Bruk!
"JENI!!" Rena dan Danis segera beranjak dari kursi mereka. Keduanya berniat membantu Jeni berdiri, sayangnya sudah keduluan uluran tangan orang lain. Pria itu mengulurkan tangannya, membantu Jeni bangun dari lantai.
"Kau tidak apa apa?" Duh suaranya hari itu begitu renyah dan hangat, seketika membuat hati meleleh. Jeni bingung harus mengangguk atau menggeleng. Wajahnya seketika panas, sudah kebayang warnanya di kulit mulus yang putih itu. Dengan menahan deru jantung Jenj berusaha mengangkat kepala. Dia mencoba membalas tatapan pria yang membantunya berdiri.
Deg! Ya ampun. Rasanya seperti ini, ketika melihat wajah yang mengganggu akhir akhir ini, sekarang berada di dekat wajahnya. Jeni rasanya tidak bisa berdiri dengan kedua kakinya. Untunglah wajah Danis dan Rena bisa memenangkan gadis muda itu.
"Jen, kau ga papa?" Teliti Rena diikuti Denis. Keduanya membantu Jeni ke bangku. Saking panik, bercampur cemas. Danis dan Rena langsung meneliti lutut Jeni.