Chereads / Aku Kamu dan Masa itu / Chapter 62 - Berbanding terbalik

Chapter 62 - Berbanding terbalik

Di Bandara

"Kak ayolah. Kenapa kau malas-malasan seperti ini sih" Ailee menarik tangan Rio. Pemuda bergaya swag khas amerika itu menepis kan pergelangan tangannya. Dia enggan menggandeng tangan Ailee.

"Ish kau membuat ku kesal tahu! Ayo cepat jemputan kita sudah menunggu" Rio berjalan santai dengan me nyaku kan kedua telapak tangannya. Sunglasses nya mencolok mencuri perhatian sekitar. Rio memiliki perawakan yang sama dengan Reo. Mereka kembar identik. Hanya saja gaya santai dan cuek Rio jelas berbeda dengan Reo. Rio lebih menyukai kaos oblong yang kebesaran, celana jeans, topi kupluk, kaca mata hitam. Jelas berbeda dengan gaya parlente Reo. 

"Kenapa aku harus ikut denganmu. Aku hanya ingin jalan-jalan sebentar di sini" keluh Rio tak suka dengan tingkah adiknya yang memaksa

"Kau bukan sedang jalan-jalan. Papa ingin kau kembali dan meneruskan pekerjaan" ketus Ailee kesal sembari mendorong koper besarnya. Rio mengangkat bahu tak peduli. Dia melangkah cepat dengan ransel backpacknya.

"Hei. Kau mau kemana. Tunggu aku dong!" Ailee berlari kesal menyusul kakaknya yang tak peduli di depan sana

"Dia sangat menyebalkan! sangat berbeda dengan kak Reo" gerutu Ailee kesal. Mereka sudah di dalam mobil saat ini. Ailee duduk di kursi belakang sementara Rio duduk dii sebelah supir. Mulut pria itu terus saja mengunyah permen karetnya. Sesekali wajahnya menoleh keluar jendela dan menatap lama.

"Pak ke apartemen tengah kota dulu ya" pinta Ailee pada supir. Pak supir mengangguk setuju.

"Kemana" ketus Rio protes

"Ke rumah Reo. Kau harus menemuinya walau sekali. Kau bahkan belum melihat istrinya yang cantik" Rio melepas kacamata hitamnya. Jelas terlihat mata birunya yang mencolok. Dia memakai softlens. Jelas matanya berwarna hitam pekat persis milik Reo. Dia hanya tak ingin terlihat sama dengan kembarannya

"Reo tak menyukai ku. Kenapa aku harus menemuinya. Aku sudah mengucapkan selamat lewat telepon. Lagipula mereka sedang sibuk. Kita hanya akan mengganggu saja" Ailee mengikuti ucapan Rio dengan wajah mengejek. Dia tak mendengarkan kalimat Rio. Seperti halnya Rio yang cuek, Ailee kini mengikuti bagaimana kakaknya itu bersikap.

"I told you before. But it's okay. Up to you" ujar Rio pasrah pada akhirnya.

Mobil menepi pada lobby apartemen. Ailee dan Rio segera masuk menuju lift. Wajah Ailee jelas antusias. Dia sudah lama tak bertemu Reo ataupun Bey. Keduanya membuat Ailee rindu. Rio melirik sinis wajah gembira adiknya. Pria itu merapikan rambutnya. Rio bahkan mengecat rambutnya berwarna coklat. Gayanya sudah jelas kebarat-baratan dia memang sejak kecil tinggal di Arizona bersama nenek dari papanya. Rio bahkan enggan dekat dengan keluarganya. Tapi kali ini dia menyerah. Karena permintaan neneknya akhirnya Rio mau berkunjung ke Indonesia. Rio bersumpah jika ini kunjungan terakhirnya. Dia tak menyukai tanah kelahiran ibunya.

***

POV. Bey

Mendengar suara derap langkah membuat dadaku bergetar hebat. Aku yakin jika Reo segera pulang. Dengan cepat kutinggalkan dapur dan berlari menuju pintu. Aku tak memperdulikan lutut ku yang menabrak sudut meja. Aku merasa sangat senang karena kau akhirnya pulang juga.

