Tanpa mengacuhkan Fang Miaoling, Ji Xiaonian membalikkan tubuhnya dan menuju ke arah wastafel. Sambil mencuci tangan dan tertawa mencibir, dia berkata dengan penuh rasa bangga, "Sebenarnya aku dan Bai Yan sudah lama kenal. Bahkan di hari aku dilahirkan, selain dokter, dia adalah salah satu orang yang memelukku."
Hal ini dia dengar dari Ji Chen, kakaknya itu juga mengatakan bahwa ketika dokter menggendongnya keluar dari ruangan bersalin, Ji Xiaonian yang masih bayi itu tidak berhenti menangis dengan sangat hebatnya. Namun begitu digendong oleh Bai Yan, dia yang masih bayi dengan segera terdiam dan tidak menangis lagi. Malahan bayi kecil itu tertawa sambil menatap anak laki-laki yang menggendongnya itu.
Peristiwa tersebut tentu saja mengejutkan para dokter dan juga kakaknya yang saat itu berada di tempat itu. Hal mendetail tentang cerita itu, Ji Xiaonian juga kurang paham. Tentu saja, pada waktu itu dia baru saja dilahirkan ke dunia ini dan belum paham apa-apa.
Setelah selesai mencuci tangannya, Ji Xiaonian membalikkan tubuh dan sekali lagi menghadap pada Fang Miaoling yang tampak terkejut mendengar perkataannya barusan. Dengan cepat dia segera menggelengkan kepalanya dan berkata, "Bukankah ceritaku barusan seperti di sinetron-sinetron? Haha! Sebenarnya aku membohongimu barusan. Bagaimana mungkin aku dan Bai Yan saling mengenal sebelumnya."
Melihat wajah terkejut Fang Miaoling, Ji Xiaonian merasa senang. Dia lalu menepuk-nepuk bahunya dan berkata, "Sudahlah. Ayo kembali ke meja. Kakakmu menunggu di sana sendirian."
Setelah menyelesaikan kalimatnya, Ji Xiaonian tidak lagi memperdulikan Fang Miaoling dan terus berjalan kembali menuju ke meja mereka.
Sementara Fang Miaoling memutar tubuhnya dan mengamati punggung Ji Xiaonian yang bergerak menjauh. Dia sungguh merasa bahwa pasti ada sesuatu yang tidak beres.
Dia dan Profesor Bai... Apakah benar-benar telah saling mengenal sebelumnya? Tapi aku tidak pernah mendengarnya membahas akan hal ini sebelumnya. Ah tidak, tidak mungkin mereka sudah saling mengenal sebelumnya. Profesor Bai begitu kaya raya. Setiap hari datang ke sekolah dengan mengendarai mobil mewah. Jelas bahwa dia bukan dari keluarga biasa. Mana mungkin dapat mengenal orang seperti Ji Xiaonian, batinnya.
Pikirannya tidak mau berhenti menerka-nerka sebenarnya hubungan apa yang ada di balik kedua orang tersebut. Lagi pula mulut orang yang suka mengucapkan dusta seperti Ji Xiaonian tidak layak untuk dipercaya.
Di waktu yang bersamaan.
Ji Xiaonian yang telah kembali dari kamar kecil segera duduk di samping Bai Yan. Dia mendapatinya itu telah menghabiskan makanannya dan sedang duduk di kursi sambil memainkan ponsel. Dia memandang pria itu lekat-lekat, lalu bertanya dengan ekspresi serius, "Kak Yan, kamu sungguh-sungguh akan membawa Fang Miaoling pulang? Apa itu artinya dia nantinya akan tinggal bersamamu?"
Bai Yan mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya dan menatap mata Ji Xiaonian. "Kenapa? Kamu keberatan?" ucapnya dengan datar dan dingin.
Ji Xiaonian dengan wajah yang lebih serius dari sebelumnya menatap ke arah wajah Bai Yan yang kini juga sedang menatapnya. "Sangat teramat keberatan," ujarnya dengan tegas.
"Katakan apa yang membuatmu keberatan," tutur Bai Yan dingin tanpa ekspresi. Lalu, dia mengalihkan tatapannya kembali pada artikel internet di ponselnya yang sedang dia baca sebelumnya.
"Ya kalau Fang Miaoling tinggal bersamamu dan keluargamu, maka aku juga akan tinggal bersama kalian. Kalau tidak bagaimana jika nantinya kalian mengalami cinta lokasi? Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku harus memastikan tidak ada seorang wanita pun yang dapat merebutmu dariku," kata Ji Xiaonian panjang lebar dengan wajah penuh kekhawatiran.
Ditambah lagi, belakangan ini perlakuan Fang Miaoling terhadap dirinya tidak baik. Hal ini membuat Ji Xiaonian semakin tidak tenang memikirkan gadis itu memiliki kesempatan untuk berdua saja dengan pujaan hatinya itu. Dia sungguh tidak mau suatu saat nanti harus kehilangan pria yang telah merebut hatinya itu.
