Dina membuka selimut dengan kesal. Kakinya menghentak hentak marah. Sudah sejak tadi dia berusaha menahan diri, suara berisik dari arah dapur membuat matanya sulit tertutup tenang. Dina mengambil penyumbat kuping dari dalam telinganya. Dia mengacak acak rambur sendiri. Sepertinya kesabarannya sudah habis.
"Aku rasa kita harus membuat perjanjian baru!" Dina meraih ballpoint dan selembar kertas kosong, gadis itu merebahkan diri dengan cukup tenaga di meja dapur.
"Kenapa?" Rio menatap Dina heran. Dia pikir calon istrinya ini sudah tidur.
"Apa kau mau?" Rio menyodorkan sisa bagian pancake yang habis dia gigit. "Kalau tahu kau masih belum tidur aku akan membuat lebih" Dina menatap nanar wajah Rio seakan menyimpan dendam.
"Ada apa?" Rio membalas heran