Chereads / Saat Mentari Tiba di Barat / Chapter 2 - Matahari Pagi, Bias Cahaya Bintang

Chapter 2 - Matahari Pagi, Bias Cahaya Bintang

Senin tiba begitu cepat. Memori tentang hari Minggu pun tertinggal di hari Minggu. Aku bertekad untuk fokus saja pada pelajaran dan melupakan sejenak godaan romansa remaja.

Sebagai remaja laki-laki normal, punya hubungan dengan lawan jenis melebihi batas pertemanan sangat menggoda dimasa SMA seperti ini. Terlebih masih kelas 11, waktu nakal-nakalnya. Tapi aku sudah menepis semua angan remaja, berharap fokus pada pelajaran saja dan tentang masa depan.

Lorong sekolahku pagi itu berisik, dari pintu gerbang sampai beberapa sudut lorong bisa terdengar kasak-kusuk murid mulai dari berbisik sampai yang berteriak heboh. Dengar-dengar topiknya itu tentang murid pindahan untuk semester 2 ini.

'Murid baru? Jangan-jangan...?' batinku mulai menduga.

"Dit! Woy!" Suara keras temanku membuatku sadar kembali.

"Aish! telinga ku.. biasa aja manggil nya, ndra." kataku sambil mengusap pelan telingaku yang terasa pengang.

"Salah sendiri, udah dipanggil berapa kali tapi belom respon juga. Bentar lagi bel nih, yuk cepetan!" kata Andra.

Benar saja, tidak lama bel sekolah berbunyi sebelum aku sempat membalas ucapan Andra. Tanpa menunggu Andra segera bergegas melangkah ke kelas, sembari berharap guru sejarah ku belum menginjakkan kakinya ke kelas.

Andra dibelakang mengikuti dengan sama tergesanya. Setengah berlari dari ujung mata aku menangkap bayangan guru sejarah di depan ruang guru BK, disebelahnya ada 'dia'.

ah ternyata benar..

Langkah kaki benar-benar ku usahakan agar tidak terhenti saat pandangannya mengarah padaku. Ah..Mungkin hanya perasaan sesaat saja. Tidak mungkin kan tadi senyumnya terbit? Halah..halusinasi.

Nafasku sempat sedikit putus-putus saat sampai di pintu kelas. Secepatnya mengarah ke tempat duduk ku untuk istirahat sejenak dan menyiapkan beberapa hal. Baris pertama dari pintu kolom ke dua dari belakang, dekat jendela yang mengarah ke lorong depan kelas.

Andra sampai tak lama setelah itu, menempati tempat duduk di sebelahku. Dia teman sebangkuku, sudah dari pertama masuk SMA aku mengenalnya. Dia teman dekat ku selain dua orang lain yang kini sibuk bercanda di bangku belakang kami.

Pak Herman masuk agak terlambat dari biasanya, sesuai tebakan tidak jauh dibelakangnya ada seseorang yang mengikuti. Guru sejarah dengan wajah tegas itu langsung melangkah ke meja guru, membiarkan murid nya kembali ke tempat duduk masing-masing dan merapihkan diri alakadarnya. Maklum anak IPS, seragam sudah kusut di pagi hari bukan pemandangan aneh. Entah bagaimana mereka melakukan itu.

Pusat perhatianku diam-diam mengarah padanya, yang masih diam menunggu guru membuka suara memulai pelajaran pagi.

"Pagi semua, Salam sejahtera." mulai pak Herman setelah melihat semua murid sudah sampai pada tempatnya masing-masing.

"Semester ini kita kedatangan murid baru, silahkan kamu perkenalan diri dulu." lanjutnya.

'Dia' tersenyum singkat sambil mengangguk ke pak Herman, mengucapkan permisi dalam gesture sederhana.

"Pagi semua. Salam kenal, nama saya Lintang Larasanti. Kalian bisa panggil aku

Lintang."