"Ji Xiaonian, tidak disangka kepalamu isinya hal-hal tidak penting seperti itu. Tampaknya kamu terlalu banyak menonton serial telenovela yang telah merusak pikiranmu. Dan walaupun benar jika nantinya aku akan mengalami cinta lokasi dengan orang lain, bagaimana mungkin kamu memprediksi semua itu? Ditambah lagi, aku paling tidak suka perempuan yang bersikap terlalu memproteksi dan membatasi ruang gerak hidupku. Ini adalah peringatan yang terakhir bagimu."
Bai Yan mengucapkannya dengan wajah dingin dan sedikit menyeramkan. Dia tampak serius ketika sedang mengucapkannya, namun dia tidak lagi menatap ke arah Ji Xiaonian melainkan tetap sibuk fokus ke arah layar ponselnya.
Ji Xiaonian melihat bahwa lagi-lagi Bai Yan menunjukan temperamennya. Dia kini mengerucutkan bibirnya, dahinya pun berkerut-kerut menunjukkan rasa kesalnya. "Orang dengan temperamen buruk sepertimu, hanya aku yang dapat menerimamu apa adanya. Kalau harus diganti dengan orang lain, mana ada wanita yang dapat menerima sifatmu yang seperti ini," ucapnya dengan kesal
"Apa yang barusan kamu katakan?" tanya Bai Yan padanya.
Ji Xiaonian mengucapkannya dengan begitu jelas, namun Bai Yan justru sengaja meminta dirinya untuk mengucapkannya sekali lagi. Dia lalu membalas tatapan mata pria itu dan bergumam, "Aku bilang, kamu sungguh tidak mengerti bagaimana cara memperlakukan wanita dengan lembut. Hubungan seperti ini mana bisa disebut hubungan pacaran?"
"..."
Mendengar hal itu, Bai Yan hanya dapat tertegun selama beberapa saat, berusaha mencerna apa yang Ji Xiaonan katakan. Hingga akhirnya menyadari apa yang dimaksud olehnya. "Siapa yang bilang kalau aku dan kamu berpacaran?"
Ji Xiaonian mengangkat kepalanya, dengan tegas dan penuh percaya diri dia berkata, "Sudah ditakdirkan dua tahun lagi aku akan menjadi kekasihmu secara resmi. Jadi, tidak ada salahnya kalau aku beradaptasi dan menggunakan hak-hakku sebagai pacarmu lebih dini, kan? Dan lagi aku tidak peduli, aku sudah menganggapmu sebagai milikku. Ingat, 'barangmu' yang itu sudah aku lihat dengan sangat jelas tanpa tertutup sehelai benang pun. Jadi itu artinya aku harus bertanggung jawab juga terhadapmu!"
Saat mengatakan hal itu, Ji Xiaonian sambil mengangkat telunjuknya menunjuk-nunjuk ke arah 'benda' yang berada di antara selangkangan Bai Yan. Wajahnya terlihat memerah tersipu malu, sementara Bai Yan sendiri tidak dapat berkata apa-apa diperlakukan seperti itu oleh gadis kecil yang duduk di sampingnya. Pikirannya mulai melayang ke malam di mana hal memalukan itu terjadi. Terasa sebuah desiran hangat menjalari tubuhnya. Dia pun dengan kikuk segera berdiri dari tempat duduknya.
"Aku pulang duluan ke rumah. Kamu juga cepat pulang!" sahut Bai Yan dengan cepat.
Namun, bukan Ji Xiaonian namanya jika membiarkan Bai Yan pergi begitu saja. Dia dengan cepat melingkarkan tangannya di lengan pria itu untuk menahannya.
"Aku juga ingin ikut pulang bersamamu. Lagi pula kamu dapat mengantarku kembali ke sekolah besok pagi ketika akan berangkat ke kantor. Kalau kamu keberatan, aku juga bisa meminta kakakku untuk mengantarku," ujar Ji Xiaonian sambil mengedip-ngedipkan matanya memohon pada Bai Yan.
Bai Yan menoleh dan menatap Ji Xiaonian tanpa ekspresi, sementara tangannya yang lain meraih tangan gadis itu dan membebaskan tangannya dari genggaman tangannya. "Ji Xiaonian, kalau kamu terus-terusan seperti ini, soal dua tahun ke depan anggap saja tidak akan pernah terjadi." Setelah mengucapkan hal itu, dia segera melangkahkan kaki keluar dari tempat tersebut.
Melihat sikap dingin dari Bai Yan, muncul ide cemerlang di kepalanya. Ji Xiaonian segera mengeluarkan ponselnya dan berpura-pura membuat panggilan keluar, dia lalu berkata, "Yifei, aku ingin pulang. Jemput dan antarkan aku pulang, ya."
