Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

The Bride Of Olympus

kanina_anindita
--
chs / week
--
NOT RATINGS
29.3k
Views
Synopsis
"Putri Sparta, kamu takut kepadaku?" Tubuh Portia gemetar tatkala tangan sang Dewa bergerak ingin meraihnya. Portia mengangguk ragu. Dia adalah Dewa Ares yang bahkan prajurit tertangguh di Yunani pun segan menyebut namanya. "Kamu adalah wanitaku, aku tidak akan menyakitimu" Ares pun merengkuh leher Portia, membuat mata mereka berdua saling bertautan. Portia merasa area wajahnya menghangat ketika menyadari tidak ada satu manusia pun yang dia pernah lihat yang dapat menyamai karisma dan keindahan Ares. Namun segala pesona itu tidak lantas membuat Portia bersyukur. Bagaimanapun Ares adalah Dewa dengan reputasi terburuk di Olympus dan kini garis nasib memaksa Portia untuk menjadi istrinya.
VIEW MORE

Chapter 1 - Chapter 1 - The Princess Of Sparta

"Dia sudah bangun! Ramuan itu sepertinya benar-benar ampuh!"

Jill mendengar keriuhan di sekitarnya. Ketika dia perlahan membuka matanya, dia menyadari kalau dia tidak berada di kamarnya.  Hidungnya juga mencium bau rempah yang kuat dan tidak pernah dia temui sebelumnya.

Jill mencoba bangun dari tidurnya, namun seluruh tubuhnya terasa kaku. Seakan-akan lengan dan pinggangnya tidak mau mematuhinya. 'Apa begini rasanya lumpuh?' Kepanikan mulai menguasai dirinya, namun tidak ada suara yang keluar dari tenggorokannya selain erangan yang parau.

"Berbaringlah Tuan Putri, tubuhmu masih belum bisa digerakkan. Anda pasti kaget, tenanglah ini semua normal" Seorang pria paruh baya berbisik padanya. Jill melirik pria itu, untuk ukuran laki-laki yang sudah berumur, gaya pakaiannya agak aneh dan terlalu mengekspos kulit. Dia bertingkah seperti seorang dokter atau semacam tabib.

Jill berusaha keras mengingat, dia yakin kalau dia sedang tertidur seperti biasa di apartemennya semalam. Dan kini dia terbangun di sebuah ruangan yang asing dan beraroma herbal. Tidak ada penerangan selain sinar matahari yang menyeruak masuk dari celah-celah lebar di dinding. Punggungnya terasa sakit karena alas tidur yang keras. Jelas dia bukan tidur di kasur spring bednya yang nyaman.

Apa ini semacam acara prank di televisi? Produsernya sungguh keterlaluan membuat lelucon seperti ini. Bagaimanapun, dia adalah Jill Adelaide aktris populer yang namanya kemarin masuk nominasi oscar! Jill yang geram berjanji akan memperkarakan produser termasuk manajernya yang membiarkan ini terjadi pada dirinya.

Beberapa menit berlalu kini Jill mulai bisa mengangkat lengan kanannya. Sepertinya tubuhnya berangsur pulih. Dia ingin segera menyingkir dari tempat itu, pria tua yang aneh itu sekarang tengah menggumamkan sesuatu. Tangannya yang berkeriput tampak mengaduk sesuatu yang busuk dan gelap dalam mangkuk gerabahnya.

"Di mana aku?" Jill kaget sendiri setelah mengatakannya. Dia mendengar kalimat berbahasa asing meluncur begitu saja dari mulutnya. Apa yang dia pikirkan dengan apa yang dia katakan berbeda.

Apa para produser itu mencekoki sesuatu dalam minumannya? Mungkin semacam narkoba atau obat psikiatri sehingga menciptakan delusi serta membuat omongannya kacau? Begitulah yang dipikirkan Jill.

"Anda berada si istana anda Tuan Putri, anda sudah terlelap selama 9 hari dan semua orang sangat khawatir" Jill diberitahu oleh seorang wanita muda berpakaian gaun tipis sederhana yang seakan hanya dililitkan begitu saja seperti selendang. Jill ingat pernah melihat busana semacam itu di lukisan-lukisan kuno berbau Yunani.

Jill baru menyadari, wanita muda tadi yang nampaknya berperan sebagai pelayannya berbicara dalam bahasa asing. Entah bagaimana caranya Jill bisa paham. Sepertinya itu bahasa Yunani. Jill menyimpulkan kalau acara prank ini berlatar belakang Yunani kuno.

Walau tidak seakurat gambaran umum yang terekam di lukisan-lukisan para maestro tentang Yunani kuno, Jill mengakui produser acara ini serius dalam menggarap settingnya.

Wanita itu kini sudah bisa duduk dan kepalanya langsung sibuk bergerak untuk menelaah. Dia berada dalam ruangan besar berdinding batu. Tidak ada lampu terpasang, namun ada wadah lilin tersebar di beberapa tempat. Jill mengenal baunya, itu lilin lebah, Jill dulu sering membakar lilin lebah untuk aromaterapi. Namun sepertinya lilin-lilin itu dibuat manual tanpa dicetak, bentuk dan ukurannya tidak beraturan.

"Dimana Matthew? Panggilkan dia!" Jill meneriakkan nama manajernya. Lagi-lagi bahasa asing keluar dari mulutnya. Jill menyadari itu seperti bahasa yunani. Jill merasakan kengerian yang aneh, seakan-akan dia menjadi orang yang berbeda. Karena bahkan suara yang didengarnya pun berbeda dengan suara Jill yang dia kenal.

