Arvin yang mendengar penuturan Kyra mengenai sebuah kesaksian akan kasus enam belas tahun silam, seketika mengerem kendaraannya. Membuat para rekan yang ada di dalam mobil itu hampir tersungkur. Ah, bukan hampir lagi. Kino bahkan sampai mencium bagian belakang kursi yang kakaknya duduki.
"Kau ini kenapa?!" pekik Kino. Dia meringis memegang bagian wajahnya yang terasa sakit.
"Lanjutkan!" titah Arvin pada Kyra. Sangat tegas. Dia mengabaikan rekannya yang hendak protes itu.
"Orang itu bersaksi jika keluargamu dibantai oleh sekelompok orang. Tapi, kesaksian itu dipatahkan oleh kesaksian anak yang selamat. Yaitu kau sendiri ... Arvin." Kyra memelankan suaranya di kalimat terakhir.
Merasa tidak enak sebenarnya. Membahas kasus lama yang pernah menimpa rekannya itu. Alan tetapi, mau bagaimana lagi? Meski Arvin lari sampai ujung dunia, dia tidak akan pernah bisa menolak kenyataan.