Cklek!

Aku membelalakan mata mendapati dua orang di depan pintu. Senyuman lebar ku berubah cepat. Aku tak yakin dengan wajahku saat melihat kedua orang ini. Haruskah aku tersenyum atau. Aku merasa bingung.

"BEEYY!!" Ailee memelukku erat. Bukannya aku tak senang tapi aku sedikit bingung. Aku ikut memeluk Ailee. menatap wajah cerianya. Suaranya tetap sama seperti sebelumnya. Dia jelas sangat merindukanku. Gadis ini bahkan enggan melepaskan pelukan.

"Bey aku kangen. Kenapa tak balas telepon ku" ujar Ailee dengan wajah kesal setelah kami bertiga duduk di sofa. Aku membalas senyuman Ailee. Seseorang lagi. Aku bingung bagaimana harus membalas senyumannya. Wajahnya terlihat asing. Apa dia kekasih Ailee? 

"Mana kakak? Dia selalu saja menolak panggilan dan mengabaikan pesanku!" Ailee mencari sosok Reo dengan wajah marah.

"Kakak!! Kaa!!" Ailee memanggil dengan suara tinggi. Aku menyentuh lutut Ailee. Dia awalnya tak menyadari tapi tak kunjung mendapat sautan dari orang yang dia panggil membuat Ailee menatap ku heran.

"Reo belum pulang" ujar ku pelan. Ailee menatapku beberapa saat. Dia mengerutkan alisnya lalu melirik jam tangan. Aku melirik jam dinding. Pukul sepuluh malam.

Ailee menoleh ke sosok di sebelahnya. Keduanya saling menatap sesaat. Tatapan mereka membuatku curiga. Bukan apa-apa, aku curiga dengan pemuda trendi di sebelah Ailee. Ailee menepuk jidatnya.

"Ih aku sampai lupa. Bey kenalin ini kak Rio, dia kembaran Reo" Aku tak percaya dengan kalimat Ailee. Pria dengan rambut coklat bermata biru ini kembaran Reo? Aku memperhatikannya sekali lagi. Dia melebarkan senyumannya. Wajahnya terlihat ramah. Ah, memang ada kemiripan. Hanya saja mereka terlihat berbeda.

"Hello Bey. Aku Rio" pria itu mengangkat tangannya kikuk. Aku tersenyum saja.

"Ah lututmu berdarah" Dia segera bangkit dari duduknya dan berlutut di hadapan ku. Aku menarik kaki merasa kikuk. Tapi Rio malah menarik betisku dan menempelkan plester dengan cepat. Dia mengangkat jempolnya dan kembali ke posisi awal.

"hati-hati lututmu" ujarnya kemudian. Aku mengangguk. Ailee mengeryitkan dahi dan berdecak ke arah Rio.

"Kau bahkan membuatku mendorong kopermu" Suara Ailee terdengar kesal

"Bey ayo telepon kakak. Aku dan Rio menunggunya di sini" Aku memasang senyuman getir membalas kalimat Ailee yang penuh semangat. Aku bingung harus menjawab apa.

"Ayo telepon kakak!" ucap Ailee lagi. Aku menatap sesaat lalu membuang pandangan. Kulihat Rio menatapku tapi aku berusaha menghindari sorot matanya.

"Mmm. Ponsel ku. Ponsel ku hilang" Ailee terdiam sesaat lalu memaksakan senyuman.

"Pantas kau tak menjawab panggilanku" Aku mengangguk cepat. Ailee segera mengambil ponselnya. Dia sepertinya berusaha menghubungi Reo.

"Dia bahkan tidak ikut rapat direksi" gumam Ailee tak jelas. Aku masih bisa mendengarnya. Gadis itu memasang wajah kecewa dengan terus bergumam tak jelas. Sementara Ailee masih mencoba menghubungi Reo, Aku mengambil beberapa macam minuman dingin. Rio segera memilih cola dan meneguknya cepat. Aku bisa melihat sorot matanya yang terus menatapku. Tatapan itu membuat ku kikuk. Dia memiliki sudut mata yang sama dengan Reo. Tapi dari cara mereka menatap jelas tersirat makna yang berbeda.

