"Apakah dia tidak melakukan apa- apa?" Kace menyuarakan pikirannya dengan menggerutu.
"Kudengar Supreme Alpha memiliki orang- orangnya sendiri untuk datang dan menangani masalah ini." Lana menanggapi nada tidak puas Kace. "Tapi butuh waktu lebih lama karena kawanan kita cukup terpencil dari teritori nya."
Supreme Alpha…
Gelar itu membuat Kace teringat akan saudara keduanya dan momen ketika mereka bersama, pada saat mereka pergi untuk meninggalkan kastil bersama orang tua mereka.
Itu adalah sebuah memori yang telah Kace kubur jauh ke dalam pikirannya, memori masa lalu yang jarang sekali Kace ingat akhir- akhir ini.
Dirinya bahkan lupa kalau dia memiliki kenangan semacam itu…
"Makan ini." Kace menyerahkan sandwich pada Lana.
Gadis itu tidak perlu ditawari dua kali saat dia mengunyahnya dengan penuh semangat dan pemandangan itu menarik sesuatu di hati Kace yang dia benci untuk mengakuinya.
Ya, tapi Kace harus mengatakan bahwa gadis itu adalah gadis yang kuat, secara fisik dan mental. Dia berhasil bertahan sejauh ini sendirian. Bukanlah hal mudah bagi seorang gadis kecil yang baru dapat merubah bentuk ke dalam wujud monsternya untuk dapat hidup tanpa kawanan.
Dan dengan Lana mengakhiri ceritanya tentang dongeng Donovan, sisa perjalanan mereka dipenuhi dengan keheningan, hanya ada kesempatan langka ketika Hope terbangun dan menangis atau melakukan 'urusannya' sebagai seorang bayi…
==============
Persis seperti yang diharapkan Kace dan Serefina, mereka tiba di desa mystic river hampir larut malam dan Lana dan Hope telah tertidur dengan pulas.
Bayi Hope yang duduk di kursi belakang mengerucutkan bibirnya dan mengepalkan tinjunya di sekitar boneka beruang coklatnya sementara gadis di kursi depan meringkukkan tubuhnya dalam posisi yang terlihat tidak nyaman, tetapi saat mesin mobil berhenti mengeluarkan derungnya, mata Lana terbuka. Tatapan tajam pada mata cokelatnya menelusuri sekelilingnya dengan waspada.
Kace terlalu akrab dengan gerakan itu. Dia selalu dalam bahaya sebelum ini, tentu saja perasaan waspadanya tumbuh sepuluh kali lebih baik.
"Kita sudah sampai." Kace menghentikan tatapan bingung Lana yang seolah bertanya- tanya dan membuka pintu mobil untuk mengambil Hope dari kursi pengaman bayinya saat Serefina sudah setengah jalan menuju serambi rumah di depan mereka.
Rumah sang penyihir.
Kace mengharapkan tidak kurang dari bangunan mewah ini dari sang penyihir. Sejauh yang dia bisa lihat, ini adalah rumah terindah yang pernah dia lihat di desa ini.
Bangunan yang megah…
Benar- benar sesuatu yang mencerminkan gaya Serefina.
Desa mystic river adalah sebuah desa di kaki gunung yang dikelilingi pepohonan dan hutan.
Dua ratus tahun yang lalu, saat terakhir kali Kace berada di desa ini, orang- orang di sini akan percaya bahwa mereka harus melakukan pengorbanan manusia untuk menenangkan Dewa Gunung.
Nah, Kace tertawa keras mendengar omong kosong itu, karena dia tahu lebih baik bahwa kepercayaan aneh itu ada hubungannya dengan orang- orang di coven utara.
Alam lain di balik hutan pohon pinus itu. Tempat suci dan terlarang bagi penduduk desa.
Dulu, Kace tidak perlu khawatir tentang hal- hal semacam itu, tapi sekarang ketika sang penyihir memutuskan untuk tinggal di sini, tentu masalah ini akan menjadi perhatiannya.
"Biarkan aku membawa tasnya." Lana dengan cepat berdiri ketika dia mendekati Kace dan menarik ransel biru yang dia bawa sambil menggendong bayi Hope.
"Tidak masalah." Kace tidak memberikan ransel itu kepada Lana saat dia masuk ke dalam rumah.
