Hari itu cahaya mentari masih terik bersinar. Membuat tetesan darah dari kental menjadi terasa cair dan basah di dahi Azka. Entah murni darah segar atau bercampur keringat. Pemuda itu berlari tak tentu arah mengikuti beberapa orang yang ikut panik melihat keadaan rekannya yang tak sadarkan diri.
Sebuah klinik kecil. Dia menurunkan tubuh lemah Yosua di ranjang yang hanya beralas kulit sintetis, tak empuk dan pasti tak nyaman. Sudahlah, jangan pedulikan dulu. Azka mencoba mengatur nafasnya yang tersengal engah karena keletihan. Kedua tangannya bertumpu pada lutut, sesekali menyeka keringat bercampur darah di dahinya.