"Maaf aku mengganggu malam mu" ujar Rio kemudian. Aku menatapnya sesaat dan menggeleng pelan. Dia menatapku lebih jelas kali ini. Ailee mencari minuman nya sendiri di kulkas. Gadis itu masih berusaha menghubungi Reo.

"Ah, malam kemarin aku juga mengganggu mu" ujar Rio kemudian. Aku mengerutkan dahi tak mengerti ucapannya. Menyadari wajahku yang bingung Rio kembali meneguk sisa minumannya.

"Maksudku, malam kemarin aku dan Reo terlibat obrolan sesaat" Aku mengangguk perlahan. Walau tak mengerti aku mencoba mencerna mungkin Rio menyita banyak waktu Reo di telepon kemarin tapi itu tak mengganggu ku sama sekali. Dia terlalu baik sampai meminta maaf padaku.

"Reo tak mengangkat satupun panggilanku. Dia sungguh menyebalkan. Dia bahkan tak menghadiri rapat direksi! Dia sungguh membuat kesaaaal!!" Aku menoleh ke arah Ailee. Gadis itu menggenggam erat botol air mineralnya yang sudah kosong. Wajahnya jelas sedang marah. Rio menatap adiknya lalu menoleh ke arahku. Aku hanya bisa tertunduk bingung.

"Ailee, aku akan menginap di hotel. Kau temani Bey disini" Rio segera bangkit dari duduknya. Dia bersiap meninggalkan kami. Sebelum pergi pria itu mendekati Ailee

"Belikan kami ponsel" ujarnya sembari memberikan sebuah kartu. Ailee melirik ke arah ku sesaat. Aku menggeleng pelan

"Aku belum memberikan hadiah pernikahan" ujar Rio menoleh ke arahku sambil memamerkan senyum lebarnya. Ailee mengangguk cepat seolah memintaku untuk mengikuti gerakannya.

"Woaa.. kau bahkan punya blackcard. Apa boleh ku beli kan makeup" ujar Ailee tak percaya dengan kartu hitam di tangannya.

"Kau belikan ponsel. Selain itu akan aku blok" ancam Rio dengan alisnya yang naik. Pemuda itu segera meninggalkan ruangan dan menghilang di balik daun pintu. Ailee kembali duduk di sampingku. Dia memelukku erat. Setidaknya malam ini aku tidak sendirian. Aku sedikit merasa senang. Dan apa ini, plester dengan motif kartun di lutut ku. Rio sepertinya pemuda yang baik.

Rio menarik handle pintu. Wajahnya meraut sinis. Sebelum masuk ke dalam lift Rio menatap sekali lagi pintu yang dia tinggalkan.

"Keluarga ini tak pernah berubah" ujar Rio sinis. Dia melangkahkan kakinya dengan cepat.

"Aku benci menyakiti orang lain" gusar Rio meninggalkan gedung.

***

Reo dan Fika sedang menikmati makan malam romantis di sebuah resto dengan private room. Mereka seperti pasangan yang sedang kasmaran tidak peduli kapanpun dan dimanapun selalu saling memandang mesra dan mencuri kecupan - kecupan kecil

Hidangan di tengah meja lengkap dengan nyala lilin dan buket bunga. Keduanya larut dalam makan malam romantis

"Aku senang sekali bisa seperti ini denganmu Reo" ucap Fika dengan suara lembut. Reo tersenyum bangga

"Maaf aku telat menyadari padahal ada wanita hebat yang selalu menantiku" balas Reo dengan wajahnya yang dibuat seolah menyesal

"Kau itu seperti pangeran dalam mimpiku Reo" Dengan gaya seksinya gadis itu mengerlingkan mata dan membuat topangan dagu dengan lipatan kedua lengannya

"Bisa bersama dengan mu seperti ini seperti mimpi untukku" sanjung Fika membuat Reo tersenyum bangga