Chereads / Two different sides / Chapter 2 - Ep.1 - Noda merah (1)

Chapter 2 - Ep.1 - Noda merah (1)

Ruangan perpustakaan pribadi yang berada di kantor perusahaan milik keluarga Claude adalah ruang favoritnya, sembari membuka halaman buku yang ia baca, Claude dengan tenang membaca buku tentang filosofi kehidupan pekerjaan.

Beberapa menit berlalu, ponselnya yang ia geletakkan di atas mejanya kini berbunyi menandakan sebuah telpon masuk dari sang ibundanya, Nyonya Yang Ji.

["Claude, apa Rei sudah datang?"]

Mendengar nama yang tak asing itu, Claude langsung mengernyitkan dahi, mengingat kembali gadis mayat hidup yang dulu pernah ia temui di Italia.

"Apa? Siapa?"

["Ibu menyuruh dia datang ke Korea dan tinggal bersamamu untuk sementara waktu."]

"...."

["Jangan membantah, Rei tinggal di Korea cuma sebentar untuk menyelesaikan komiknya."]

"Baiklah."

["Kalau begitu pergi dan temui dia, bersikaplah baik padanya, dia masih umur 18 tahun."]

"Iya ibu."

Percakapannya berakhir dengan suara sambungan telepon yang terputus, Claude terdiam sejenak dan mencoba untuk mengontrol emosinya, sejak kecil hidupnya selalu diatur-atur oleh ibunya yang suka berbuat semaunya sendiri.

Meski begitu, Claude selalu menurut dan tidak pernah memberontak padanya.

Claude akhirnya beranjak dari duduknya dan pergi ke ruang kantornya untuk menemui Rei, sembari berjalan pelan, Claude berusaha mengingat kembali sosok mayat hidup yang begitu cantik dan menawan itu..

'Rei...'

Sampai di depan pintu kantornya, ia pun segera membuka knop pintunya dan menampakkan sosok tuan putri dari kerajaan Italia sedang duduk dengan posisi rebahan di atas sofa mahalnya.

"...."

Rei tersentak saat mendapati kehadiran seorang laki-laki berwajah tampan yang memasang raut muka datar.

"Maafkan aku. Aku hanya numpang tiduran sebentar di sini, hehe.."

Sadar kalau laki-laki itu adalah Claude, ia pun langsung mengenalinya dan bangkit dari tidurnya. Melihatnya kelelahan sampai tiduran di sofanya, Claude berjalan menghampirinya dan duduk di sofa lainnya yang berada di depan Rei.

"Tak masalah, anggap saja ini ruanganmu." Tukas Claude basa-basi.

"...."

Rei terdiam sambil menyenderkan punggungnya, tanpa memperhatikan Claude, ia mulai memejamkan matanya.

"AC di sini sangat menyegarkan."

"Ya, ini AC terbaik yang aku beli."

"Hmm.."

Beberapa jam berlalu, kesunyian diantara keduanya kini tercipta dengan sendirinya, Rei tertidur pulas dengan posisi duduk, kepalanya mendongak ke atas dan menyender di sofa yang empuk berwarna hitam kecoklatan.

"Apa kamu tidur?" Claude berusaha meyakinkan bahwa Rei sudah tertidur pulas, melihatnya tidak terlalu antusias saat bertemu dengannya, Claude tersenyum simpul. Betapa bedanya sosok gadis ini, tak seperti perempuan pada umumnya yang heboh bila berhadapan dengan dirinya. Tapi entah kenapa dengan sosok gadis mayat hidup itu, ia malah bersikap sebaliknya. Cuek, dan juga tidak peduli.

"Akh!! Aku ketiduran!!"

Rei akhirnya terbangun dengan sedikit air liur di mulutnya, ia mengusapnya dengan punggung tangan sambil memperhatikan Claude yang masih bertahan menemaninya.

"Anda sudah bangun?"

"Uh.."

Melihat wajah Rei yang memerah karena malu, Claude berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan. Di atas mejanya yang tadinya kosong, kini terdapat dua buah cangkir kaca yang berisikan teh bunga Rosella yang sangat harum.

"Sewaktu Anda tidur, saya menyiapkan sedikit hidangan teh penghilang rasa lelah."

"?"

"Semoga Anda menyukainya."

Rei terdiam sambil menatap Claude, "Dimana camilan ringannya?"

"Apa?"

"Camilan, aku lapar sekali." Tukas Rei sambil memasang wajah sayu, seakan kecewa akan hidangan yang disuguhkan Claude.

"...."

"Ini.. Terlalu ramai."

Rei merasa gugup ketika diajak Claude ke dalam restoran mewah langganannya, karena Rei tak biasa berada di situasi seperti ini, wajahnya terlihat lebih merah dari sebelumnya.

