"Jika yang ingin kau bicarakan adalah tentang peperangan dengan iblis, maka lebih baik kau simpan saja napasmu itu." Suara Jedrek terdengar begitu dingin selagi ia menegakkan punggungnya, bola matanya yang merah menatap tajam ke arah pasangannya. "Dan aku akan bersama dengan siapa pun yang aku mau, tidak peduli kau adalah pasanganku atau bukan."
Jedrek bisa merasakan rasa sakit menusuk yang tidak ada hubungannya dengan luka di bahunya setelah dia mengucapkan kata-kata yang tak berperasaan itu.
Lilac mengepalkan erat jari-jemarinya dan menggigit bibir bawahnya setelah mendengar pernyataan dari Jedrek. Raut kebencian seketika terpancar dari matanya, namun pada saat dia berbicara, suaranya terdengar tegas dan tenang.
"Setidaknya kita memiliki pemikiran yang sama untuk masalah ini," Ujar Lilac. Pada akhirnya, ketegangan yang ada di tubuhnya pun mereda dan ekspresi di wajahnya tidak mencerminkan apa yang sebenarnya dia rasakan.