Rupanya, penyihir itu telah menjaga kebersihan tempat ini bahkan setelah sekian lama. Secara ajaib tentu saja. Kemampuan sihirnya tidak perlu diragukan lagi.
Bahkan setelah, entah berapa lama, Serefina meninggalkan bangunan ini, tapi tempat ini seperti baru ditinggalkan beberapa jam yang lalu saja.
"Ada lima kamar. Kau dapat menggunakan ruangan mana pun yang Kau inginkan. " Serefina melangkah ke kamar di ruang pertama dekat ruang tamu. "Tapi, jangan pernah mengetuk pintu kamarku atau menggangguku jika tidak ada yang penting."
Penyihir itu menguap dan membanting pintu. Perjalanan panjang ini benar- benar membuatnya sangat kelelahan, begitu pula Kace.
Dengan bayi Hope dalam pelukannya, dia mengendus udara dan melangkah menuju kamar tidur kedua di sisi kiri rumah.
"Kau dengar dia. Temukan kamarmu sendiri. " Dengan itu, Kace berjalan santai ke seberang ruang tamu menuju kamar tidurnya, meninggalkan Lana yang kebingungan sendirian.
Seperti itu? Semudah itu? Mereka meninggalkannya di sana sendirian begitu saja?
Gadis kecil itu menatap pintu masuk yang masih terbuka lebar. Bagaimana mungkin mereka begitu sembrono membiarkan orang asing seperti dirinya berkeliaran di dalam rumah tanpa di awasi dan lagi, membiarkan pintu depan dalam keadaan terbuka saat mereka memutuskan untuk tidur di kamar masing- masing?
Apakah mereka berdua terlalu kuat, jadi mereka tidak takut pada apa pun, atau mereka terlalu sembrono untuk cukup peduli pada hal- hal semacam ini?
Tapi, Lana cenderung mempertimbangkan alasan yang pertama.
Membiarkan pintu terbuka adalah undangan bagi 'tamu yang tidak diinginkan' untuk datang, tetapi mengetahui 'tamu tak diinginkan' seperti apa yang akan datang untuk mengejar orang- orang seperti Serefina dan Kace, Lana berpikir; walaupun mereka mengunci pintunya, 'tamu tidak di undang' itu akan tetap mampu masuk ke dalam.
Jadi, itu hanya upaya sia- sia untuk mencari keamanan di balik pintu tertutup. Sementara manusia? Mereka tidak akan menganggap manusia adalah ancaman.
Meskipun demikian, Lana berjalan menuju pintu, menutup dan menguncinya sebelum dia berbalik untuk melihat rumah yang indah ini ke dalam matanya. Sudah lama baginya sejak terakhir kali dia tidur nyenyak, di ranjang sungguhan.
Mungkin kali ini, dia bisa melakukan itu…
==============
"Apakah kau akan membiarkan dia tinggal?" Serefina menyilangkan lengannya saat ekspresinya berubah menjadi gelap.
Matahari baru saja mencapai cakrawala ketika Kace dan Serefina sedang berdiskusi berdua di dalam dapur.
"Dia bisa membantumu." Kace menguap dan meregangkan tubuhnya saat suara retak yang memuaskan terdengar dari tulangnya.
"Seperti apa? Membersihkan ruangan?" Serefina mengangkat alisnya. "Atau, menjaga pasanganmu? Aku tidak keberatan untuk pilihan yang terakhir. "
Kace mengerutkan kening ketika Serefina menyebutkannya. Dia merasa kasihan pada gadis kecil itu, tetapi tidak cukup mempercayainya untuk menjaga Hope.
"Jangan berani- berani meninggalkan mereka berdua," Kace berbicara dengan nada mengancam.
Serefina sepertinya tidak peduli saat dia mengangkat bahu. "Kau tidak akan ada di sini untuk mengetahui itu." Ada ekspresi terkejut di ekspresi Kace, tapi sebelum dia bisa mengatakan apapun, Serefina telah memotongnya. "Satu kunjungan setiap tahun. Itu kesepakatan kita." Dia mengingatkannya.
Mata Kace mengeras saat dia mengatupkan rahangnya dan berbicara. "Kau sepertinya sangat menikmati momen ini."