Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

CORO STREAK

🇮🇩Deelnefire
--
chs / week
--
NOT RATINGS
5.1k
Views
Synopsis
Manusia congkak entah bagaimana bangun menjadi seekor kecoa. Namanya Angga, tapi karena dia tak ingin menggunakan nama aslinya dalam dunia kecoa, dia memperkenalkan diri sebagai Coro. Oh. Tak mudah hidup sebagai coro, kau tahu? Apalagi ketika dia bertemu dengan pacaranya, si Nesa, yang super jijik dengan kecoa. Bagaimana dia bisa meyakinkan Nesa jika dirinya adalah Angga, kekasihnya sendiri?

Table of contents

Latest Update1
prolog4 years ago
VIEW MORE

Chapter 1 - prolog

Kata orang, kalau mau menikah pasti ada saja batu yang tercecer, mengganggu sepasang sejoli otw ke pelamina.

Oh? Enggak percaya? 

Sama. Airlangga Kusuma juga enggak percaya. 'Kepercayaan sesaat', katanya. 'Takhayul', kukuhnya. Dan dengan congkak sambil kipas-kipas duit dia berkelakar, 'semua halang rintangan bisa dilewati dengan akal encer dan duitnya yang menumpuk'.

Lelaki yang jalannya lempeng, tak pernah merasakan kerikil di kehidupannya ini memang selalu memandang semua remeh. Saking remehnya, dia kalau berkata sering asal ceplos, nggak mau mikir.

Karenanya, ketika calon istrinya, Venessa Faradila, membicarakan sebuah masalah dengan terjepitnya keuangan keluarga besar untuk menyelenggarakan resepsi tepat H-7 hari pernikahan … Angga menjadi Angga tentu berdecak jengah.

"Keluargamu iku yo Ness, kudune mikir. Anak e atene rabi kok malah ribyek ngurusi kesehatan dulur liyane. Ck. Ngene iki sing gak tak senengi teko keluargamu. Ikut campur nang liyane, gak mikir problem sing kudune diadepi! (Keluargamu itu ya Ness, harusnya mikir. Anaknya lho mau menikah, eh kok malah rempong ngurusin kesehatan keluarga lainnya. Ck. Ini nih yang aku nggak suka dari keluargamu. Terlalu ngurusin yang lain, nggak urus sama masalah yang harusnya di hadapi!)," adalah apa yang dia ucapkan dengan santai.

Serius. Dengan santai.

Bahkan dia sambil memutar-putar ponsel manggis keroaknya dan memasang wajah pongah; dua alisnya juga naik ke atas, sok.

Dua sejoli ini sedang duduk berdua di tepi kedai kopi lambang mermaid ekor kembar saat itu. Dari suasana, sepertinya percakapan terselenggara senja hari. Langit yang menggantung oranye, lalu keramaian jalan frontage … super. Yea. Semua itu indikasikan jam pulang kantor. Dan kau tahu … mendengar ucapan Angga, entah bagaimana keramaian langsung lenyap di telinga wanita berbalut kaos berpita di lengan ini. 

Semua tiba-tiba bisu.

Detik berikutnya, gebrakan meja terdengar. Lalu wanita bertahi lalat di dagu ini berdiri, menyambar kopi blend red velvet yang super manis kesukaannya dan 'splaaash', dia tuangkan cairan itu ke atas kepala Angga.

Lelaki itu terdiam.

Semua orang yang melihat juga terdiam.

Sebelum akhirnya Nessa menjulurkan tangan, meraup roti di puncak kepala Angga, lalu 'mengurap'nya. Desisan penuh kebencian meluncur kemudian, "ngomong opo koen maeng cok? Cocotmu taek temen, reti gak? Ora? Nyoh tak urap e cocotmu nang rupamu. NYOOOH!! (Bicara apa kamu tadi Cok? Cocotmu kek tai, tau nggak? Enggak? Nih aku kasih nih! NIIHH!)!" seiring tangan ramping melumat roti di rambut Angga sebelum turun, menghancurkan sisanya di wajah tampan lelaki berahang kokoh itu. Masih kesal, Nessa terus mengatakan umpatan kasar, "cocotmu coook!!!"

Angga? Oho. Dia juga tak mau dipermalukan tentunya. 

Kasar, dia menendang meja dan mendorong satu bahu Nessa, membuat wanita itu terhuyung. Dia segera mengusap lelehan merah di mukanya dan melemparnya ke muka perempuan berambut kepang kuda ini. Umpatan meluncur rendah dari bibirnya. Hanya saja dia tahu, pacar yang mau jadi calon istrinya ini tidak akan tunduk hanya dengan dipisuhi.

Karena itulah matanya bergerak cepat, menyapu sekeliling.

Di saat itulah dia melihat hewan coklat yang sedang merayap santuy melintas di bawah mejanya. Kecoa.

Seringai Angga merekah. Iblis. Dia menjadi titisan setan.

