Chereads / Chaotic Wild Horse no Index / Chapter 115 - Chapter 107 - Vol 5 - Prologue

Chapter 115 - Chapter 107 - Vol 5 - Prologue

Di atas atap Yuragi Sou, Hiko Seijuro XIII sedang berdiri sambil menutup kedua matanya. Ia berdiri dalam pose Iai, seolah ia sedang bersiap untuk mencabut pedangnya. Di sisi yang berlawanan Kamijou Touma, cucu dari Hiko Seijuro XIII berdiri dengan pose yang sama seperti kakeknya dan ia juga menutup matanya.

Mereka berdua sudah berada dalam posisi yang sama selama kurang lebih satu jam. Mulai dari pukul tiga pagi sampai pukul empat pagi, mereka berdua sama sekali tidak menggerakkan tubuhnya sama sekali selama satu jam itu. Dan hanya bernafas sebanyak tiga kali selama satu menit. Touma dan Hiko terlihat seolah akan melakukan duel dengan pose yang mereka berdua lakukan, tapi sebenarnya keduanya sedang melakukan sparring di alam bawah sadar mereka.

Mereka berdua memilih melakukan sparring di alam bawah sadar, karena mereka berdua terlalu kuat. Dan kalau mereka melakukan sparring di dunia nyata maka area di sekitar Yuragi Sou akan mengalami kerusakan. Hiko dan Touma bisa saja melakukan sparring di dalam ruang latihan khusus yang cukup kuat untuk bisa menahan daya hancur yang mereka berdua hasilkan ketika melakukan sparring.

Tapi baik Hiko maupun Touma merasa kalau mereka berdua tidak akan bisa berkonsentrasi dengan baik kalau melakukan sparring di dalam ruangan putih super luas. Oleh sebab itu keduanya memilih untuk melakukan sparring di atas atap dari Yuragi Sou, sambil memegang katana kesayangan mereka dalam posisi Iai. Lalu melakukan sparring di dalam alam bawah sadar.

Tepat di antara Hiko dan Touma, Chitose menunggu keduanya selesai bertarung sambil berlutut dan meminum teh disertai wagashi yang secara khusus ia pesan dari toko wagashi terkenal yang ada di Kyoto. Chitose sudah terbiasa menunggu Hiko dan Touma melakukan sparring seperti yang mereka berdua lakukan saat ini.

***

Setelah satu jam lima belas menit berlalu, akhirnya sparring yang dilakukan oleh Hiko dan Touma selesai dilakukan. Keringat mengalir deras dari tubuh keduanya meskipun mereka berdua sama sekali tidak menggerakkan tubuh.

Keringat itu keluar karena meskipun mereka berdua tidak menggerakkan tubuh mereka, tapi tetap ada tenaga keluar yang keluar dari tubuh keduanya ketika mereka melakukan sparring di alam bawah sadar. Karena dibutuhkan energi yang yang besar agar mereka berdua bisa mempertahankan kesadaran mereka di dalam alam bawah sadar sambil melakukan pertarungan.

Mereka berdua membuka mata, Hiko walaupun berkeringat sama derasnya dengan Touma tapi ia tidak terlihat kehabisan nafas. Sedangkan Touma, wajahnya memucat dan ia bernafas dengan berat.

"Kemampuanmu dalam menggunakan tehnik aliran Hitenmitsurugi sudah meningkat dengan pesat, Touma. Tapi sayangnya, kau terlalu berfokus dalam meningkatkan ilmu beladiri tangan kosong, sampai ilmu beladiri tangan kosongmu melampaui kemampuan berpedangmu.

Makanya ketika tadi kau mencoba untuk menggabungkan antara tehnik pedang dan ilmu beladiri tangan kosong yang kau miliki kau tidak mencapai harmoni yang sesuai dan mengalami ketidakseimbangan dalam penggabungan yang kau inginkan.

Sigh, Touma aku tahu kalau kau lebih tertarik dalam ilmu beladiri tangan kosong daripada ilmu pedang, tapi kalau kau tidak meningkatkan ilmu pedangmu sampai setara dengan ilmu beladiri yang kau miliki maka keseimbangan di tubuhmu akan menjadi kacau dan hal itu akan menganggumu ketika kau melakukan pertarungan. Mulai besok aku ingin agar kau meningkatkan kemampuan berpedangmu lebih lagi, apa kau mengerti Touma!"

Touma yang terduduk di atas atap, cuma bisa menganggukan kepalanya ketika ia mendengar ucapan kakeknya. Touma saat ini merasa terlalu capek untuk berbicara, bahkan menggerakkan tubuhnya sedikit saja sangat sulit untuk dirinya.

Chitose yang sedari tadi berlutut di antara Touma dan Hiko, akhirnya berdiri lalu berjalan ke arah Touma. Ia membuka mulut Touma, lalu memasukkan kacang Senzu ke dalam mulut Touma agar Touma bisa memulihkan dirinya.

