Yasmin mengemasi barangnya, dia akan berangkat ke mesir dan bekerja di sana, kakaknya cemas memikirkan dirinya, selama ini Yasmin hanya hidup berdua saja dengannya, saat tahu adiknya akan bekerja keluar negara, Yoanna jadi cemas dan was-was dengan keputusannya.
"Yasmin, apa kau yakin akan bekerja di sana? Kenapa tidak bekerja di negeri ini saja?" Tanya Yoanna pada Yasmin yang saat ini memeriksa barang-barangnya.
"Tidak, kak Anna. Yasmin harus berangkat kesana, aku nyaman kerja disana. Lumayan bayarannya besar," jawab Yasmin, penuh semangat.
"Tapi Yasmin ... "
"Kak Anna, kalau Yasmin tetap di sini, Yasmin akan terluka, pria itu telah mengkhianati cinta yang selama ini kami bina, biarkan aku pergi, setidaknya, selama beberapa bulan," ucap Yasmin, kekeh pada keputusannya, dia masih sakit hati jika mengingat kekasihnya, Yoseph, telah selingkuh dengan sahabatnya bahkan memiliki anak.
"Pria brengsek itu lagi?! Lupakan dia Yasmin!! Tetaplah disini," paksa Anna, kesal dengan sikap mantan kekasih adiknya.
"Aku akan melupakannya, kak. Tapi dengan tetap pergi keluar negeri. Aku tidak mau melihat mukanya lagi! Jijik."
"Kalau itu sudah jadi keputusanmu, silahkan, Yasmin. Aku tidak bisa memaksamu lagi."
"Terima kasih, kakak. Aku mencintaimu."
"Jaga dirimu dengan baik, Yasmin. Aku akan merindukanmu."
"Aku juga, kak. Selamat tinggal."
"Cepatlah kembali, Yasmin, hanya kaulah keluargaku."
"Tentu saja, kak Anna. Aku pasti akan cepat kembali," ucap Yasmin, dan langsung keluar dari rumah, membawa kopernya. Yoseph berusaha menghentikan langkahnya, pria itu masih sangat mencintainya, hanya karna kelicikan Yasira, dia harus rela kehilangan kepercayaan kekasihnya dan akan di tinggal Yasmin untuk selama-lamanya.
Yoseph ingin menghentikannya tapi dia tidak berdaya. Yasira memberi Yoseph obat perangsang hingga dia melakukan hubungan badan dengan Yasira tanpa sadar. Yasmin memergokinya saat itu juga, mungkin Yasira sudah merencanakan segalanya, dari dulu dia sangat iri pada kebahagiaan Yasmin, itulah sebabnya dia melakukan segala cara demi membuat Yasmin menderita.
"Sayang, dengarkan aku dulu, aku sangat mencintaimu," ucap Yoseph saat Yasmin keluar dari rumahnya.
"Kalau kau mencintaiku, kenapa bercinta dengan Yasira?!" Tekan Yasmin, melotot tajam ke arahnya.
"Aku di beri obat perangsang, Sayang."
"Kalau begitu siapa yang harus aku salahkan?! Obat perangsang?! Atau kau yang tidak bisa menahan godaan?!" Bantah Yasmin, menahan amarah di hatinya.
"Apa yang harus aku lakukan agar kau mau memaafkanku, Yasmin?" Tanya Yoseph, putus asa.
"Lupakan, aku! Dan jalani kehidupanmu dengan Yasira! Gadis penghangat ranjangmu itu sangat mencintaimu, apapun yang kau lakukan, nyatanya kau sudah berhubungan badan dengannya, bukan?! Benihmu ada di rahimnya. Gelas yang retak tidak akan pernah kembali seperti semula, selamat tinggal, Yoseph," ucap Yasmin berjalan meninggalkan mantan kekasihnya.
"Tidak, Yasmin! Aku sangat mencintaimu, Yasira menjebakku!" Seru Yoseph berusaha menghentikan langkah kekasihnya.
"Nyatanya kau terjebak, bukan?! Kalau kau mencintaiku, seharusnya kau menjauhi Yasira demi diriku! Tapi tidak! Kau menemuinya meski tahu aku sangat membencinya! Sudahlah! Mungkin ini sudah jadi takdir kita, kau teruskan hidupmu, dan aku akan teruskan hidupku. Selamat tinggal," lirih Yasmin dan langsung memasukkan koper ke dalam mobil yang akan membawanya ke bandara. Yoseph tidak bisa berbuat apa-apa. Yasmin tidak akan pernah memaafkannya.
