Cuaca terik kota Semarang telah berganti dengan langit teduh yang mendamaikan hati. Senja sudah menyapa diiringi mendung yang bergantung di langit ketika Becca turun dari mobil hitam yang dinaikinya. Seperti biasa, gadis itu masih terlihat cantik dan menawan meski telah lelah dengan aktifitas yang membelenggunya selama berjam-jam.
Gaun pendek tanpa lengan berwarna tosca melekat ketat di tubuh mungilnya. Sebuah bandana berwarna senada dengan gaun bertengger di kepalanya, menjadi pembatas antara poni yang menutupi seluruh keningnya dan rambut sebahunya yang lurus tergerai. Polesan foundation, eye shadow, bedak, serta lipstick matte berwarna merah cerah, juga bulu mata palsu yang menghiasi mata bulatnya membuat wajah Becca terlihat lebih matang dari usianya. Di kakinya terpasang high heels yang juga berwarna tosca dengan hak setinggi sekitar tujuh senti. Tas berwarna cokelat muda bergantung di pundaknya membuat penampilannya semakin terlihat indah. Kadang Becca merasa lebih mirip mahasiswa yang sudah memasuki semester akhir daripada seorang pelajar SMA dengan penampilannya yang seperti itu.
"Makasih tumpangannya, Mas," kata Becca sambil tersenyum manis pada seorang pria berkumis tebal yang sedang duduk di bangku kemudi. Penampilan pria yang usianya awal empat puluhan itu terlihat sangat fomal dengan setelan jas dan celana berwarna gelap.
"Ah, nggak usah berterima kasih gitu, kapan saja kamu butuh, Mas pasti selalu bersedia mengantarkan," balas pria itu sambil tersenyum genit.
Becca hanya membalas ucapan si pria dengan anggukan pelan. Tak berapa lama terdengar suara raungan kendaraan bermotor, pertanda mesin mobil telah dihidupkan kembali. Beberapa detik kemudian mobil itu sudah melaju, berbaur di antara kendaraan lain yang memadati jalanan kota Semarang.
Di seberang jalan, seorang gadis dengan rambut terurai sepunggung sedang memandang ke arah Becca dengan senyum licik. Dari tadi dia berdiri dan mengambil beberapa gambar. Sebelum Becca melihatnya, gadis itu segera membagikan foto yang sempat dia ambil ke grup OSIS. Dia tak sabar menunggu reaksi anggota grup besok di sekolah. Rebecca Astarina harus menerima balasan dari perbuatan menjijikkan yang telah dia lakukan.