Namun, belum sempat Ji Xiaonan menyelesaikan kalimatnya, ponselnya telah direbut oleh seseorang. Dia langsung dibawa keluar dari restoran oleh Bai Yan.
Ji Xiaonian berusaha mempercepat langkah kakinya untuk mengimbangi kecepatan pria yang sedang menarik tangannya itu. Dia mengangkat kepalanya memandang wajah Bai Yan yang ekspresi wajahnya terlihat sangat dingin saat ini.
"Bukannya Kak Yan menyuruhku untuk tidak menempel terus padamu? Sekarang apa maksudnya menarikku seperti ini?" tanya Ji Xiaonian pada Bai Yan.
"Lain kali jauh-jauh dari pria itu," sahut Bai Yan dengan cepat dan datar. Dia sendiri tidak mengerti apa yang membuatnya melakukan hal ini sekarang. Dia merasa dirinya sudah menjadi gila dan tidak lagi rasional. Padahal, dia sudah hampir mencapai pintu keluar ketika mendengar gadis kecil itu berbicara di telepon. Lalu, tanpa sadar dia telah melangkahkan kakinya kembali ke meja dan merebut ponsel gadis itu dari tangan mungilnya.
Begitu melihat layar ponsel yang gelap, Bai Yan sadar bahwa Ji Xiaonian sebenarnya tidak sedang membuat panggilan telepon melainkan hanya sedang mengerjainya. Namun, entah mengapa bukannya marah, dia malah justru menarik tangannya dan membawanya menuju ke mobilnya.
Ji Xiaonian kini telah terduduk manis di kursi penumpang dengan sebuah senyuman lebar tersungging di wajahnya saat ini. Ketika melihat Bai Yan menyalakan mesin mobilnya dan bersiap melaju, dia tiba-tiba teringat akan sesuatu.
"Ehm, itu… Kita pergi begitu saja seperti ini, bagaimana dengan Fang Miaoling? Bukankah tidak baik jika meninggalkannya seorang diri di dalam?" tanya Ji Xiaonian pada Bai Yan yang duduk di kursi pengemudi.
Bai Yan sama sekali tidak memperdulikannya dan sibuk memasang headset bluetooth di kedua telinganya. Setelah itu, dia segera membuat panggilan keluar untuk menghubungi Fang Miaoling.
Di sisi lain, Fang Miaoling sendiri sebenarnya sudah sejak tadi keluar dari kamar kecil. Namun, dia tidak langsung kembali ke meja, melainkan berdiri mengamati Bai Yan dan Ji Xiaonian dari kejauhan. Dia semakin yakin bahwa ada sesuatu yang tidak beres ketika melihat kakak angkatnya itu menarik tangan Ji Xiaonian dan membawanya masuk ke mobil.
Dan lagi, ada kemungkinan jika apa yang dikatakan Ji Xiaonian padanya itu adalah benar. Bisa saja keduanya memang sudah saling mengenal sebelumnya dan bisa saja mereka memang memiliki hubungan yang tidak ingin diketahui oleh orang lain. Sedangkan dirinya sendiri entah dianggap apa.
Tiba-tiba muncul rasa kesal yang lama kelamaan memenuhi seluruh hatinya. Tepat ketika dia membalikkan badan untuk meninggalkan tempat itu, ponselnya berdering. Dia mengambil ponsel dari tas, lalu menekan tombol hijau untuk menjawab telepon. Terdengar suara pria yang sangat dikenalnya dari seberang sana.
"Aku ada urusan jadi harus pergi terlebih dahulu. Kalau kamu sudah selesai makan, langsung kembali ke asrama saja." Suara tersebut terdengar datar seperti biasanya. Fang Miaoling dengan datar mengiyakan perkataan Bai Yan, lalu mematikan telepon.
Sedangkan di dalam mobil mewah Bai Yan, Ji Xiaonian duduk manis sambil tersenyum lebar. Sesekali menyenandungkan beberapa lagu cinta yang dia hafal di kepalanya. Matanya terus menatap pria yang sedang mengemudi di sampingnya itu. Matanya sibuk mengawasi pujaan hatinya yang begitu tampan di sebelahnya yang sedang sibuk mengemudi. Matanya berbinar-binar seolah bintang-bintang di langit sudah berpindah tempat.
"Kak Yan…" panggil Ji Xiaonian dengan manja. Namun, Bai Yan sama sekali tidak menunjukkan reaksi apapun.
Ji Xiaonian sekali lagi memanggil Bai Yan dan kali ini dengan suara yang lebih keras, "Kak Bai Yan…"
Namun Bai Yan masih saja tidak bereaksi sedikitpun.
Kali ini Ji Xiaonian mulai kesal dan mengumpulkan segenap tenaganya. "Bai Yan, kamu seperti anjing kecil yang patuh dan setia!" serunya cukup keras.