinginan lagi?" tanya Alisha dengan tatapan bingung karena dia tidak membawa jaket atau selimut.
"Kemarilah Diana, duduk di pangkuan Uncle Luck." ucap Ducan dengan tatapan tak berkedip saat melihat bola mata Diana yang berwarna coklat.