Jakarta, 20xx, Kantor Dua Mata Media.
"Akhir kata, Saya ingin berterima kasih untuk kerja samanya selama tujuh tahun ini. Sedikit disayangkan namun, segmen esports dalam duamata.com harus berakhir pada hari ini. Melihat semakin menurunnya ketertarikan pembaca untuk segmen esports pada media kita, dengan berat hati keputusan ini harus kami ambil."
Suasana hening terasa dalam salah satu ruang rapat pada kantor tersebut setelah pemimpin redaksi Dua Mata Media, bapak Lukman Darwin menutup rapat tersebut. Kehadiran 20 orang didalamnya sangat tidak terasa. Satu-persatu anggota rapat meninggalkan ruangan setelah saling bersalaman dan berpelukan. Tujuh tahun mungkin bukanlah waktu yang lama namun tentu juga bukan waktu yang cepat untuk sebuah tim. Walaupun banyak anggota divisi yang datang dan pergi namun, beberapa anggota divisi tersebut sudah berada didalam tim ini sejak awal didirikan.
Beberapa anggota terlihat menahan haru. Arif, seorang lelaki muda yang sudah ikut dalam divisi ini selama 5 tahun, melihat keluar jendela. Melihat pemandangan malam Jakarta yang masi dipenuhi cahaya gedung perkantoran dan kendaraan yang melintas. Arif menghela nafasnya.
"Aku akan rindu pemandangan ini. Selamat tinggal Dua Mata," ujarnya dalam hati.
Tepukan pelan mendarat pada pundak Arif. Arif berbalik dan melihat sahabat sekaligus supervisornya, Ria.
"Jadi kamu sudah yakin untuk mundur dari perusahaan?" tanya Ria.
Arif mengangguk, "aku tidak akan tanda tangan surat pengunduran diri jika aku ragu kan?"
"Kamu tahu? Aku ditugaskan memegang divisi olahraga di duamata.com. Kalau kamu mau –" Arif memotong Ria, "aku gak papa Ri. Aku masuk ke kantor ini karena tertartik pada divisi esportsnya. Kau tahu kan bagaimana gilanya aku soal games?"
"Iya Rif, aku tahu. Ayo, aku bantu membereskan mejamu."
Arif membereskan mejanya dengan bantuan Ria. Tidak banyak barang yang dia letakkan di meja kerjanya. Hanya beberapa bingkai foto, alat tulis kantor dan lembaran kertas yang mungkin nanti akan berakhir di tempat sampah. Arif melihat ke salah satu foto dari kamera polaroid yang tertempel disudut bawah monitornya. Dia mengambil foto tersebut dan melihatnya. Sebuah senyuman terbentuk di bibirnya. Ingatannya bergerak pada saat foto tersebut diambil, saat hari pertama dia bergabung dalam tim ini.
"sudah?" pertanyaan Ria membuat Arif tersadar dari lamunannya.
"Sudah. Kamu mau makan? Aku traktir," jawab Arif seraya dengan hati-hati memasukkan foto polaroid tersebut dalam dompetnya.
Arif dan Ria berjalan keluar dari kantor mereka. Arif berpamitan kepada beberapa karyawan yang masih berada dikantor. Lembur bukanlah hal yang aneh di kantor seperti ini. Empat tahun, selama empat tahun Arif bekerja, dia sudah mengenal semua orang yang berada satu ruangan dengannya. Bahkan resepsionis gedung perkantoran tersebut juga sudah mengenalnya.
Mereka tiba di warung nasi goreng tepat dibawah kantor mereka. Perjalanan yang seharusnya hanya memakan waktu lima menit, pada malam ini menjadi lebih lama karena beberapa kolega Arif mengajaknya foto bersama untuk kenang-kenangan.
Arif memesan makanan untuk mereka berdua dan kembali duduk disebelah Ria.
"Jadi, apa rencanamu kedepan?" Ria membuka obrolan.
Arif mengangkat bahunya, "mungkin aku akan istirahat sebentar dan berpikir untuk kedepannya. Semenjak lulus SMK aku sudah bekerja disini. Sudah empat tahun, teman-temanku yang melanjutkan studi ke universitas hampir semuanya sudah lulus. Akan sulit untukku bersaing dengan lulusan universitas."
"It's ok, kamu punya pengalaman lebih dibanding mereka. Ngomong-ngomong soal games. Kamu ga tertarik buat coba –" Kata-kata Ria terpotong oleh penjual nasi goreng yang mengantarkan makanan mereka.
"⸢World of Kalayan⸥?" Arif bertanya pada Ria setelah mengucapkan terima kasih kepada penjual nasi goreng.