Cepat dia ambil hewan berantena dua, memiliki sayap dan 6 kaki itu tanpa jijik. Lalu dia tarik baju depan Nessa sebelum plop! dia lepas hewan itu, masuk ke belahan dada wanitanya.

Oh? Yang terjadi?

Nessa menjerit. Dia jingkrak-jingkrak ketakutan bahkan sampai melepas baju tanpa sadar. Dan ketika hewan itu merangkak menaiki gumpalan dadanya, oh, Nessa menangis meraung sampai menjadi tontonan.

Angga? Dia ambil kunci mobil dan melenggang pergi, melarikan mobilnya keluar areal parkir. Pura-pura nggak kenal adalah jalan ninjanya.

Namun ah babe, ia menantikan tunangannya viral di medsos!

Pasti akan seru.

Hmh.

Ooooh, dia harus memberi tahu seluruh orang tentang hal ini!

Tabiat berengsek inilah yang membuat Angga konsen berbalas pesan, mengabari gengnya akan ketololan si calon bini. Dia yang merasa seru sekali dengan percakapan chat, pun merasa kemacetan akan membuat berkendara sambil membawa ponsel tak masalah … abaikan sekeliling.

Hingga tiba-tiba ada klakson kencang berbunyi. Dan saat dia mengangkat kepala, dia tak tahu jika di depannya pertigaan dan dia baru saja menyeberangi jembatan di atas tol.

Tak sempat. Berusaha membanting setir pun dia tak akan sempat mengepotkan mobil sportnya.

Dan berujungdia melayang. Lompat ke bawah di pertigaan itu … ke jalanan di bawah sana … yang dilalui mobil besar.

Lalu BRUUUAAAAK! Angga merasa semua hitam.

Kesadarannya hilang.

.

.

Hilang.

.

.

Hilang.

.

.

Hilang.

.

.

"Cocotmu coook!" suara Nessa tiba-tiba menggaung, keras, seolah menggoncang dunia memaksa Angga untuk tersadar. Dia tersentak lebih tepatnya.

Dan ketika dia membuka mata, mungkin beberapa hari setelahnya ...

Alih-alih sakit yang dia rasa, dia justru mencium bau menyengat.

Heh?

Angga melemparkan pandang. Alisnya tertaut. Ada yang aneh dengan jangkauan pandangnya. Ada yang aneh juga dengan sekelilingnya yang tiba-tiba berubah ukuran. Kenapa dia jadi merasa mini?

Terus apa ini di sekelilingnya?

Siapa yang menyebar lantai kamarnya dengan tumpukan sampah dan iuuuh apa ini kok lengket-leng—

Semua pikir Angga terhenti. Lelaki berema coklat itu shock setengah mampus melihat kakinya.

Kakinya jadi ramping.

Berbulu.

Saking kagetnya, dia sampai terguling. Jatuh terjun bebas dari ketinggian wow, ke atas permukaan dingin. DAN DIA TIDAK MATI! DIA MENDARAT ANGGUN DI ENAM KAKINYA!

ENAM!

ENAM SEPERTI KECO—

Belum juga dia melanjutkan pikir, sebuah benda gedee berbentuk lonjong melayang, menggencetnya.

"Eeekkkkh!!" Cicitnya yang merasa melesak bersatu dengan lantai.

Berikutnya dia mendengar lengkingan seorang anak kecil, "mamaaaaa! Ada coro (kecoa) di tempat sampah kamar adeeeek!!!" Lalu anak itu lari, setidaknya langkah dum dum dum kaki-kaki kecil itu menjauh.

Menjauh meninggalkan Angga yang membeku.

Tunggu.

Sek (sebentar).

Dia beneran jadi coro (kecoa)?

HE?! SERIUSAN HE?!

Namun Angga tak bisa terpaku lama-lama, seruan wanita paruh baya terdengar, "mana? Mana? Ambil baygon!" katanya sambil mengumandangkan komando.

Seketika Angga berusaha bebas. Menggunakan tangan dan kaki yang sudah bertambah, dia berusaha keras menyingkirkan benda laknat—eh jancuk, ternyata sandal!—dari atas tubuhnya. Tepat saat bebas, dia melihat wanita berusia 40 tahun datang dengan alat teracung ke arahnya.

Ketakutan mencekik Angga. Seketika roma meremang, menegangkan sayap dan ngeeeeeng! dia terbang. Sialnya, karena belum terbiasa dengan akselerasi gerakan, ia erbang menuju moncong alat penyemprot!

Dan sroooosh! Cairan pembunuh muntah.

Untung saat itu dia sedikit oleng, sehingga bisa menghindar.

Namun di saat itulah dia terbang rendah, melewati lantai bening. Dan rasanya tenggorokan angga tercekik.

Dalam diam dia meratapi nasib.

TUHAN!

GIMANA CERITANYA DIA YANG GANTENG ABIS INI HENSHIN (berubah) JADI KECOOOAAA?!

.

.

[tbc]