"Yasmin ... " gumamnya pelan.
🌷🌷🌷🌷
Kairo, Mesir.
Hawa panas tak membuat semangat Yasmin pudar, dia telah menginjakkan kakinya di negeri orang. Negeri yang penuh dengan sejuta misteri dan keindahan, Yasmin mengenakan kaca mata hitam dan terus memandangi daerah sekitar sepanjang perjalanan.
Ini pertama kalinya dia pergi jauh dari keluarganya. Sebenarnya ada rasa tidak nyaman saat pesawat membawanya terbang ke udara, tapi jika mengingat pengkhianatan mantan kekasihnya, dia tidak perduli tentang apapun.
"Taxi!!" Teriak Yasmin saat mobil warna putih lewat di hadapannya. Pak sopir berhenti dan membuka pintu mobilnya.
"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Pak Sopir, dengan menggunakan bahasa inggris yang fasih.
"Apa bapak tahu alamat ini?" Tanya Yasmin, dengan menggunakan bahasa Inggris pula. Dia menunjukkan kertas putih bertuliskan alamat orang yang akan jadi majikannya.
"Tuan Robert Davidson?!" Seru Pak Sopir tidak nyaman. "Kau akan bekerja padanya?! Apa kau yakin?!" Ulang Pak Sopir, membuat Yasmin gelisah.
"Memangnya ada apa, Pak? Bukankah dia Ilmuwan terbaik di kota ini?! Selain itu, gaji yang beliau tawarkan sangat besar," jelas Yasmin, heran dengan sikapnya.
"Kau dari kota mana?" Selidik Pak Sopir, menatap tajam mata Yasmin.
"Saya bukan dari kota, Pak. Tapi dari negara lain, lebih tepatnya, Indonesia," jawab Yasmin, apa adanya.
"Pantas saja, kau mau bekerja padanya, semua orang di kota ini menolaknya, dia seorang pria yang sukanya merawat orang mati. Tapi itu hanya Isu, saat polisi menyelidiki rumahnya, tidak ada apa-apa dan hanya dia sendirian saja. Tapi anehnya, setiap orang yang baru beberapa hari bekerja padanya mengalami trauma, mereka semua tidak ada yang betah dan sering menggumamkan kata, dia bangkit! Wajahnya sangat menyeramkan, orang mati!" Jelas pak Sopir, menirukan ucapan mereka. Yasmin jadi takut dibuatnya.
"Be-benarkah?!" Seru Yasmin, gelisah.
"Entahlah, Nak. Dari semua berita yang aku dengar, itulah kenyataannya."
"K-kau membuatku takut, Pak. Sebaiknya Anda masuk ke mobil dan antarkan aku ke alamat Tuan Robert Davidson," sela Yasmin, gemetar bibirnya. Dia tidak menyelidiki pekerjaan apa yang akan di jalaninya, yang dia tahu, Tuan Robert hanya membutuhkan seorang pekerja.
"Maafkan aku, nak."
"Ti-tidak apa-apa," gumam Yasmin, pucat mukanya.
🌷🌷🌷🌷
Kediaman Robert Davidson.
Pak sopir menghentikan Taxi di sebuah rumah yang jaraknya jauh dari rumah yang lainnya, tempatnya agak tersembunyi dan menyendiri.
"Apa kau yakin ini rumahnya, Pak?" Tanya Yasmin, tidak percaya.
"Dari alamat yang kau berikan, memang inilah rumahnya, Nak," jawab Pak Sopir tidak nyaman.
Yasmin membuka pintu mobil dan mengeluarkan kopernya. Perjalanan menuju rumah Tuan Robert masih harus di tempuh dengan cara berjalan kaki. Setelah membayar ongkos Taxi, Yasmin menyeret kopernya dan membawanya kerumah Tuan Robert yang jaraknya lima belas meter dari jalan yang tadi di lewatinya.
Dengan berusaha menghilangkan perasaan buruk di hatinya, Yasmin bersenandung.
