Chereads / Aku Kamu dan Masa itu / Chapter 59 - Kita tidak baik baik saja

Chapter 59 - Kita tidak baik baik saja

Mario sedang sibuk membidikkan kameranya pada objek, akhir-akhir ini dia menerima berbagai macam tawaran pekerjaan

Pria itu semakin bersemangat, dia merasa diberi kesempatan hidup sekali lagi, dia berjanji pada dirinya dan keluarga kecilnya yaitu Sofia, Dave dan Alex bahwa dia akan lebih baik lagi menjalani hidup

Mario merasa sangat senang dengan perubahan baik dalam dirinya tapi tetap saja pikirannya tak bisa sedetikpun untuk fokus kali ini. Punggung bidangnya mencoba bersender di tembok, di saat beberapa model mengganti kostumnya, Mario mencoba meneliti hasil jepretannya di monitor. Walaupun matanya terpaku pada layar lcd tapi pikirannya masih terus mengawang. Mario mengangguk setuju pada salah satu pose sempurna di layar. Dia menyetujui pilihan editor dan kembali bersiap dengan kameranya

Mario berdiri mematung dengan kamera di telapak tangannya. Wajahnya jelas tidak sedang serius dengan pekerjaanya

" Apa yang harus kulakukan? Bey tidak baik-baik saja.. " gumamnya tak bisa lepas dari sendu yang dia ingat kemarin. Perasaan Bey yang terluka membuat hatinya ikut tersayat. Mario tak bisa hanya berdiam diri saja

Flashback Mario kejadian kemarin

POV. Mario

Beberapa kali aku menatap seragam pekerja pizza delivery yang dibawakan oleh Nico. Dalam hatiku ada keraguan, tapi lagi lagi aku mencoba meyakinkan diri. Aku sungguh ingin melihatnya, ingin menemuinya, aku tak bisa bohong untuk bilang jika aku sangat merindukan Bey. Aku hanya ingin melihatnya saja

Aku sudah berkali kali mencoba menghubungi ponselnya. Sekedar menyapa. Hay ! Apa kabar mu? Kau tak masuk kerja? Hari ini cuacanya bagus. Tak satupun dia membaca apalagi membalas pesan sampahku. Aku sangat mencemaskannya

Sofia bilang aku tidak boleh melewati batas. Harusnya aku sadar dengan status kami yang sudah berbeda, tapi hatiku. Jujur aku selalu menyukainya. Tanpa alasan. Aku bukan pria yang mudah bergaul. Aku bukan pria yang bisa jatuh cinta dengan beberapa wanita. Seumur hidupku hanya Bey yang bisa membuatku jatuh cinta. Aku hanya ingin wanita itu untuk hidupku. Terlalu berlebihan, tapi aku tidak bisa untuk berbohong jika aku harus bisa melupakannya, aku tidak bisa

" untuk apa seragam dan alamat pria itu ? " sudut mata Nico jelas sedang menyelidik ke arah wajah bingungku. Aku memasang wajah polos, tak tahu bagaimana cara membuat ekspresi manipulasi. Nico berdecak kesal

" ish, cinta memang buta ! " ketus Nico menggelengkan kepala. Dia seolah tahu apa isi otakku, sementara aku sendiri masih bingung membuat rencana apa dengan semua permintaan yang sudah dipenuhi Nico. Dia bahkan membantuku dengan sigap

" Pria itu sedang tak di apartmentnya, dia harusnya mengadakan rapat hari ini, tapi aku tak mendengar kabar kehadirannya " Mataku hanya membesar mendengar penjelasan Nico. Pengacara ini apal betul, pikirku tak percaya

" Apa ? " Sergah Nico tak suka dengan tatapan bulat mataku padanya

" Kau memata-matai pria itu? Kau bahkan apal jadwalnya " ujarku masih tak percaya dengan skill Nico

" Bos Alfa yang memintaku. Kau juga harus hati-hati, pria itu bukan siapa-siapa, asumsi ku seperti itu sih.. " jelas Nico tak begitu yakin dengan kalimat akhir dari mulutnya. Aku sedikit bingung

" Maksudmu ? " Nico menghela nafas sebelum memberi penjelasan lebih akan rasa ingin tahuku

" Reo itu hanyalah anak kemarin sore. Aku rasa ada yang lebih berbahaya daripada dia.. " Sembari menepuk pelan pundakku, Nico undur diri. Pria itu segera meninggalkan parkiran studioku dan meluncur cepat dijalanan. Kalimat Nico semakin membuatku gamang hari itu

Ternyata teka teki dari Nico hanyalah pengantar hariku. Saat melihat wajahmu yang terkejut saat menatap wajahku. Aku tak bisa berhenti bahkan untuk berkedip, aku terus menatap wajahmu. Aku merasakan hal yang lebih buruk lagi, aku melihat kau menangis. Kau menitikkan airmata di dalam dekapanku. Bagaimana aku harus meninggalkan mu sendirian. Kau bahkan tak bisa menenangkan dirimu