"Iya! Game besutan perusahan Phoenix Egg yang menggunakan teknologi ⸢Full Dive Virtual Reality⸥ pertama di dunia. Game ini akan di rilis serentak di seluruh dunia dua bulan lagi setelah pengembangan 25 tahun untuk menjamin keamanan dan kenyamanan para pemain yang akan memainkan game ini –"
Arif tertawa, "Kamu emang suka sekali soal game ya, sampai-sampai lupa siapa di divisi kita yang paling banyak melakukan riset tentang game ini."
"Hahaha, maafkan aku yang mulia," canda Ria. "Aku… aku akan memainkan game ini, pasti. Namun dengan posisiku sekarang, sepertinya aku ga bisa main terlalu lama. Sambil kamu berpikir soal masa depanmu, kenapa ga sekalian coba main? Jadi nanti kamu bisa bantu aku jika sewaktu-waktu aku ikut bermain."
Arif mengangguk, "ide bagus."
--
Arif sampai di kamar apartmentnya. Dia membuka laptop dan layarnya menampilkan sebuah draft artikel yang dia kerjakan semalam. [Hitung Mundur! Perilisian ⸢World of Kalayan Telah Dikonfirmasi⸥] adalah judul yang tertulis pada draft tersebut. Arif menutup jendela program pengolah kata tersebut. Dia termenenung didepan laptopnya. Rumor mengenai akan dibubarkannya divisi esports Dua Mata memang sudah terdengar semenjak awal tahun ini. Lima bulan berlalu dan akhirnya rumor itu menjadi kenyataan. Dua Mata merupakan perusahaan media cetak dan media online yang cukup ternama di Indonesia namun, sejak awal didirikannya divisi esports memang tidak terlihat bersinar. Menurut analisa, hal ini dikarenakan target pembaca Dua Mata bukanlah target yang tepat untuk berita mengenai topik ini.
Setelah Arif mengkonfirmasi tentang akan dibubarkannya divisi tersebut, dia memutuskan untuk mengundurkan diri dari kantornya. Namun, kecintaannya pada game dan esports membuatnya tetap melakukan pekerjaannya secara maksimal. Termasuk dalam menulis artikel terakhir yang dia buat dan telah dia selesaikan dengan baik sebelum hari terakhirnya di kantor selesai.
Arif membuka program penjelajah web dan mengetik pada kolom pencarian. Dia membuka notesnya dan mencatat beberapa hal. Waktu berlalu, tidak berasa waktu sudah menunjukan pukul 00.06. Arif menutup laptopnya dan beranjak ke tempat tidur.
--
Dua bulan berlalu. Arif duduk didalam sebuah alat yang berbentuk seperti pesawat kapsul milik bangsa Salian dalam animasi Dragon Bull. Namun alat ini lebih nyaman dan besar daripada pesawat kapsul dalam animasi tersebut. 15 menit menjelang dibukanya server ⸢World of Kalayan⸥ pada pukul 10.00, entah ada berapa calon pemain yang sudah tidak sabar menunggu pembukaan game ini. Pengiriman ⸢Phoenix Gear⸥, nama dari alat ini, sudah berlangsung selama sebulan dan sampai saat ini Phoenix Egg mengkonfirmasi bahwa 100% ⸢Phoenix Gear⸥ yang di pesan pada minggu pertama telah sampai ke tangan pemesannya.
10 menit sebelum server dibuka, pemain dapat mengakses halaman pembuatan karakter. Arif menghembuskan nafasnya. Dia menarik sebuah helm dari langit-langit ⸢Phoenix Gear⸥ sebelum membaringkan badannya. Dia menekan tombol dibagian kanan helmnya lalu pandangannya menjadi gelap.
Arif mengedipkan matanya. Dia berada disuatu ruangan berwarna putih. Didepannya berdiri sesosok makhluk seukuran anak kecil berbentuk seperti manusia setengah naga lengkap dengan sepasang sayap dipunggungnya.
"Selamat datang di ⸢World of Kalayan⸥," kata makhluk tersebut, "namaku adalah ADM03-Karga. Panggil aku Karga. Boleh ku tahu namamu?" lanjutnya.
'NPC?' pikir Arif. "Namaku adalah Ar.. Hawk. Namaku Hawk," Arif hampir menyebut nama aslinya sebelum dia ingat kalau dia ada didalam dunia virtual.
"Hawk? Nama yang bagus," Karga menjentikan jarinya dan sebuah cermin besar muncul didepan Arif.
Arif melihat dirinya melalui pantulan cermin. Walaupun tidak mirip secara sempurna, namun jika ada orang yang mengenalnya maka dia akan tahu bahwa itu adalah Arif.