***

"Satu jam lima belas menit," Kata Chitose sambil meletakkan handuk dingin di atas kepala Touma lalu melempar handuk dingin lain ke arah Hiko. "Itu adalah waktu yang kalian berdua habiskan untuk melakukan sparring, dua puluh lima menit lebih lama daripada biasanya. Sebenarnya sparring macam apa yang kalian berdua lakukan sampai kalian berdua bisa bertarung lebih lama daripada biasanya."

"Touma bertambah kuat, dan aku ingin dia menunjukkan seluruh kekuatan yang miliki. Makanya sparring yang kami lakukan jadi agak sedikit lebih lama," Kata Hiko yang menangkap handuk dingin yang dilempar oleh Chitose. Lalu memakai handuk itu untuk mengelap wajahnya yang berkeringat. "Kurasa aku dan juga Touma terlalu menikmati sparring yang kami berdua lakukan agak terlalu lama. Bertarung melawan seseorang yang kuat selalu membuatku dan Touma bersemangat dan lupa waktu."

"Kalian berdua memanglah kakek dan cucu," Kata Chitose sambil menepuk dahinya. "Kalian berdua memiliki sifat malas dan hobi yang sama."

"Ahahaha Touma itu kan memang cucu kandungku, tentu saja dia mewarisi sifat dan hobi yang sama denganku! Yang ia warisi dari ayahnya hanyalah nama keluarga dan warna mata. Sisanya Touma lebih mirip dengan diriku secara fisik dan sifat," Kata Hiko sambil melihat ke arah Touma yang saat ini sudah bisa duduk karena stamina yang ia miliki sudah pulih. "Dan kelak ia akan menjadi penerus ke empat belas dari aliran Hitenmitsurugi!"

Touma yang mendengar ucapan Hiko cuma bisa menghela nafas, ia tahu kalau suatu saat nanti dirinya akan menjadi penerus aliran Hitenmitsurugi dan mengganti namanya menjadi Hiko Seijuro. Tapi Touma sama sekali tidak memiliki niat untuk mengganti nama yang ia miliki menjadi Hiko Seijuro meskipun ia menjadi penerus Hitenmitsurugi.

***

Touma memiliki tehnik yang bagus untuk membagi tubuhnya menjadi dua, berdasarkan salah satu kekuatan Esper yang ia tiru beberapa tahun sebelumnya. Dan Touma memutuskan kalau suatu harus nanti ia harus mewarisi aliran Hitenmitsurugi dari kakeknya, maka ia akan menggunakan tiruan dari dirinya untuk menyandang nama Hiko Seijuro. Sedangkan tubuh aslinya akan tetap memakai nama Kamijou Touma.

"Kakek, Chitose-san, sebentar lagi aku harus bersiap untuk lari pagi bersama dengan Shizuka-san. Jadi aku mau mandi dulu! Sampai nanti!"

Touma melakukan *sukuchi lalu pergi meninggalkan Chitose dan Hiko yang masih mengobrol satu sama lain.

*tehnik melangkah cepat yang ada di Rurouni Kenshin.

"Bocah itu masih punya sopan santun juga dengan memberitahu apa yang mau ia lakukan sebelum ia pergi, Shiina benar-benar mengajari bocah itu dengan baik dalam soal bersikap kepada seseorang yang lebih tua," Kata Hiko sambil tersenyum. "Aku bersyukur dia tidak bersikap sepertiku dulu ketika aku masih remaja. Dimana aku bersikap layaknya kuda liar yang tidak mau dikekang."

"Shiina adalah ibu yang baik makanya ia mengajari Touma-san untuk memiliki moral dan sopan santun serta tata krama yang baik," Kata Chitose yang mengapit lengan Hiko di dalam wujud aslinya yang dewasa dan lebih tinggi. "Karena ia tidak ingin berakhir seperti Yukiko yang tidak pernah mempedulikan dirinya."

"Yah, hubungan Yukiko dan Shiina sudah menjadi jauh lebih baik meskipun Shiina belum bisa memaafkan Yukiko secara penuh," Kata Hiko sambil menghela nafasnya. "Aku yakin kalau dalam waktu dekat hubungan mereka berdua akan benar-benar pulih seutuhnya. Oh iya, Chitose kalau tidak salah kau membawa pulang dua orang pegawaiku yang ada di pulau awan api bukan, karena kemampuan mereka dalam urusan rumah tangga sangat hebat. Apakah mereka berdua bisa beradaptasi dengan kehidupan baru mereka di Yuragi Sou dengan baik?"

"Kemampuan adaptasi mereka sangat bagus jadi mereka tidak memiliki masalah dengan kehidupan di Yuragi Sou," Kata Chitose. "Tapi yang membuatku merasa agak kuatir ialah level kekuatan Esper yang mereka berdua miliki sebagai Gemstone ialah level 4 yang tinggal setengah langkah lagi mencapai level Lima. Aku takut kalau mereka berdua mencapai level lima maka keseimbangan kekuatan di Kota Akademi akan menjadi kacau. Dan Kasumi-san serta Ukyo-san akan mendapat masalah."

"Hmm kau benar itu akan menjadi masalah," Kata Hiko sambil memegangi dagunya. "Kurasa aku harus melakukan sesuatu untuk membantu mereka berdua."