Telah ku petik embun pagi
Sebelum luruh oleh dersik kesedihan
Kau, sejuk yang mengalir di setiap urat nadi
Hujan kali ini jatuh mungkin untuk kita,
Karena tepat diantara rindu itu, ada rasa yang amat kelabu
Tidak ada manusia yang kebal lara
Hanya kadar ikhlasnya saja yang berbeda
Tidak ada yang benar-benar tangguh
Hanya laranya saja yang tertimbun rasa angkuh
Serupa embun di pagi buta
Samar dengan kabut yang menganga
Rindu ini yang tak kunjung mereda
Mengolok bayangmu agar segera tiba
Layaknya embun pagi di dedaunan
Kesetiaan harapan, meski hanya impian
Mencintaimu, serupa dinding ketabahan
Menantikan mu, sebuah perjalanan keikhlasan
Tak apa memilukan, asal jangan memalukan.
Jika cinta adalah penyakit,
Mungkin aku telah sampai di stadium akhir, yang semakin menderita terinfeksi rindu
Di hadapan secangkir kopi ini
Diriku merasa difahami oleh seseorang
Atau alam, atau sesuatu yang tidak pernah aku mengerti.
Dan aku, bagai penghuni tak berdomisili, tak berarti
Seperti kias tatapan rindu Qais pada Laila
Seperti itu rinduku padamu yang yang telah membuatku menggila.
Maaf telah ku usik kau dalam ketenangan mu
Membangkitkan amarah yang tengah kau pendam dalam kalbu
Aku, hanya ingin memberi tau
Bahwa aku di sini, telah lama menunggumu untuk melepas rindu.
Karawang Timur
08 February 2020