"Nananana ... hem ... hem ... hem ... "
Hatinya berdebar-debar tidak karuan, ucapan bapak tadi masih membekas kuat di ingatannya. Tapi apalah daya? Dia sudah sampai di tempat tujuannya, apapun resikonya, Yasmin harus menghadapinya.
"Permisi!!" Teriak Yasmin saat sudah sampai di sebuah rumah tua bertuliskan Robert Davidson di pagarnya.
Karna tidak ada jawaban, Yasmin menguncang-guncangkan gembok pagar agar berbunyi karna tidak ada bel di samping pagarnya. Suasananya sangat sepi, hanya hamparan pasir di kanan kiri rumahnya. Seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan disana.
Rasa cemas mulai hinggap di pikirannya, Yasmin kembali bersuara.
"Permisi! Selamat sore!" Ulangnya sambil memainkan ujung kemejanya, tapi tetap tidak ada tanda-tanda orang datang untuk membuka pintu pagarnya.
Lima menit kemudian,
"Astaga! Kemana pemilik rumahnya?! Permisi!!" Seru Yasmin, untuk yang ketiga kalinya, tapi tetap, tidak ada jawaban, hatinya semakin gelisah dan was-was.
Sepuluh menit kemudian,
"Hallo ...! Permisi!" Seru Yasmin lagi, mulai kesal, dia meraih ponselnya dan berusaha menghubungi nomor pemilik rumahnya. Tapi tidak ada jawaban.
"Astaga ...! Kemana orangnya?!" Sungutnya tidak terima.
Tiga puluh menit kemudian,
"Permisi, selamat sore ...!" Ulang Yasmin, untuk yang kesekian kalinya, dia mulai kesal dengan sikap calon atasannya.
"Astaga! Sepi sekali?! Apa tidak ada orang?! Mungkinkah aku salah alamat?! Tapi mana mungkin? Ini rumahnya, papan nama pun sesuai dengan namanya. Huh ... kemana kau, Tuan Robert?!" Bathin Yasmin, menghembuskan nafas jengkelnya.
Hari sudah hampir malam, kalau sampai tidak ada orang, dia bingung harus bermalam dimana? Taxi sudah pergi meninggalkan dirinya, rumah warga jauh dari rumah yang saat ini tidak ada penghuninya.
"Kakak," lirihnya putus asa. Dalam setiap masalah, hanya kakaknya yang bisa jadi sandarannya, tapi sekarang! Jangankan meminta bantuan, menelpon kakaknya-pun Yasmin tidak bisa. Sinyal susah di tempatnya saat ini. Yasmin duduk bersila dan meremas rambut di kepalanya, dia putus asa.
"Kau mencari siapa?!" Tanya seorang pria mengenakan jubah hitam dari kepala sampai kaki membuat Yasmin ketakutan. Wajahnya tidak nampak, karna hari sudah hampir gelap.
"Tu-tuan, Robert! Apa kau tahu kemana dia pergi?!"
"Keluar kota!! Dia pergi keluar kota dan baru esok hari bisa kembali. Kalau kau mencarinya, maka tunggu dan masuklah kedalam rumahnya," perintah pria itu sambil menendang pintu pagar Tuan Robert hingga terbuka lebar secara paksa.
Setelah pintu itu terbuka, pria itu hilang entah kemana. Yasmin dibuat heran sekaligus bingung dengan sikapnya. Karna hari sudah malam, Yasmin masuk rumah dan duduk di terasnya. Yasmin terlelap dalam tidurnya, dia kelelahan.
🌷🌷🌷🌷
Hai hai hai, karya ini sebenarnya tidak sengaja aku buat, #SAHABATDILLA909 mengadakan seru-seruan buat karya bertemakan MUMMY. Jadi bukan hanya aku saja yang buat, tapi EchaFajri Itsitafianda dan Musafir_Cinta1209Â juga membuatnya, kalian juga bisa baca juga di sana. Entah partnya panjang atau pendek itu terserah mereka, kalau kak dilla selagi pembaca suka aku lanjutkan ... kalau sepi yang aku tamatkan, hehehehehe. Kan sdh di bilang, tidak aku rencanakan. Jadi pilihan ada di kalian. Ok ... See you ... nantikan part selanjutnya. Jangan lupa follow aku dan mereka yaaa.
Papay ...
TBC.