"Hawk, rasmu sekarang adalah ⸢Human⸥. Apakah kamu ingin menggantinya?"
Sebuah panel muncul didepan Arif. Panel tersebut merupakan panel kustomisasi tampilan pemain, selain ras, pemain dapat merubah tampilan fisiknya. Yang tak bisa diubah adalah gender dari pemain tersebut. Arif tidak merubah bentuk fisiknya hanya sedikit merubah pada bagian muka dan rambutnya.
Karga terbang mengelilingi Hawk, "kau yakin? Kau tidak banyak merubah penampilanmu."
Arif menangguk. Panel didepannya menghilang dan berubah menjadi sebuah panel bertuliskan ⸢Arts⸥.
"Berikutnya, silahkan pilih ⸢Arts⸥ yang ingin kau kuasai di ⸢World of Kalayan⸥. Apakah kau butuh penjelasan mengenai ⸢Arts⸥?"
Arif telah melakukan riset selama dua bulan dia menunggu game ini. Walau tidak 100% penjelasan mengenai ⸢Arts⸥ dirilis oleh Phoenix Egg, namun dia telah memilih ⸢Art⸥ yang ingin dia gunakan untuk tujuannya.
"Tidak," jawab Arif singkat seraya mengotak-atik panel didepannya.
Panel didepan Arif memiliki 4 bagian. ⸢Weapon Arts⸥, ⸢Magic Arts⸥, ⸢Production Arts⸥, ⸢Misc. Arts⸥. Pemain yang baru membuat karakter di ⸢World of Kalayan⸥ dapat memilih 6 ⸢Arts⸥ dari 4 kategori. Hal ini memberikan kebebasan kepada pemain untuk menciptakan karakter yang unik dan sesuai kemampuan mereka.
⸢Weapon Arts – Spear⸥
Memberikan pengguna pengetahuan untuk menggunakan senjata berjenis ⸢Spear⸥ dengan lebih maksimal dan memberikan ⸢Skill⸥ yang dapat digunakan ketika pengguna menggunakan ⸢Spear⸥.
----------------------------------------
⸢Magic Arts – Wind Magic⸥
Memberikan pengguna pengetahuan untuk menggunakan sihir berelemen ⸢Wind⸥.
----------------------------------------
⸢Production Arts – Blacksmith⸥
Memberikan pengguna pengetahuan untuk mendapatkan ⸢Skill⸥ yang memungkinkan pengguna membuat senjata dan armor menggunakan dahan basar metal dan bagian tubuh dari monster.
----------------------------------------
⸢Production Arts – Cooking⸥
Memberikan pengguna pengetahuan untuk memasak menggunakan bahan-bahan yang dimiliki oleh pengguna.
----------------------------------------
⸢Misc. Arts – Stealth⸥
Memberikan pengguna pengetahuan untuk bergerak secara diam-diam dan menyembunyikan keberadaannya.
----------------------------------------
⸢Misc. Arts – Five Senses⸥
Memberikan pengguna pengetahuan untuk menggunakan lima indranya secara maksimal.
----------------------------------------
Arif membaca ulang pilihan ⸢Arts⸥ nya dan mengangguk. Dia menekan icon ceklis berwarna hijau dibagian bawah panel didepannya setelah yakin akan pilihannya.
"Menarik," ucap Karga, "Sekarang sebelum kita berpisah, kau bisa memilih kota dimana aku akan mengirimmu."
Sebuah proyeksi peta muncul didepan Arif. Beberapa daerah di peta tersebut berkedip menandakan bahwa daerah tersebut bisa dipilih pemain sebagai kota awal mereka. Arif mengarahkan jarinya kearah sebuah daerah diarah timur peta. Panel bertuliskan ⸢Roka Kingdom⸥ muncul diatas daerah yang Arif sentuh lalu Arif menekan panel tersebut dan memilih ⸢Darbo City⸥ sebagai kota pertamanya.
"⸢Darbo City⸥? Baiklah sampai bertemu dilain waktu. Satu informasi terakhir dariku, sebutan penduduk asli dari dunia ini adalah Kalayan dan kalian sebagai pendatang adalah Arthlen. Selamat bersenang-senang dan sekali lagi, selamat datang di ⸢World of Kalayan⸥."
Tubuh Arif dikelilingi cahaya yang berputar mulai dari kakinya sampai kepalanya sebelum menghilang bersama dirinya.
[Hitung Mundur Dibukanya Server ⸢World of Kalayan⸥
00:05:12]
Arif memilih untuk log out sebentar sebari menunggu dibukanya server. Dia bergegas untuk mengambil segelas air dan berjalan ke laptopnya. Dia membuka forum ⸢World of Kalayan⸥ untuk melihat jika ada informasi yang bisa didapatkan.
