Chereads / Kisah Istri Bayaran / Chapter 14 - Konsekuensi Kesehatan Tubuh (3)

Chapter 14 - Konsekuensi Kesehatan Tubuh (3)

Sebelum Mo Dongyang menyelesaikan perkataannya, Leng Sicheng tiba-tiba mengangkat kepalanya dan menunjukkan kedua matanya yang gelap. Kemudian, ia berdiri untuk mengambil jas yang tadi disisihkannya dan berjalan sambil mengenakan kembali jas itu.

Mo Dongyang tampak bingung, lalu ia bertanya, "Sicheng, kamu mau ke mana?"

Leng Sicheng tidak menoleh. Ia hanya melontarkan beberapa kata, "Kembali ke perusahaan!"

Leng Sicheng sampai di luar pintu STAR, namun malam itu masih hujan. Sekretaris Cheng segera memarkirkan mobil di depan pintu. Melihat Leng Sicheng sudah di depan, Sekretaris Cheng segera keluar dari mobil dan membantu Leng Sicheng membuka pintu mobil. Leng Sicheng tidak mengatakan apa-apa dan masuk ke dalam mobil. Sekretaris Cheng juga masuk ke dalam mobil.

Jika Leng Sicheng keluar saat hari masih terlalu pagi, biasanya ia akan beristirahat di salah satu kamar STAR untuk satu malam. Namun, Leng Sicheng hanya terdiam di dalam mobil. Sekretaris Cheng diam-diam melirik dari kaca spion, menangkap wajah tampan Leng Sicheng yang tidak menunjukkan ekspresi sedikit pun selain kerutan alis dan lengkungan bibir yang semakin dalam. Sekretaris Cheng telah bekerja untuk Leng Sicheng selama bertahun-tahun sehingga ia sudah bisa mengenali suasana hati pria itu dari ekspresinya.

Ketika Leng Sicheng keluar dari aula perjamuan, ia masih sangat cemas. Tetapi setelah melewati simpang lampu lalu lintas pertama, sikapnya segera berubah menjadi dingin. Kiranya datang ke STAR akan membuatnya rileks. Sekretaris Cheng tidak berpikir bahwa Leng Sicheng akan keluar secepat itu dengan raut wajah yang semakin suram.

Meski agak khawatir disapu habis amarah Leng Sicheng bak terpaan angin topan, tapi Sekretaris Cheng masih harus bertanya, "Ke mana kita akan pergi selanjutnya, Tuan Leng?"

Leng Sicheng tidak menjawab. Setelah suasana sunyi menyelimuti dalam mobilĀ untuk waktu yang lama, suara dingin Leng Sicheng datang dari kursi belakang. "Terserah."

"Terserah itu ke mana?" Sekretaris Cheng masih bertanya lebih lanjut sambil diam-diam melirik ke kaca spion.

Leng Sicheng masih memejamkan mata, bahkan tidak tertarik menjelaskan apa yang dimaksud dengan terserah. Namun, aura kuat yang menyelimuti dirinya seakan memperingatkan. Jika Sekretaris Cheng mengganggunya lagi, dia akan mati!

Sekretaris Cheng tidak punya pilihan lain selain menyalakan mobil dan mengemudi menuju ke jalan. Pada malam hari, jalan-jalan utama Yancheng biasanya tidak terhalang. Namun kali ini, lalu lintas tiba-tiba menjadi macet. Sekretaris Cheng pun melihat ke depan. Sepertinya, telah terjadi kecelakaan mobil di dekat jembatan dan kendaraan hanya melintas perlahan-lahan. Kecepatan mobil yang tiba-tiba melambat turut membuat Leng Sicheng kembali membuka mata dan sedikit mengernyit. Ia tampak sangat terganggu karena harus berhenti.

Membuka jendela mobil untuk melihat suasana di luar, mata Leng Sicheng melihat ke arah pinggir jalan yang tidak jauh. Tersembunyi di balik deretan pohon-pohon tinggi serta bangunan besar nan sunyi, matanya tiba-tiba terpaku. Itu adalah almamater Leng Sicheng dan Gu Qingqing.

Sekretaris Cheng melihat ke arah pandangan mata Leng Sicheng lepas. Ia tampaknya agak lega. Dengan cepat, Sekretaris Cheng angkat bicara untuk meredakan suasana. "Tuan Leng, dari tadi Nona Chen Wenjie terus meneleponmu."

Leng Sicheng terus memandang ke luar jendela. Ekspresinya samar, bahkan tidak tertarik menjawab Sekretaris Cheng. Wanita seperti itu tidak memiliki nomor pribadi Leng Sicheng. Karenanya, ia hanya bisa menghubungi Sekretaris Cheng. Sekretaris Cheng tidak punya pilihan lain. Tapi saat ia hendak mengatakan sesuatu, terdapat panggilan masuk lagi. Kali ini, di nomor pribadi Leng Sicheng.

"Tuan Leng, ponselmu."

Leng Sicheng kembali berpaling, mengambil ponselnya, dan melihat bahwa itu dari Vila Xishan tempat Gu Qingqing tinggal. Ia memegang ponsel itu dan memandangnya dengan dingin untuk waktu yang lama. Menunggu sampai panggilan itu hampir otomatis ditutup, barulah ia perlahan menjawabnya, "Ada apa?"