"Kenapa? Anda kan lapar, saya akan traktir makan."

"Bukan, bukan itu.."

"Bukannya, di umur Anda ini masih sekolah? Di sekolah pasti lebih ramai ketimbang di dalam restoran seperti ini kan?"

"Apa? Aku tidak pernah sekolah, aku Homeschooling tau!"

"...."

Sudah ia duga, Rei Magetha tidak pernah keluar rumahnya barang selangkah pun. Ini adalah pertama kalinya Rei datang ke Korea untuk menyelesaikan Komik manganya, meski Rei Homeschooling, tapi bakatnya dalam menggambar komik sangatlah bagus. Ia menjadi Mangaka setelah berumur 10 tahun, dan sukses di bidang tersebut meski dirinya menolak untuk memperlihatkan sosok dirinya pada dunia, ia cukup bangga akan karyanya yang kini bisa menghasilkan uang.

Imutnya Rei, meski umurnya sudah 18 tahun, wajah dan tubuhnya masih seperti anak SD. Claude tak menyangka akan dijodohkan dengan gadis remaja seperti ini, padahal umurnya sangat jauh dengan Rei yang masih sangat muda untuknya.

"Wuaah~.. Apartemenmu sangat besar sekali, mewah banget >.<` "

"Tunggu, sebelum Anda tinggal di sini, ada persyaratan yang tidak boleh Anda langgar."

'Dia.. Gak dengar ya? T_T'

"Kyaaaa!! Ada PC game nya juga! Aku suka sekali!"

Rei merasa sangat senang dan melupakan ketidaknyamanan yang tadi ia rasakan, setelah diantar ke apartemen kediaman Claude, rasa lelahnya kini terlupakan seketika setelah melihat pemandangan yang luar biasa.

"Umm, apa aku boleh tanya sesuatu?"

"Ya."

"Kenapa Anda bisa menjadi seorang magaka?"

Gerakan tangan Rei terhenti ketika hendak menyalakan tv mahal milik Claude, raut wajahnya seketika berubah datar, Rei pun menoleh menatapnya dengan pandangan kosong.

"Hanya hobiku saja." Tukasnya dingin lalu menyalakan tv nya.

'Tadi itu apa ya?'

Melihat sekilas ekspresi samar itu, Claude merasakan sebagiannya dari diri Rei yang menunjukkan sifat aslinya, namun karena Rei pandai menutupi perasaan sebenarnya, Claude tidak bisa menebaknya dan hanya menerka-nerka bahwa Rei sangat kesepian..

"Kamarnya luas sekali, aku suka! Ada meja belajarnya juga! Ibu bisa ku gunakan untuk menggambar mangaku."

"Baguslah kalau Anda menyukai kamar ini."

"Iya." Sembari meletakan laptop miliknya, ia pun duduk di bangku belajarnya dan menyamankan diri.

"Claude."

"Ya?"

Dengan posisi duduknya yang memunggungi Claude, Rei memanggil namanya tanpa menoleh padanya.

"Boleh tinggalkan aku sendiri di kamar? Biar aku yang membereskan barang-barangku."

"Ah, baiklah. Jika ada sesuatu yang Anda inginkan, panggil saja aku."

"Ya, terimakasih."

Tiba-tiba nada bicara Rei terdengar sangat dingin, Claude yang menyadari akan hal itu pun langsung beranjak meninggalkannya sendirian dan menutup pintu dengan perlahan, di selah pintu yang hampir tertutup itu Claude terus memperhatikan punggung kecilnya yang sedikit bergetar.

KLAP

Pintu kamarnya akhirnya tertutup rapat, Claude segera ke dapur dan menuangkan teh kesukaannya. Sejenak ia mengenangkan pikirannya dengan meminum secangkir teh harum buatannya sendiri, sepintas ia mengingat kembali akan sosok Rei yang tidak suka dunia luar tiba-tiba datang ke Korea dan tinggal di apartemennya cuma untuk menyelesaikan mangakanya. Apakah ini masuk akal?

'Kenapa seorang gadis Albino tiba-tiba pergi sendirian ke Korea? Apa kulitnya yang rapuh itu tak terluka karena sinar matahari? Kenapa dia datang?'

Berbagai pertanyaan kini memenuhi pikirannya, Claude merasa hal itu adalah sebuah paksaan, bukan kehendaknya. Rei Magetha tersiksa dalam perasaan tertekan dan rasa kesepian yang mendalam, mungkinkah dia disuruh orang tuanya datang ke sini? Ataukah Ibunya yang menyuruhnya?

'Ibu?'

Kali ini Claude tidak mau tinggal diam, ia pun segera pergi dan menemui ibunya.