Kala itu entah angin mana yang merasuk dalam jiwa dan pikirannya. cinta ketulusan tak bisa mengendalikan egonya. terlalu kokoh untuk dikendalikan emosi dalam setiap hembusan nafas yang keluar dari rongga hidungnya.
egonya yang terlalu membukit seakan akan merajai seluruh permukaan bumi. menghancurkan setiap perasaan, kemurnian serta ketulusan yang ada.
kala itu ada sepasang pertemanan yang mungkin diselingi dengan rasa entah nyaman, suka, maupun gengsi bercampur riuh.
suatu hari mereka mendapatkan gejolak ujian dalam ikatan mereka. kala itu sang lelaki diuji dalam kesetiaannya. dia diuji dengan beberapa faktor. salah satunya ada kerabat yang telah pergi, tenggelam dalam tanah dan mengkristal dalam setiap doa. entah apa yang dipikirkannya, seolah olah dia sendirian, bumi menolak kehadirannya, terasa semua tak peduli dengannya. namun realita yang terjadi dia seakan akan orang paling terpuruk dipermukaan bumi ini. sayangnya egonya tak bisa dikendalikan. dia tak berpikir jernih bahwa ada seseorang yang senantiasa terbiasa dengan keluh kesalnya,yang selalu mendampingi ketika ia terjatuh, dan menariknya untuk berkembang. mungkin tak terlintas bahwa sosok orang yang selalu dibelakangnya tak pernah memahami perasaannya. sangat disayangkan. kenyataannya sosok itulah orang yang selalu berdoa dalam setiap sujudnya atas keadaannya, orang yang selalu mendengarkan bahkan menemani setiap krikil kehidupanmu. tapi begitu bodohnya sang lelaki itu. ia memutuskan untuk membuat sang wanita dibelakangnya membenci dirinya dan berusaha untuk mematahkan hatinya. entah motif apa sebagai landasan berpikirnya. ia begitu tega mempermainkan, menarik ulur perasaan sang wanita. ia menghancurkan setiap angan-angan, harapan, dan impian sang wanita.
bergulir setiap waktu,hingga sang wanita bisa melupakan nya dan memantapkan dirinya menjadi lebih baik. dan berencana untuk pergi sejauh jauhnya kala itu. meninggalkan kota sejarah perjalanan kehidupannya. kota yang tertulis sebagai kelahirannya itu. ia berusaha untuk membebaskan dirinya dari hal yang membuatnya kecewa. namun pada suatu waktu sang lelaki datang kepadanya ia berusaha untuk berbincang rupanya. terucap kata maaf berulang ulang bagai gema dalam tabung. dia datang dengan membawa penyesalan. dia meminta maaf berkali kali memantapkan bahwa ia salah telah mengecewakan sang wanita. kemudian lambat lain sang wanita luluh dengan permintaan maafnya itu. sang wanita itupun memaafkan dirinya dengan lapang dada. walaupun kaca telah pecah tohh bila disambung tak akan bisa menjadi utuh tapi setidaknya ia bersama puzzle serpihan kaca yang berhamburan itu. sang wanita itupun mengiyakan permintaan maaf darinya. kemudian ditelan bumi rupanya. sang lelaki pun menghilang entah kemana.