"Game apa ini? Gak bisa login xxx"
"Gelap doang xxxxxx"
"Pada gakbisa baca ya???"
"Biarin aja bang, bocah itu"
"Bcd kalian!"
Arif menutup forum tersebut, "Tipikal 'gamers' Indonesia." Arif membayangkan apa yang akan terjadi jika di game ini memiliki fitur ⸢World Chat⸥. Beruntung Phoenix Egg tidak memasukkan fitur tersebut karena merasa tidak perlu. Tapi tidak menutup kemungkinan akan dibuka jika memang dibutuhkan suatu saat nanti.
Arif kembali duduk didalam ⸢Phoenix Gear⸥ dan memasang helmnya untuk ⸢Log In⸥ kedalam game. 30 detik sebelum dibukanya server. Ketika hitungan habis, seketika terdengar suara yang memekakkan telinga, seperti suara yang keluar dari flashbang di game FPS.
Hawk membuka matanya. Dia melihat pemandangan asing, seperti sebuah kota besar pada abad pertengahan yang sering dia lihat di film-film fantasi. Hawk melihat sekelilingnya dengan takjub. Pemandangan dan bahkan model dari NPC atau Kalayan terlihat seperti kehidupan nyata. Meskipun sudah berkali-kali mendengar dan membaca bahkan melihat beberapa gambar yang dirilis oleh Phoenix Egg, tetap saja saat melihat langsung sangat berbeda.
Hawk melihat beberapa pemain lain terlihat takjub sama seperti dirinya. Hawk mencoba gerakan dasar, setelah memastikan bahwa tubuhnya dapat digerakan sesuai keinginannya, dia mulai berjalan dilanjutkan dengan berlari-lari kecil. Hawk berhenti didepan seorang Kalayan yang terlihat seperti seorang penjaga kota ini.
"Halo, Arthlen. Ada yang bisa ku bantu?" penjaga tersebut menyapa Hawk ramah.
"Halo, namaku Hawk. Apa disini ada seseorang yang bisa mengajarkanku mengenai ⸢Spear Arts⸥?" tanya Hawk.
"Diujung jalan ini ada sebuah gedung pelatihan, disana kau bisa menemukan pelatih ⸢Weapon Arts⸥ untuk ⸢Spear Arts⸥, kau bisa menemui ⸢Spear Master – Willen⸥."
"Terima kasih umm…"
"Hahaha, maafkan aku, aku lupa mengenalkan diriku. Panggil aku Gian," Gian mengulurkan tangannya ke arah Hawk.
Hawk menyambut tangan Gian dan mengucapkan selamat tinggal.
[Quest baru]
Temui Spear Master – Willen
Gian, penjaga dari ⸢Darbo City⸥ memberikan informasi mengenai seorang pelatih ⸢Spear Arts⸥. Pergi temui ⸢Spear Master - Willen⸥ dan pelajari mengenai ⸢Spear Arts⸥!
Hadiah: Wooden Spear⸥
----------------------------------------
Sebuah panel muncul didepan Hawk setelah dia berpisah dengan Gian. Hawk menutup panel tersebut dan berjalan kearah gedung pelatihan yang ditunjuk oleh Gian.
Didalam gedung pelatihan tersebut, terlihat ada beberapa orang sedang berlatih menggunakan berbagai macam senjata. Didalam ⸢World of Kalayan⸥, pemain bisa memilih untuk tidak menampilkan tanda nama diatas kepala mereka jadi, sedikit sulit untuk membedakan antara Kalayan dan Arthlen. Hawk berjalan kearah seorang yang memegang tombak berwarna emas dan terlihat memberi arahan ke seseorang yang sedang menyerang ⸢Training Dummy⸥ menggunakan tombak dari kayu.
"Selamat siang, Namaku Hawk."
"Aku Willen. Apakah kau ingin berlatih ⸢Spear Arts⸥?"
"Iya!" jawab Hawk bersemangat, "apakah anda bisa membantuku?"
"Tentu," sebuah tombak dari kayu muncul di tangan kanan Willen, "Pakai ini dan berlatihlah menyerang ⸢Training Dummy⸥ disana sampai kau terbiasa memegang tombak ini."
Willen memberikan tombak kayu tersebut kearah Hawk. Namun saat Hawk memegangnya, tombak tersebut menghilang kembali. Sebelum Hawk menanyakan hal itu kepada Willen, beberapa panel muncul didepannya.