"Siapa itu Matthew tuan Putri?" wanita muda tadi memiringkan kepalanya.

"Yang Mulia sedang bingung, minuman ini akan membuatnya lebih baik" Jill melihat 'Tabib' tadi mendekat membawa mangkuk gerabah. Ramuan menjijikkan yang dia aduk dengan tangan kosong keriputnya tadi rupanya akan diminumkan pada Jill.

"Tidak! Aku tidak mau! Aku akan tuntut kalian semua!" Jill benar-benar merasa mual. Dia pun membungkuk sambil memegangi perutnya, otot-ototnya memaksa diafragmanya untuk menekan isi lambungnya keluar melalui kerongkongannya. Namun tidak ada yang bisa dia muntahkan.

"Demi Zeus yang agung! Syukurlah Portia!" Belum selesai Jill meluapkan rasa mualnya, tiba-tiba muncul beberapa orang lagi ke dalam ruangan. Salah satu darinya memeluk kepalanya dan mengusapnya.

Pria paruh baya dengan tatapan bijaksana itu meneteskan air mata haru. Dia mengenakan jubah dan baju zirah dari kulit, sebilah pedang terpasang si sabuk besinya. Jill hanya memandangnya bingung sampai sakit kepala tiba-tiba menderanya.

"Aduh! Aduh! Sakit sekali! Tolong!" Jill menjerit tanpa tertahan. Dia berguling-guling di ranjang keras itu sambil meringkuk memegangi kepalanya. Suara dengung riuh meliputi sekitar telinganya. Terdengar seperti sekawanan lebah berkerumun dan hendak menyerangnya. Namun wujudnya tiada. Setelah beberapa detik Jill berjuang dia pun pingsan.

#####

Jill terbangun untuk kedua kalinya di tempat yang asing baginya. Namun kali ini dia lebih tenang dan merasa lebih waras. Rasa pahit terasa dalam mulutnya. Rupanya tabib tua itu benar-benar telah mencekokinya dengan ramuan menjijikkan itu ketika dia tidak sadar tadi.

Tubuhnya terasa lebih ringan, dia pun turun dari ranjangnya. Dia kini berada di dalam kamar yang lebih baik, ranjangnya cukup empuk, dan punya ventilasi yang bagus. Dia tidak merasa kegerahan maupun kedinginan. Jill melihat beberapa lilin lebah menyala menandakan waktu malam telah tiba.

"Putriku, kau sudah bangun? Bagaimana sakit kepalamu?" Pria berbaju zirah yang tadi terakhir kali dia lihat bertanya khawatir. Jill tidak langsung menjawab. Mungkin lebih baik kalau dia mengikuti skenario mereka saja. Jill menebak pria gagah itu berperan sebagai ayahnya. Di sampingnya ada seorang wanita cantik yang sepertinya berperan sebagai ibunya.

"Kabarku baik Ayahanda" Jill menjawab anggun. Gadis itu menebak-nebak kapan pembawa acara akan muncul dan mengakhiri prank ini?

Jill baru menyadari, kalau ini adalah acara prank televisi pasti ada kamera. Jill khawatir penampilan dan riasannya buruk sehingga akan mengundang protes dari fansnya.

"Cermin ada di mana?" Jill berbisik pada wanita muda tadi yang tampaknya terus mendampinginya.

Beberapa pelayan terlihat langsung bergegas pergi menjalankan permintaannya. Jill lalu memandang lagi Raja dan Ratu yang kelihatan sendu. Jill bingung, bukankah anak mereka sudah sadar? Kenapa mereka tetap berakting sedih?

Seketika setelah para pelayan kembali membawa cermin besar, Jill pun mematung. Jill tidak bisa memercayai bayangannya sendiri di cermin. Kemudian sang Ratu mulai meratap.

"Portia... Oh Portia.. Lihatlah dirimu yang seindah Afrodit, rambut panjangmu yang pirang keperakan, dan langkah kakimu yang seanggun menjangan.. Dilihat dari manapun kau adalah Putri tercantik di Yunani.. Tapi mengapa takdirmu begitu malang?" Ratu bersimpuh sambil menangis ke lantai.

Jiwa Jill terguncang, kemana rambut hitam lurusnya? Kemana wajah yang dikenalnya sejak lahir? Yang Portia lihat di cermin adalah sosok wanita lain, yang walaupun jauh lebih cantik dari Jill tapi dia bukan Jill!

"Aku sudah berjanji untuk menyerahkannya Ratuku. Kalau kita melanggar mungkin dia akan menghancurkan Sparta dan membunuh ribuan jiwa tidak berdosa" Pria yang disebut Raja Sparta itu ikut meratap.

"Apa yang kalian katakan? Kenapa kalian menangis begitu? Kenapa dengan tubuhku? Apa kalian melakukan operasi plastik padaku?" Jill ikut menangis, namun tangisannya adalah tangisan murka. Apa yang telah mereka lakukan pada dirinya? Apakah mereka ingin menghancurkan karir Jill Adelaide sampai mengubah rupanya seperti ini? Beragam teori berkecamuk di otaknya.

"Tenangkan dirimu Putriku, hari ini kami akan bersamamu semalaman. Kau harus siapkan hatimu, esok petang utusan Olympus akan menjemputmu. Membawamu pergi sebagai pengantin Dewa Ares" Sang Raja menjelaskan lagi dengan nada putus asa.