" Bey bersabarlah, aku akan membawamu, aku mohon bersabarlah.. " Walau dengan suara bergetar aku ingin menguatkanmu. Aku ingin kau tahu jika aku akan selalu ada di belakangmu kini. Aku tak akan meninggalkanmu lagi. Aku akan berjuang untukmu. Tapi aku mohon berikan aku waktu. Aku tak bisa membawamu saat ini juga, walau aku ingin. Aku mau segera menarik tanganmu dan tak melepaskan sedetik pun pelukan denganmu. Kita tak bisa. Kita tak boleh

" Hubungan kita sudah berakhir.. " Kau tahu kalimat itu sungguh membuat luka hidupku kian terasa. Kau tak boleh berkata seperti itu padaku Bey. Bagaimana mungkin hubungan kita berakhir tapi kau menangis seperti ini. Aku tahu itu. Kau tak ingin hubungan kita berakhir! kau hanya memaksakan saja

Kau memintaku segera meninggalkanmu, sementara kau sendiri masih sulit menghentikan airmata mu. Tanganku ingin terus merangkulmu. Aku ingin mencium dan membelai rambutmu. Aku ingin mendengar semua kesulitanmu. Aku ingin menjadi sandaranmu. Ingin semua kuteriakkan padamu jika aku akan selalu bersama denganmu. Tapi yang ada hanya terpaku, aku tak sanggup menatap wajah sendumu, kau tidak baik-baik saja sayang..

" ..Aku ingin berjuang sekali lagi.. "

Aku mengingat kalimat terakhir dari bibirmu yang bergetar. Tatap matamu yang mengawas penuh ketakutan. Bahasa tubuhmu yang terancam. Bahkan aku tak bisa lagi menahan rasa sakit saat melihat keadaanmu yang jelas berbeda. Kau seperti orng yang berbeda, kau tak menjadi dirimu saat ini. Aku menangis saat itu. Aku tak bisa menahan sesak mendengar kalimatmu. Kau akan mencoba berjuang untuk si brengsek itu ! kau membuatku menangis Bey. Dia tak pantas untukmu. Dia bukan pria yang pantas untuk Beyku !

-

-

-

Seseorang memberikan sebuah kursi. Sentuhan telapak tangannya menyadarkan Mario. Timnya sepertinya mencoba mengerti suasana hati Photografer itu. Mungkin sebagai CEO baru perusahaan raksasa cukup membuat mentalnya down, bisa jadi. Mereka hanya berasumsi asal saja

" thanks " ujar Mario meminta waktu untuk istirahat sesaat kepada rekannya. Kepalanya sepertinya sedikit sakit. Pria itu mengeryitkan dahi. Bukan sakit, dia hanya terus membayangkan Bey di otaknya. Memikirkan istri orang lain dipikiranmu jelas membuat kepala terasa berat

Dia mencoba mengatur nafas dan kembali mengambil fokus untuk pekerjaanya. Langkah apa yang akan dia ambil nanti ? dia tak bisa berdiam diri melihat keadaan Bey tak bahagia, tapi dia tak mau gegabah hingga bisa saja nanti niatnya malah merusak kehidupan wanitanya itu. Di saat seperti ini mendengarkan nasehat dari ibu Sofia adalah yang terbaik, pikir Mario

Dia kembali beranjak melanjutkan pekerjaanya. Sebelum mendapatkan nasehat dari saudarinya itu dia lebih baik menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu. Tanpa dia sadari sepasang mata dengan tajam memperhatikan tiap gerak-geriknya

" Hey, kau suka padanya ! " kibasan tangan tepat depan wajah Fika menyadarkan tatapannya

" ah.. mana mungkin aku suka seorang yaaa... foto-graper ! " jawabnya meremehkan

" hahahaa... " gadis itu tertawa mendengar kalimat sinis Fika. Dia terkekeh mendengar nada meremehkan rekannya ini

" lo ga update ya beb, dia itu bukan fg ecek-ecek kelasan anak kuliahan tauk ! " wajah Fika mengeryit, mencoba serius menanggapi omongan temannya yang asyik menikmati sebatang rok*ok beraroma mint. Alis Fika beranjak naik, wajahnya jelas penasaran

" doi itu, CEO X group, dia itu anaknya om Alfa Widjaja ! " Lanjut gadis itu seraya mengulurkan batang rokok lainnya ke arah Fika

Wajah Fika seketika terkejut, tapi hanya sesaat saja, senyum liciknya segera mengembang. Entah apa, gadis itu menarik senyuman sinis. Jari Fika menarik batang rokok dari bibir temannya dan menghisap dalam dengan sekali tarikan nafas. Asapnya mengepul tinggi, Fika mengembalikan lagi rokok yang masih merah menyala. Panggulnya berlenggak lenggok bak fashion show di atas catwalk. Fika mendorong pintu kaca dan memasuki ruangan dimana Mario sedang bekerja