⸢Wooden Spear didapatkan⸥
----------------------------------------
[Quest selesai]
Temui Spear Master Willen
----------------------------------------
[Quest baru]
⸢Spear Arts⸥ Training
⸢Spear Master – Willen⸥ memintamu untuk berlatih memukul ⸢Training Dummy⸥ sampai kamu terbiasa memegang tombak. Capai ⸢Spear Arts Lv.2⸥ dan kembali ke Willen.
Hadiah: ⸢Stab⸥, ⸢Heavy Stab⸥
----------------------------------------
"Instruktur, bagaimana caraku mengeluarkan ⸢Wooden Spear⸥ yang kau berikan?" tanya Hawk.
Willen tersenyum, "Ucapkan ⸢Inventory⸥ didalam hatimu dan kau bisa melihat barang-barang yang kau punya. Kau juga bisa mengucapkan ⸢Status⸥ untuk melihat ukuran kekuatanmu."
Inventory!
Panel ⸢Inventory⸥ muncul didepan Hawk. Hawk mengarahkan jarinya ke gambar ⸢Wooden Spear⸥ lalu muncul sebuah pilihan. Dia memilih untuk memakai ⸢Wooden Spear⸥ pada slot ⸢Weapon⸥nya.
⸢Wooden Spear⸥ muncul di tangan kanan Hawk. Hawk berjalan kearah ⸢Training Dummy⸥ dan menggenggam erat senjatanya dan mulai menyerang kearah ⸢Training Dummy⸥.
Lima menit berlalu. Beberapa Arthlen mulai berdatangan. Bahkan Hawk harus berbagi ⸢Training Dummy⸥nya dengan empat orang lainnya. Beberapa ada yang memulai pembicaraan namun, kebanyakan memilih untuk fokus menyelesaikan ⸢Quest⸥ mereka.
Hawk berlatih selama 15 menit sebelum muncul sebuah panel didepannya.
[Level Arts meningkat]
⸢Spear Arts Lv 1⸥ > ⸢Spear Arts Lv.2⸥
----------------------------------------
Hawk menghadap kembali kearah Willen. Dia harus mengantri karna ada beberapa Arthlen yang mengelilingin Willen untuk mendapatkan ⸢Quest⸥ darinya.
"Selesai?" ucap Willen saat Hawk berjalan mendekatinya.
"Yup. ⸢Spear Arts Lv.2⸥," jawab Hawk.
[Quest selesai]
⸢Spear Arts⸥ Training
----------------------------------------
[Skill baru: Stab Lv.1]
[Skill baru: Heavy Stab Lv.1]
[Level karakter meningkat]
Panel-panel bermunculan didepan Hawk. Willen melanjutkan perbincangan dengan Hawk yang sedang menutup panel didepannya. Beberapa Arthlen melihat mereka. Mungkin berpikir kenapa Willen berbicara lebih lama kepada Hawk daripada yang lain.
"Kau tahu? Beberapa penduduk merasa resah karna kehadiran populasi ⸢Wild Rabbit⸥ yang berkembang secara cepat diluar dinding kota. Maukah kau membantu memberantas beberapa ⸢Wild Rabbit⸥ untukku?"
[Quest baru]
Hunt 10 ⸢Wild Rabbit⸥
⸢Spear Master – Willen⸥ memintamu untuk berburu ⸢Wild Rabbit⸥ yang meresahkan penduduk. Buru 10 ⸢Wild Rabbit⸥ dan kembali ke Willen.
Hadiah: 100 B
----------------------------------------
"Baik aku akan kembali sebentar lagi."
Hawk menerima ⸢Quest⸥ dari Willen dan keluar dari gedung pelatihan menuju gerbang kota Darbo. 'Lebih baik aku mengecek ⸢Status⸥ku sebelum keluar kota.
Status!
Name: Hawk
Race: Human
Level: 1
Arts:
⸢Spear Arts Lv.2⸥
⸢Wind Magic Lv.1⸥
⸢Blacksmith Lv.1⸥
⸢Cooking Lv.1⸥
⸢Stealth Lv.1⸥
⸢Five Senses Lv.1⸥
Equiment:
Weapon: ⸢Wooden Spear⸥
Head: -
Armor: ⸢Basic Shirt⸥
Pants: ⸢Basic Short⸥
Shoes: ⸢Basic Shoes⸥
Accessories:
Earings: -
Necklace: -
Bracelets: -
Rings: -
Belt: -
Badge: -
Skills:
⸢Spear Arts⸥: ⸢Stab Lv.1⸥, ⸢Heavy Stab Lv.1⸥
Money:
0 Gold(G) 0 Silver(S) 0 Bronze(B)
----------------------------------------